Banjir Darah Di Tambun Tulang Bab 10

WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito

Episode 010
Banjir Darah Di Tambun Tulang

SEPULUH
Mulutnya terkatup rapat-rapat sehingga kedua rahangnya menonjol dan pelipisnya menggembung. Sepasang matanya memandang menyorot tak ber¬kedip ke bawah bukit kecil, ke arah sebuah kampung yang kini hanya tinggal musnahannya saja berupa rerun¬tuhan rumah-rumah yang telah jadi debu! Jelas dilihat¬nya mayat-mayat yang bergelimpangan di sana sini, mayat-mayat manusia dan binatang-binatang yang mati tertambus hidup-hidup di dalam api! Dan yang paling menusuk matanya ialah mayat anak-anak yang menemui kematian mereka secara mengenaskan dalam pelukan ibu mereka!
Tak ada lagi tanda-tanda kehidupan dalam landasan kemusnahan itu! Kemusnahan yang telah dilakukan oleh manusia-manusia jahat tanpa rasa belas kasihan sama sekali!
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng ingat akan kampung-kampung yang dimusnahkan Dewi Siluman di Pulau Madura tempo hari. Dan kemusnahan kampung yang hari ini disaksikannya tidak ada beda, malah lebih membuat luapan amarah menggejolak, darahnya laksana api disiram dengan minyak!
"Siapakah manusia-manusia keparat yang mem¬buat kebiadaban begini rupa?!" tanya Wiro Sableng padadirinya sendiri. Untuk menjawab pertanyaan itu, pe¬muda ini segera menuruni bukit dan memasuki kampung yang telah musnah itu. Penyelidikannya tak membawa ‘ hasil apa-apa. Dan hati kemanusiaannya memaksa dia untuk menggali beberapa buah lubang lalu menguburkan mayat-mayat yang bergeletakan di sana sini. Rata¬rata semua menemui kematian akibat tusukan atau bacokan senjata tajam!
Wiro melanjutkan perjalanan sewaktu matahari tergelincir ke Barat. Kalau daerah sekitar situ berada di bawah kekuasaan Datuk Sipatoka, pastilah yang berbuat ganas itu Datuk Sipatoka atau anak-anak buahnya! Dan ini mendorong Wiro Sableng untuk mempercepat perjalanannya Menjelang senja dia berhenti di sebuah anak sungai dangkal berair jernih. Wiro membuka pakaian dan langsung masuk ke dalam sungai. Betapa sejuknya air sungai itu. Tengah dia asyik-asyik mandi mendadak sepasang telinganya mendengar suara hiruk pikuk pekik manusia banyak sekali di kejauhan! Ketika dia memandang ke arah datangnya suara itu maka tampaklah langit di arah itu kemerahan-merahan!
"Kebakaran," pikir Wiro. Disudahinya mandinya lalu naik ke darat dan berpakaian dengan cepat. Sesaat kemudian dia sudah berlari sekencang angin ke jurusan langit malam yang merah menyala!
Ketika Pendekar 212 sampai ke tempat kejadian itu, yang dilihatnya bukan cuma kebakaran! Beberapa orang berpakaian hitam bertempur melawan penduduk kampung. Perempuan dan anak-anak berpekikkan dan lari menyelamatkan diri. Kira-kira setengah lusin mayat telah bergelimpangan di tanah! Wiro segera maklum apa yang terjadi. Kebakaran itu adalah kebakaran yang disengaja dan pelakunya adalah manusia-manusia berseragam hitam. Mereka bukan saja membakar rumah-rumah penduduk dan membunuh sewenang-wenang tetapi juga merampok! Dan ketika Wiro memandang berkeliling, dari dalam sebuah rumah yang telah setengahnya dimakan api kelihatan seorang laki-laki berpakaian hitam tengah menyeret seorang perempuan muda yang meronta dan menjerit-jerit!
Mendidihlah amarah Pendekar 212!
"Keparat betul!" bentak Wiro. Dia melompat dan menghantam dengan tinju kanan!
Laki-lakt berpakian hitam yang tengah menyeret perempuan muda tiada menyangka akan mendapat serangan begitu rupa! Karenanya dia tak sanggup mengelak, sama sekali! Tubuhnya mencelat! Pekiknya setinggi tangit! Begitu jatuh di tanah dia tak berkutik lagi sebab.
kepalanya yang kena hantam rengkah bermandikan darah dan air otak!
Wiro menyerbu ke tengah-tengah manusia-manusia berseragam pakaian hitam lainnya yang tengah menempur habis-habisan penduduk yang coba mempertahankan hak dan harta serta nyawa dan keselamatan pribadi serta keluarga mereka! Dua orang tergelimpang dihantam tendangan dan tinju kirinya. Yang lima orang lainnya terkejut!
"Bedebah! Siapa kau?!" teriak salah seorang dari! mereka.
Begitu habis berteriak orang ini melihat sesuatu menyambar di hadapannya.
"Awas!" teriak kawan-kawannya.
Tapi orang itu tak keburu berkelit ataupun menang¬kis. Yang dilihatnya berkelebat ialah pukulan tangan kanan Wiro Sableng yang melayang tepat-tepat ke keningnya!
"Praak!"
Orang itu menjerit!
Keningnya pecah! Nyawanya lepas!
Bukan saja empat kawannya menjadi kaget tapi juga tergetar hati masing-masing! Setelah memberi tanda se¬rempak mereka menyerbu! Pendekar 212 Wiro Sableng diserang dari empat penjuru!
"Setan-setan kesasar! Keganasan kalian cukup sampai hari ini! Makan ini!"
Wiro kirimkan dua pukulan dua tendangan!
"Wutt… wutt… wutt… wutt!" Keempat serangannya hanya mengenai tempat kosong! Wiro terkejut! "Bangsat, apakah mereka ini punya ilmu melenyapkan diri?!" maki Wiro dan memandang berkeliling! Dalam pada itulah empat angin pukulan tahu-tahu melanda ke arahnya dengan ganas!
Pendekar 212 menggereng macam harimau lapar!
Kedua tangannya kiri kanan menghantam berkeliling! Dua gelombang angin pukulan yang dahsyat membadai berputar! Dua orang pengeroyok terpekik! Tubuh mereka berpelantingan. Satu menghantam pohon, pinggangnya patah, nyawanya lepas! Yang satu lagi begitu jatuh di tanah coba berdiri tapi terus muntah darah dan kojor di situ juga! Dua orang lainnya seputih kertas pucat paras mereka. Yang satu tanpa pikir panjang segera ambil langkah seribu. Kawannya melompat ke balik sebatang pohon dan keluarkan satu suitan nyaringi
"Monyet hitam! Tempat larimu adalah ke akhirat!" teriak Wiro seraya hantamkan tangan kanannya ke arah laki-laki yang ambil langkah seribu!
Belum lagi angin pukulan Wiro sampai orang itu telah memekik macam dihadang setan! Kemudian pekiknya lenyap dan tubuhnya mencelat beberapa tombak. Terguling di tanah tanpa nyawa lagi!
Wiro Sableng segera pula hendak kirimkan pukulan maut ke arah laki-laki yang bersembunyi di balik pohon. Sekaligus dia hendak hantam pohon dan orangnya! Tapi baru tangan kanan diangkat, tahu-tahu empat bayangan hitam melompat di hadapannya dan serentak meng¬urungnya.
Wiro memandang berkeliling dengan cepat. Ke¬empat manusia berpakaian dan berdestar serba hitam itu rata-rata berbadan tegap dan bertampang ganas. Ke-empatnya memelihara kumis melintang. Dan pada dada pakaian masing-masing terpampang gambar kepala ha¬rimau warna kuningi Wiro teringat pada .manusia ber¬nama Gempar Bumi, pembantu utama Datuk Sipatoka. Ada perbedaan gambar harimau yang terpampang di dada pakaian keempat orang ini dengan yang dilihatnya pada dada pakaian yang dikenakan Gampar Bumi. Per¬bedaannya ialah pada besar kecilnya. Gambar kepala harimau di pakaian Gempar Bumi besar sedang pada ke¬empat manusia ini agak kecil! Ini mungkin berarti bahwa keempatnya adalah pembantu-pembantu Datuk Sipato¬ka juga tapi dari tingkat yang lebih rendah dari Gempar Bumi!
”Pemuda keparat! Melihat tampangmu nyata kau bu-kan penduduk sini! Lekas katakan siapa kau?!" membentak salah seorang dari empat manusia berkumis melintang.
Wiro mendengus.
"Kau tak layak bertanya! Lebih bagus kau tanyakan bagaimana caranya cepat-cepat pergi ke neraka!" Dan habis berkata begitu Wiro pukulkan tangan kanannya dalam jurus serangan Kunyuk Melempar Buah yang diperbawa dua perlima tenaga dalamnya!
Yang diserang terkejut melihat datangnya angin keras ke arahnya dan dengan serta merta pukulkan pula tangan kanannya ke depan memapasi serangan lawan!
Dalam pada itu ketiga kawannya tidak tinggal diam.
Serentak ketiganya menyerbu Pendekar 212 dari tiga jurusan! Seorang diantaranya mencengkeram dengan kedua tangan dari belakang!
Sekali melihat bagaimana pukulan kunyuk melempar buahnya sanggup dipapasi lawan dan melihat pula gerakan tiga orang lainnya dalam melancarkan serangan itu Wiro segera maklum bahwa keempatnya berkepandaian tinggi yang tak bisa dianggap remeh! Kalau dinilai masing-masing setiap dua manusia yang mengeroyoknya itu sebanding dengan kepandaian Gempar Bumi. Dengan kata lain saat itu dia menghadapi dua. lawan berkepandaian setinggi Gempar Bumi.
Pertempuran hebat berkecamuk!
Wiro andalkan ilmu meringankan tubuhnya untuk mengelit serangan-serangan lawan yang sangat ganas dan bertubi-tubi. Tubuhnya merupakan bayangan-bayang putih yang coba didesak oleh keempat manusia berpakaian hitam-hitam itu! Karena telah pernah bertempur melawan Gempar Bumi maka sedikit banyaknya Wiro mengerti, gerakan-gerakan lawan! Dan ini banyak menolongnya Meski pada empat jurus pertamanya dia kena didesak namun jurus-jurus selanjutnya dia mulai berada di atas angin. Serangan-serangannya membuat keempat pengeroyok mundur terus-terusan dan dalam jurus ke delapan salah seorang dari mereka terjungkal ke luar kalangan pertempuran dengan tulang dada dan beberapa tulang iga ringsek dilanda tendangan kaki kanan Wiro Sableng! Nafasnya sesak, mulutnya megap-megap. Dari kerongkongannya terdengar suara seperti orang tercekik dan sesaat kemudian tubuhnya tak bergerak lagi!
Kematian seorang kawan mereka membuat tiga manusia baju hitam lainnya menjadi tergetar. Apalagi sesudah dalam jurus-jurus selanjutnya mereka dipaksa bertahan mati¬matian dalam desakan hebat serangan berantai Pendekar 212!
Salah seorang berseru memberi tanda. Wiro me¬nyangka mereka hendak melarikan diri maka dia siapkan pukulan jarak jauh untuk melabrak ketiganya bila me¬reka benar-benar hendak kabur! Tapi dugaannya mele¬set! Ketiga anak buah Datuk Sipatoka itu dalam gerakan yang aneh yaitu lompatan-lompatan macam katak me-nyerbunya dari tiga jurusan! Wiro pukulan kedua tangan¬nya berkeliling! Tiga lawan gerakkan kedua kaki dan da¬lam keadaan tubuh melayang di udara mereka membuat satu lompatan lagi, begitu-Wiro hendak menghantam ke atas, ketiganya tahu-tahu sudah melesat ke bawah dan entah kapan mereka menggerakkan tangan mereka tahu¬tahu tiga bilah keris hitam menderu ke arahnya! Satu me¬nusuk ke kepala, yang dua lainnya membabat dari dua jurusan yang berlawanan!
Wiro terkesiap kaget melihat serangan yang hebat ini! Dengan cepat segera dia keluarkan jurus pertahanan yang terlihay dari "Ilmu Silat Orang Gila" yaitu yang di-namakan jurus "Orang Gila Melenggang ke Awan!"
Kedua tangannya dikembangkan ke atas sedang ke¬dua kakinya menjejak ke tanah mengandalkan tenaga dalam dan ilmu meringankan tubuh! Laksana panah lepas dari busurnya, tubuh Wiro Sableng melesat melenggang lenggok ke atas dua kembangan tangan yang mendatangkan angin bukan saja sanggup menangkis tusuk¬an keris yang datang dari atas tapi sekaligus membuat lawan terpelanting laksana daun kering dihembus angin!
Meskipun tubuhnya selamat namun tak urung pa¬kaiannya masih sempat dirobek oleh ujung keris salah seorang lawan yang menyerang dari samping!
"Edan!" maki Wiro. Segera dia siapkan jurus serang¬an Kunyuk Melempar Buah yang mengandalkan sete-, ngah bagian tenaga dalamnya!
Sementara itu salah seorang dari lawan-lawannya yang bermata awas berseru: "Kawan-kawan! Kulihat bangsat Ini mengeluarkan Jurus ilmu Silat Orang Gila! Pastilah dia muridnya Si Tua Gila! Ingat bahwa Datuk kita punya dendam kesumat terhadap Tua Gila pada empat puluh tabun yang lalu?! Kalau kita musnahkan muridnya ini pasti kita mendapat pahala besar dari Datuk! Mari!"
Serentak dengan itu dan diikuti oleh kedua kawan¬nya maka menyeranglah dia! Tapi kali ini ketiganya di¬bikin terkejut. Karena begitu mereka bergerak Wiro han¬tamkan tangan kanannya ke depan! Dua orang berseru keras dan melompat ke samping! Yang seorang lagi ter¬lambat untuk selamatkan diri. Kedua tangannya ditelak¬kan ke muka dada laksana seorang yang berusaha me¬nahan tindihan benda berat yang tak kelihatan di depan dadanyal Wiroputar sedikit telapak tangannya! Laki-laki di depan sana menjerit keras! Tubuhnya mental dan ke¬tika menggeletak di tanah kelihatan bagaimana seluruh tubuh laki-laki ini terutama dari bagian dada ke atas han¬cur memar laksana buah pepaya dibantingkan ke batu!
Pucat pasilah wajah dua anak buah Datuk Sipatoka lainnya! Mereka saling memberi isyarat. Lalu mengeruk satu. pakaian masing-masing dan sedetik kemudian enam puluh batang jarum hitam yang mengandung bisa jahat beterbangan ke arah Pendekar 212! Jarum-jarum ini bentuknya sama dengan senjata rahasia milik Gem-par Bumi. .Wiro gerakkan tangan kanannya! Sebagian dari jarum-jarum itu mental yang sebagian lagi berbalik ke arah pemiliknya! Salah seorang dari mereka tiada menduga hal ini hingga terlambat untuk selamatkan diri!
"Akhhh…." Jerit maut ke luar dari mulutnya. Belasan jarum menembus tubuh dan jantungnya. Nyawanya le-pas saat itu juga! Yang seorang lagi masih untung! Be¬gitu lolos dari bahaya maut segera putar tubuh untuk ambil langkah seribu! Tapi perbuatannya ini sia-sia saja ka¬rena lebih cepat dari itu satu totokan telah menyambar punggungnya, membuat dirinya tegak kaku kejap itu juga!
"Monyet hitam, sekarang kau akan jadi penunjuk Jalanku! Kau musti antarkan aku ke sarang majikanmu yang bernama Datuk Sipatoka Itu!"
Mendadak terdengar jerHan perempuan yang di¬susul oleh teriakan seorang laki-laki. "Tolong! Anakku… anakku!"
Wiro berpaling cepat! Masih sempat dilihatnya se¬sosok bayangan hitam memboyong lari seorang gadis dan lenyap dikegelapan malam!
Wiro kerenyitkan kening, gigit bibir. Hatinya me¬maki. Dia berpaling pada laki-laki. di hadapannya dan berkata: "Monyet hitam! Keadaan memaksaku membuat nasibmu lebih baik dari kambrat-kambratmu yang lain! Kau kulepaskan hidup-hidup! Tapi jangan lupa sampai¬kan pesanku pada Datukmu bahwa disatu hari dalam waktu yang singkat aku akan membuat perhitungan de¬ngan dia! Bila dia menanyakan siapa aku, ini kutuliskan namaku di keningmu!" Kemudian dengan ujung jarinya Wiro menggurat angka 212 di kuIH kening laki-laki itu! Lalu tanpa tunggu lebih lama dia berkelebat ke jurusan lenyapnya laki-laki yang memboyong gadis tadi!
Namun satu teriakan memanggil membuat dia hentikan lari!
“Wiro!"
***

Next ...
Bab 11

Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245



Related Posts :

0 Response to "Banjir Darah Di Tambun Tulang Bab 10"

Posting Komentar