Raja Rencong Dari Utara Bab 1

WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito

Episode 011
Raja Rencong Dari Utara

SATU
DISAMPING BUKIT KARANG YANG curam itu terletak sebuah bangunan batu yang dikelilingi tembok setinggi sepuluh tombak. Diluar tembok berderet-deret barisan pohon kelapa yang daunnya melambai-lambai ditiup angin laut. Bangunan yang terletak didekat pantai ini terdiri dari sebuah rumah besar yang pada kedua ujungnya terdapat sebuah bangunan bertingkat berbentuk menara.
Bangunan ini adalah sebuah pesantren yang dipimpin oleh seorang Kyai bernama Suhudilah. Karena itulah pesantren ini dinamakan Pesantren Suhudilah.
Disamping ilmu agama Kyai Suhudilah juga mengajarkan ilmu silat dan ilmu kesaktian kepada murid muridnya. Karena Kyai Suhudilah lama sekali bermukim di Turki, maka jurus jurus ilmu silatnya banyak dipengaruhi oleh jurus jurus silat Turki. Dengan sendirinya ilmu silat tersebut disamping aneh juga hebat sekali. Pada masa itu nama Pesantren Suhudilah telah terkenal didelapan penjuru angin Pulau Andalas bahkan juga sampai sampai ketanah Jawa.
Saat itu telah rembang petang. Satu dua jam dimuka sang surya segera akan tenggelam, kembali masuk keperaduannya dan baru akan muncul lagi esok pagi. Dibawah menara timur kelihatan dua orang berjubah. Keduanya sama sama tua dan sama sama berjanggut putih. Mereka sedang asyik bermain dam. Yang seorang menyodorkan buah damnya kedepan membuat satu perangkap yang tak bisa dihindarkan oleh lawannya.
“Celaka!" kata laki laki tua yang kena dijebak sambil menepuk keningnya. Buah dam yang disodorkan lawannya mau tak mau harus dimakannya dan akibatnya dia akan kehilangan empat biji dam sekaligus!
Lawannya tertawa mengekeh sambil mengelus-elus janggutnya yang putih.
"Mana bisa kau mau mengalahkan aku lagi", katanya, "tadi kuberi kau menang hanya untuk memberi semangat saja. Ayo makanlah
"Tak ada jalan lain" kata sijanggut putih yang terjebak.
Diulurkannya tangan kanannya. Jari telunjuk dan ibu jari hendak memindahkan buah dam. Tapi aneh! Buah dam yang kecil dan terbuat dari kayu itu tak bergerak sedikitpun! Dicobanya sekali lagi mengangkat buah itu, tapi tak sanggup! Buah dam itu laksana sebuah benda yang sangat berat!
"Heh, kenapa? Ayo jalan!"
"Buah dam ini … . tak bisa bergerak! Tak bisa kuangkat"
Kawan laki laki itu menyangka dia ber-olok olok. Dan mengulurkan tangan kanan menyentuh buah dam!
Terkejutlah dia.! Memang betul! buah dam itu tak sanggup digeser, apalagi diangkat. Diam? dia kerah kan setengah bagian tenaga dalam dan mencoba lagi mengangkat buah dam! Tetap seperti sedia kala ketika dicobanya mengangkat buah buah dam yang lain, benda benda itupun ternyata tak bisa terangkat! Laki laki ini memandang berkeliling.
"Aneh desisnya. Dan dikerahkannya kini seluruh tenaga dalamnya. Tangannya tergetar hebat.
Keringat dingin memercik dikeningnya dan dadanya terasa sakit!
"Agaknya ada seseorang berilmu tinggi tengah mempermainkan kita "
"Tapi siapa ?". Keduanya memandang berkeliling. Suasana sunyi sepi, jangankan manusia, seekor lalatpun tak engkaukelihatan! Laki laki itu kerahkan lagi tenaga dalamnya.
Tiba tiba papan dam mencelat menta! ke udara! buah buah nya berhamburan! Kedua Laki laki tua berjanggut putih tersentak kaget dan berdiri cepat sewaktu kesunyian dirobek oleh gelak tertawa yang hebat, menggetarkan liang telinga dan memukul-mukul dada serta menyendatkan jaian darah ditubuh mereka!
Sesaat kemudian entah dari mana datangnya tahu tahu sesosok tubuh sudah berdiri dua tombak dihadapan mereka. Orang yang datang ini berpakaian ungu berdestar tinggi dan juga berwarna ungu! Pada bagian muka destar ini terdapat lukisan dua buah rencong kuning yang saling bersilangan! Manusia ini bertampang ganas. Dibavvah hidungnya melintang kumis tebal. Bajunya tidak terkancing, mungkin disengaja demikian untuk memperlihatkan dadanya yang bidang dan berbulu! Pada kedua tangan dan kakinya terdapat gelang akar bahar. Dan dari mulutnya masih terdengar suara tertawanya yang hebat!
Meskipun rasa geram menyelimuti hati kedua orang tua itu namun mereka tak mau bertindak gegabah.
Suara tertawa yang begitu hebat cukup menjadi peringatan bagi keduanya bahwa manusia berbaju ungu berdestar tinggi itu memiliki ilmu kesaktian yang tinggi.
Salah seorang dari penghuni Pesantren Suhudilah ini menjura hormat dan melayangkan senyum. Lalu menegur:
"Tamu dari manakah yang datang ini, tanpa memberi tahu lebih dulu sehingga kami tidak menyambut sepatutnya?"
Orang yang ditegur tak segera menjawab, melainkan tertawa dengan lebih hebat hingga tanah yang dipinjak oleh kedua orang tua berjanggut putih terasa bergetar! Dan mereka mulai merasa tidak enak.
Perbuatan sang tamu yang tadi secara diam diam telah mengerahkan tenaga dalam menahan buah buah dam yang tengah mereka mainkan sesungguhnya sudah sangat menyakitkan hati, apalagi setelah ditegur hormat begitu rupa sang tamu masih bersikap seenaknya dan penuh kecongkakan!
"Saudara, harap beritahukan siapa kau! Juga maksud kedatanganmu kemari ….!" Sang tamu bertolak pinggang.
"Apakah ini Pesantren Suhudilah?" tanyanya dengan suara berat dan serak.
"Betul
"Kalau begitu lekas panggil Pemimpinmu dan bawa kehadapanku!" memerintahkan sang tamu.
“Ah, lebih dulu harap terangkan nama dan maksud kedatanganmu, baru kami bisa menjalani sebagai-mana mestinya".
Sang tamu pelototkan mata.
"Benar benar Kalian berdua masih belum tahu berhadapan dengan siapa?!"
"Ya..ya kami belum tahu siapa sebenarnya saudara?".
Laki laki berpakaian ungu menyeringai.
"Aku adalah manusia yang bakal menguasai seluruh pulau besar ini, dari utara keselatan, dari barat sampai ke timur! Apa kalian masih belum mendengar gelar Raja Rencong dari Utara?!"
"Ah" kedua orang tua berpakaian putih sama sama menjura mesti hati mereka terkejut dan tergetar hebat sewaktu sang tamu kenalkan gelarnya. "Nama itu sudah seringkali kami dengar. Tapi karena kami orang pesantrenan jarang mengurus soal soal diluaran harap dimaafkan kalau tadi kami tidak tahu engkau tengah berhadapan dengan siapa.
Sementara itu yang seorang diam diam memberi peringatan dengan ilmu menyusupkan suara: "Hati hati dan waspadalah. Manusia ini adalah bangsa iblis terkutuk yang kekejamannya tiada tara!"
"Raja Rencong Dari Utara, sekarang harap terangkan maksud kedatanganmu kemari "
"Kalian tidak layak bertanya!" sentak Raja Rencong Dari Utara. "Lekas panggil pemimpin kalian!"
"Menyesal sekali! Sebelum kami tahu angin apa gerangan yang membawa Raja Rencong kemari, tak bisa kami memenuhi permintaanmu. Lagi pula pemimpin kami sedang keluar ".
"Kurang ajar! Kau berani dusta?!"
"Kami orang agama mana berani berdusta? Kyai Suhudilah pergi sejak pagi tadi"Aku tidak percaya! Aku akan geledah seluruh pesantren ini!". Raja Rencong melangkahkan kaki menuju kepintu dikaki menara tapi kedua orang tua berpakaian putih menghalangi.
"Harap kau menghormati aturan kami. Tak seorangpun boleh masuk tanpa mendapat izin . . . !"
"Kurang ajar! Terhadap Raja Rencong Dari Utara tak berlaku segala macam aturan! Masakan untuk masuk kebangunan sarang tikus ini saja perlu minta izin? Persetan!"
Tapi kedua orang tua itu kembali menghalangi langkah Raja Rencong. Maka marahlah Raja Rencong dan dorongkan tangan kanannya! Gerakannya acuh tak acuh dan kelihatannya lemah lemah saja! Tapi tahu tahu suatu angin pukulan yang dahsyat sudah menghantam, kedua orang dihadapannya!
Karena tak menyangka akan diserang mendadak begitu rupa kedua orang tua berjubah putih itu tak sanggup menangkis atau berkelit. Tak ampun lagi tubuh mereka dilanda angin pukulan Raja Rencong Dari Utara. Keduanya mencelat mental sampai beberapa tombak. Yang satu begitu terhampar ditanah tak berkutik lagi. Yang seorang lainnya masih mencoba bangun terhuyung-huyung. Tubuhnya terbungkuk ke depan, dadanya sakit dan sewaktu dirasakannya seperti mau batuk, yang keluar dari mulutnya ternyata adalah muntahan darah kental berbuku buku!
Laki ini kesaktiannya cum? dua tingkat di bawah Kyai Suhudilah tapi Raja Rencong merubuhkannya dalam satu kali pukulan saja! Namun sebelum meregang nyawa dia masih sempat berteriak memberi tanda bahaya!
Sesaat kemudian dua puluh orang anak murid Pesantren Suhudilah sudah berada ditempat itu.
Rata rata mereka memiliki kepandaian silat yang tak bisa dianggap enteng, bahkan tiga diantaranya adalah kakek kakek tua renta yang tingkat kepandaiannya sama dengan laki laki yang berteriak tadi sebelum sampai ajalnya.
Ketiganya disamping berguru pada Suhudilah juga merupakan tenaga pengajar murid murid yang masih muda.
Melihat dua orang kawan mereka menggeletak dikaki menara tanpa nyawa, semuanya terkejut dan dengan segera mengurung Raja Rencong Dari Utara.
Salah seorang dari mereka maju menegur:"Tamu tak dikenal, alasan apakah yang membuat kau menjatuhkan korban ditempat suci ini?"
Raja Rencong memandang berkeliling dengan pandangan merendahkan semua orang itu.
"Mana pemimpinmu?!" tanya Raja Rencong.
"engkau Jawab dulu pertanyaanku, saudara tamu . . .".
"Heh apakah kau dan kawan kawanmu hendak menyusul yang dua orang itu?!" belalak Raja Rencong.
Dengan tenang orang tua tadi menjawab: "Musuh tidak dicari, kalaupun datang mana mungkin kami berpangku tangan? Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih.
kawan kawan mari tangkap pembunuh ini! . Serempak dengan itu dua puluh orang segera melompat kemuka.
Serangan serangan bersiuran laksana hujan!
Raja Rencong Dari Utara ganda tertawa. Kedua tangannya dipukulkan kemuka menyongsong serangan.
Dua gelombang angin menderu. Lima orang disebelah kiri dan lima orang disebelah kanan menjerit lalu tergelimpang rubuh! Delapan diantaranya tiada berkutik lagi. Yang dua menggerang kesakitan muntah muntah darah!
Kejut para tua Pesantren Suhudilah bukan alang kepalang! Segera mereka menghunus pedang panjang berkeluk dan menyerbu kembali!! Dengan senjata ditangan maka meski jumlah mereka kini tinggal sepuluh orang tapi daya serang mereka jauh lebih hebat Dan berbahaya dari pada pertama kali tadi!
Raja Rencong Dari Utara diserang demikian rupa masih cengar-cengir tertawa se-akan akan serangan itu adalah satu permainan yang menyenangkannya!
"Manusia manusia tak berharga berani melawan Raja Rencong Dari Utara terimalah mampus!"
Mendengar seruan itu, mengetahui bahwa manusia yang tengah mereka gempur adalah Raja Rencong Dari Utara, tercekatlah hati orang orang Pesantren Suhudilah!
Untuk sesaat lamanya mereka tak jadi teruskan serangan. Namun salah seorang dari mereka berseru :
"Engkau saudara saudaraku, kalau betul bangsat ini Raja Rencong Dari Utara mari kita berebut pahala membunuhnya! Kita balaskan sakit hati saudara saudara kita dan tokoh tokoh silat yang telah dimusnahkannya!"
Mendengar ini keberanian yang tadi menciut kini berkobar kembali dan kesepuluh orang itu dengan serentak teruskan serangan mereka secara lebih hebat lagi! Sepuluh pedang menderu. Tiga menusuk, empat membabat dan tiga lainnya membacok dari atas kebawah! Dapat dibayangkan bagaimana tubuh Raja Rencong akan tersatai dan terkutung-kutung dilanda serangan sepuluh pedang itu!
Raja Rencong membentak garang. Tanah bergetar!
Tubuhnya lenyap dalam satu gerakan yang luar biasa cepatnya. Kemudian terdengar satu suara keluhan yang disusul dengan suara "trang trang .trang" sampai beberapa kali! Jeritan terdengar susul menyusul. Tiga batang pedang mental keudara, lima buah tangan terbabat putus!
Apakah yang sesungguhnya telah terjadi?!
Pada waktu sepuluh pedang berkiblat. Raja Rencong dengan jurus silat yang luar biasa cepat dan hebatnya, menyelinap diantara tusukan, bacokan dan babatan pedang. Kaki kanan menghantam kesamping menendang seorang penyerang yang paling dekat dan berlaku lengah! Begitu tendangan mendarat begitu Raja Rencong rampas pedang ditangan laki laki itu dan pergunakan senjata itu untuk menangkis serangan sembilan pedang lainnya dalam satu jurus ilmu pedang yang teramat lihay! Tiga buah pedang ditangan tua tua Pesantren Suhudilah yang berkepandaian tinggi mental sedang lima orang lainnya menjerit keras karena tangan masing masing terbabat buntung! Meski tahu
bahwa Raja Rencong bukanlah tandingan mereka engkautapi ketiga orang tua itu bukanlah manusia manusia pengecut. Lebih baik mati daripada lari atau menyerah!
Setelah saling memberi syarat ketiganya menyerang lagi dari kiri kanan dan depan!
Raja Rencong melintangkan pedang yang berlumuran darah dimuka dada. Sengaja ditunggunya sampai tiga serangan lawan berada dekat sekali ketubuhnya baru dia menggerakkan’ tangan kanan menyelundupkan pedangnya dalam tiga tusukan berantai yang cepat laksana kilat dan sukar diduga!
Ketiga tua Pesantren itu terhuyung bermandikan darah.
Yang seorang segera roboh tak berkutik lagi karena tusukan pedang Raja Rencong tepat menembus jantungnya. Yang dua lagi terhuyung huyung nanar, perut robek usus menjela jela dan akhirnya roboh pula menyusul kawan kawannya!, Raja Rencong tertawa gelak gelak sambil bertolak tangan kiri kepinggang. Tiba tiba Raja Rencong Dari Utara hentikan tertawanya. Satu suara laksana ngiangan nyamuk menyelusup ditelinganya:
"Demi Tuhan! Pesantren yang begini suci telah jadi korban keganasan! Bangunan suci hendak dimusuhi.
Padahal disini tidak terdapat harta berharga emas berbungkah! Sungguh diluar perikemanusiaan!".
Belum lagi Raja Rencong sempat berpaling tahu tahu sesosok tubuh berjubah putih melompat turun dari jendela menara sebelah barat! Gerakan orang ini enteng seringan kapas!
***

Next ...
Bab 2

Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245



Related Posts :

0 Response to "Raja Rencong Dari Utara Bab 1"

Posting Komentar