WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 005
Neraka Lembah Tengkorak
TIGA BELAS
Ketika ratusan pasang mata memandang lekat-lekat ke arah panggung dan menunggu dengan hati tidak sabar tapi juga agak gentar akan munculnya Dewi Kala Hijau maka terdengarlah suara gong dipalu tujuh kali. Begitu gema gong menghilang, aneh sekali panggung tengkorak di hadapan para tamu bergerak ke atas lebih tinggi dan di bawah panggung kelihatanlah sebuah pintu terbuka.
Didahului oleh teriakan-teriakan dahsyat laksana meruntuhkan jagat maka dari pintu itu keluarlah Dewi Kala Hijau diiringi oleh tiga orang muridnya dan seratus lebih anggota partai. Baik Dewi Kala Hijau maupun murid-murid serta seluruh anggota Partai. semuanya mengenakar sebuah kalung tengkorak manusia! Dewi Kala Hijau, tiga orang muridnya dan sekuruh anggota Partai kemudian duduk di barisan kursi yang terletak di panggung sebelah Barat.
Tujuh kali lagi gong dipalu dan setelah itu Dewi Kala Hijau pun selaku Ketua Partai Lembah Tengkorak melompat naik ke atas panggung. Gerakannya indah sekali waktu melompat itu kakinya tidak kelihatan menekuk ataupun memusatkan berat badan untuk dihenjot ke atas. Dari sini saja setiap yang hadir sudah dapat mengetahui bagaimana tingginya ilmu Dewi Kala Hijau!
Sebelum membuka mulut terlebih dahulu Dewi Kala Hijau menyapu seluruh para tamu dengan sepasang matanya. Kemudian baru terdengar suaranya yang nyaring lantang, yang sekaligus bernada pongah congkak!
"Aku Dewi Kala Hijau selaku Ketua Partai Lembah Tengkorak menghaturkan banyak terima kasih kepada saudara-saudara di sini yang
telah sudi datang untuk menyaksikan sendiri dengan resmi berdirinya Partai Lembah Tengkorak!”
”Perlu saudara-saudara ketahui bahwa Partai ini mempunyai satu maksud besar yakni menggabung dan mempersatukan seluruh tokoh silat serta Partai Persilatan di dunia untuk berpadu dalam satu Partai saja yaitu Partai kami, Partai Lembah Tengkorak. Kami tidak memaksa siapapun dan Partai Silat manapun untuk memasuki Partai Lembah Tengkorak. Tapi menurut pandangan kami, jika kalian semua sudah bersedia menerima undangan dan datang ke sini maka itu berarti kalian telah menyatakan diri masuk ke dalam Partai Lembah Tengkorak!"
Gemparlah suasana para hadirin begitu mendengar ucapan Ketua Partai Lembah Tengkorak itu. Mereka saling pandang dengan mulut menganga dan mata membeliak besar!
Belum lagi rasa terkejut yang menggempari suasana itu berakhir maka terdengar pula suara Dewi Kala Hijau.
"Saat ini Partai LembahTengkorak sudah memiliki lebih dari seratus anggota yang terdiri dari tokoh-tokoh silat utama bahkan beberapa di antaranya pernah merajai dunia persilatan! Sekarang, untuk tidak membuang waktu, kuharap kalian semua berdiri dari kursi masing-masing dan berlutut mengangkat sumpah menyatakan diri masuk ke dalam Partai Lembah Tengkorak!"
Kembali suasana menjadi gempar penuh ketegangan. Tiba-tiba seorang diantara para hadirin berdiri dan berseru.
"Dewi Kala Hijau! Undangan yang kau berikan kepadaku dan semua yang hadir di sini adalah hanya untuk menghadiri berdirinya kau punya Partai!
Tapi saat ini dengan menyatakan besarnya jumlah anggota Partaimu kau memaksa kami untuk masuk menjadi anggota Partai Lembah Tengkorak! Aturan macam manakah yang kau pakai?!"
Semua kepala, termasuk kepala Dewi Kala Hijau dengan serta merta berpaling. Yang bicara ternyata adalah seorang tokoh silat golongan putih yang besar pengaruhnya dewasa itu.
”Oh, kiranya Pendekar Bambu Kuning." Kata Dewi Kala Hijau.
"Tentu saja untuk orang semacammu tidak akan masuk sebagai anggota biasa, tapi anggota dengan jabatan tinggi."
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk menanyakan tinggi atau rendahnya jabatanku sebagai anggota, tapi ialah menolak keras adanya unsur paksaan untuk masuk Partaimul"
“Lantas apa maumu, Pendekar Bambu Kuning?’" tanya Dewi Kala Hijau mulai beringas.
”Kuharap kau menarik pulang kembali ucapanmu yang memaksa tadi!" Dewi Kala Hijau tertawa dingin.
"Sebenarnya aku tidak memaksa," katanya,
"Tapi bila ada diantara yang hadir di sini tidak mau menuruti kehendakku berarti itu mempersingkat umur namanya! Apa kalian tidak tahu, sekalipun kalian memiliki sayap atau pandai terbang, kalian pasti tak akan ke luar dari Lembah ini dengan selamat, kecuali jika kalian masuk dan bergabung dalam Partaiku!"
"Aku menolak mentah-mentah masuk Partaimu!" kata Pendekar Bambu Kuning dengan suara tegas mantap. Paras Dewi Kala Hijau mengkerut di batik topeng tengkoraknya. Dia berpaling ke belakang dan berseru:
"Pahat Tiga Racun, bereskan pengacau ini! Paling lambat dalam lima jurus!" Maka seorang laki-laki berpakaian merah darah berkumis melintang yang selilit pinggangnya bergantungan lebih dari seratus buah pahat hitam beracun segera melompat ke atas panggung. Dia memandang dengan bengis kepada Pendekar Bambu
Kuning lalu membentak:
”Manusia yang besar mulut dan telah menghina terhadap Ketua kami, harap naik ke panggung untuk terima kematianl"
Meluaplah amarah Pendekar Bambu Kuning sambil berteriak nyaring dan meiompat ke panggung dicabutnya senjatanya yaitu sebuah bambu kuning, dan terus menyerang! Si Pahat Tiga racun menyambut serangan lawan dengan melemparkan lima Pahat Beracun.
Sekali memutar bambu kuningnya maka runtuhlah kelima pahat hitam itu! Si Pahat Tiga Racun cabut lagi dua pahatnya. Dengan senjata itu kemudian dia menyerang Pendekar Bambu Kuning! Pertempuran hebat pun berkecamuklah. Dalam waktu yang sangat singkat tiga jurus sudah berlalu! Memasuki jurus yang keempat terdengarlah seruan Pendekar Bambu Kuning karena pertengahan bambunya berhasil dijapit oleh sepasang pahat hitam lawan!
Dengan terpaksa Pendekar Bambu Kuning lepaskan bambunya. Serentak tangan melepas, serentak pula kaki kanan menendang ke muka! Pahat Tiga Racun melompat ke samping tapi dia tertipu! Tendangan tadi palsu belaka karena begitu dia mengelak
layannya segera menghantamkan satu pukulan tangan kosong yang mengandung tenaga dalam ampuh!
Pahat Tiga Racun dengan cepat lepaskan japitan kedua pahatnya atas bambu kuning. Kedua senjata itu kemudian diputarnya untuk menangkis serangan lawan tapi kasip! Angin pukulan Pendekar
Bambu Kuning telah menghantam dadanya lebih dahulu! Si Pahat Tiga Racun mencelat dua tombak, terguling di panggung dan muntah darah! Pada saat Pendekar Bambu Kuning membungkuk mengambil bambunya tahu-tahu tiga bayangan melesat ke atas panggung dan langsung menyerang!
Dengan jatuhkan diri dan bergulingan, Pendekar Bambu Kuning berhasil menyelamatkan diri! Yang menyerangnya adalah tiga manusia berbadan kate dan mengenakan pakaian bertambal-tambal
dan robek-robek.
"Hem, pengemis Baju Rombeng! Kalian bertiga rupanya juga tersesat jadi bergundalnya perempuan iblis itu huh?! Baik, majulah sekaligus biar lekas kumusnahkan!"
Pengemis-pengemis Baju Rombeng cabut senjata mereka yaitu sebentuk sapu ijuk pendek. Berbarengan ketiganya menggerakkan sapu ijuk itu.
Tiga ratus jarum hitam kemudian mendesing ke arah Pendekar Bambu Kuning dari tiga jurusan!
”Curang!" terdengar seruan hadirin. Di atas panggung Pendekar Bambu Kuning sangat terkejut dan tak menduga kalau akan diserang sehebat itu. Segera diputarnya senjatanya. Namun seberapa dari jarum hitam yang datang dari samping kiri kanan masih sempat menancapi tubuhnya.
”Ha… ha!" tawa salah seorang dari Pengemis Rombeng.
”Jarum-jarum itu mengandung racun? jahat?! Nyawamu hanya tinggal tiga jam lagi!”
Mendengar itu maka kalaplah Pendekar Bambu Kuning! Senjatanya dibolang balingkan cepat sekali! Jurus-jurus simpanannya dikeluarkan! Sesaat kemudian terdengar jeritan salah seorang dari Pengemis Baju Rombeng. Kepalanya hancur dihantam ujung bambu! Namun disaat itu pula tubuh Pendekar Bambu Kuning semakin lemah akibat rangsangan racun jarum. Setelah bertempur tujuh jurus akhirnya dia terpaksa menemui ajalnya di tangan kedua
orang Pengemis Baju Rombeng itu!
"Bagus!" seru Dewi Kala Hijau memuji kedua Pengemis Baju Rombeng.
"Kelak kau akan kuberi tanda jasa!" Kedua orang itu tersenyum girang dan menjura lalu siap-siap untuk meninggalkan panggung namun langkah mereka terhenti ketika satu sosok bayangan biru melesat ke atas panggung sambil membentak:
"Pengemis-pengemis pengecut curang hina dina! Tetap tinggal di atas panggung! Aku mau lihat apakah kau juga bisa melakukan kecurangan terhadapku?!"
Bentakan itu adalah bentakan suara perempuan! Tapi nyaring dan kerasnya bukan olah-olah! Panggung tengkorak bergetar, telinga yang hadir mendenging! Semua mata tanpa berkedip memandang pada si pembentak! Dan ternyata dia memang seorang perempuan!
Perempuan ini mengenakan pakaian biru. Parasnya sebatas mata ke bawah ditutup dengan sehelai kain yang juga berwarna biru!
"Dewi Kerudung Biru!" berseru beberapa tokoh silat utama yang mengenali siapa adanya perempuan itu! Maka ketegangan pun semakin bertambahlah! Dewi Kerudung Biru bertemu dengan Dewi Kala Hijau tentu tak dapat dilukiskan kehebatannya nanti!
Dewi Kala Hijau di bailik topeng tengkoraknya mengerutkan kening. Sepasang matanya memandang tak berkedip dan menyorot tajam pada Dewi Kerudung Biru. Menurut taksiran Dewi Kala Hijau, perempuan berkerudung biru itu sebaya dengan dia.
"Ayo, kenapa kalian melongo dan mematung saja?! Perlihatkan lagi kebiadaban dan kecurangan serta kepengecutan kalian!" bentak Dewi Kerudung Biru pada kedua Pengemis Baju Rombeng. Yang menjawab adalah Dewi Kala Hijau
"Dewi Kerudung Biru, jika kedatanganmu ke atas panggung ini untuk mengacau, berarti kau tidak melihat tingginya Gunung Merapi di depan mata Tapi jika kedatanganmu untuk memasuki Partai Lembah Tengkorak, kelak aku akan berikan kedudukan tinggi kepadamul"
"lblis betina!" jawab Dewi Kerudung Biru.
"Aku tidak buta sampai tak melihat Gunung Merapi di depan mata," dan Dewi Kerudung Biru menunjuk ke arah Gunung Merapi yang berdiri megah di depan sebelah Barat Lembah Tengkorak,
"Tapi dosa dan kejahatanmu lebih besar dan lebih tinggi dari gunung itu! Hari ini kau meresmikan berdirinya Partai Lembah Tengkorak dan mengangkat diri sebagai Ketua! Tapi apa kau tahu bahwa hari ini juga adalah merupakan akhir hayatmu?!"
"Perempuan setan!" balas memaki Dewi Kala Hijau.
"Namamu memang besar! Tapi di sini jangan jual tampang! Pengemis Baju Rombeng! Bunuh perempuan setan itu!"
Mendengar perintah itu, tak menunggu lebih lama kedua Pengemis Baju Rombeng kebutkan sapu ijuk masing-masing. Ratusan jarum hitam beacun jahat menderu menyambar ke arah Dewi Kerudung Biru. (Seperti dituturkan dalam kisah-kisah Pendekar 212 sebelumnya Dewi Kerudung Biru ini adalah Anggini, murid tokoh silat yang bergelar Dewa Tuak).
Melihat serangan jarum maut itu Dewi Kerudung Biru mendengus. Dia melompat setinggi lima tombak kemudian laksana kilat berkelebat ke bawah, tangan kanan dipentang ke muka, jari-jari ditekuk kedalam!
"Cakar Garuda Emas!" seru Dewi Kala Hijau. Pengemis Baju Rombeng, awas!" Tapi percuma saja peringatan itu. Salah seorang
dari dua Pengemis Baju Rombeng menjerit.
Mukanya mandi darah. Hidung tanggal, kedua biji mata hancur luluh! Yang seorang lagi saking kecut dan terkejutnya sampai melompat mundur beberapa langkah sedang para hadirin diam-diam sangat memuji kelihaian Dewi Kerudung Biru.
Terdengar bentakan nyaring. Pengemis Baju Rombeng yang ketiga cabut pedang dan kebutkan sapu ijuknya. Satu jurus dia berkelebat cepat menggempur lawan namun tiada guna! Sekali Dewi Kerudung Biru gerakkan tangan kirinya maka "Buk!" Pengemis Baru Rombeng mencelat ke luar panggung. Tulang lehernya patah!
"Empat. Srigala Putih!" seru Dewi Kala Hijau
"Cepat bikin perhitungan dengan bangsat itu!" Empat bayangan putih berkelebat melompat ke atas panggung! Keempat manusia ini yang berjuluk Empat Srigala Putih mengurung Dewi Kerudung Biru dari empat sudut panggung!
"Hemm … jadi kalian juga merupakan kaki tangan iblis dajal itu ya? bagus! Majulah cepat!" ejek Dewi Kerudung Biru.
"Lima tahun malang melintang di daerah ini tak satu jago pun yang berhasil merubuhkan kami! Katakan cara mati yang bagaimana yang kau ingini perempuan hina?!"
"Cara mati yang begini, sobatku!" jawab Dewi Kerudung Biru. Bersamaan dengan itu tubuhnya lenyap ke hadapan orang yang bicara tadi. Dan terdengarlah satu pekikan hebatl Orang tadi kelihatan menutupi mukanya, Darah mengalir dari sela-sela jari. Sesaat kemudian tubuhnya pun tergelimpang di atas panggung tengkorak!
Tiga rekannya yang lain melolong tinggi persis seperti srigala yang kemudian dengan serentak menyerang Dewi Kerudung Biru! Lima jurus berlalu sangat cepat! Dewi Kerudung Biru membentak!
Satu jeritan lagi terdengar! Satu orang lagi menggelimpang di lantai panggung! Rahang-rahang Dewi Kala Hijau bergemeletakkan. Mulutnya komat kamit seketika. Kemudian terdengarlah lengkingannya.
"Sepuluh Pemimpin Cabang Partai, majulah!" Maka ke atas panggung sepuluh laki-laki berpakaian merah darah berlompatan gesit! Sedetik kemudian sepuluh pedang merah bergulung-gulung! Angin sepuluh senjata itu laksana topan prahara dan kesemuanya menyerang satu sasaran yaitu Dewi Kerudung Biru, ditambah lagi tekanan-tekanan gencar yang dilancarkan dua dari Empat Srigala Putih yang masih hidup! Karena kedua belas orang ini bukanlah berkepandaian rendah maka satu jurus saja Dewi Kerudung Birupun terdesaklah! Tapi sang Dewi tiada kelihatan gugup atau kecut sedikit pun ! Malahan dia berseru dengan nada mengejek kepada Dewi Kala Hijau!
"Ketua Partai Lembah Tengkorak! Kurasa masih kurang jumlahnya cecunguk-cecungukmu yang mengeroyokku!"
"Jangan merocos juga betina edan! Sebentar lagi kepalamu sampai ke kaki akan tercincang lumat!" Keroyokan kedua belas orang itu memang luar biasa hebatnya. Namun Dewi Kerudung Biru benar-benar luar biasa pula tinggi ilmunya. Begitu kedua tangannya bergerak mengeluarkan jurus "Naga
Kepala Seribu Mengamuk", maka tiga dari pengeroyok rubuh tanpa nyawa, sesudah itu dua orang lagi roboh terjungkal ke luar panggung.
Dengan geram Dewi Kala Hijau memerintahkan lagi sepuluh orang anggota Partai yang berkepandaian tinggi untuk mengeroyok Dewi Kerudung Biru! Dilain pihak yang dikeroyok pun mengamuk dengan hebatnya. Jurus-jurus "Naga Kepala Seribu Mengamuk" dan "Cakar Garuda Emas" menebar silih berganti. Meskipun demikian jalannya pertempuran tetap tak seimbang.
Dewi Kerudung Biru terdesak ke sudut panggung sebelah kanan!
"Ketua Partai Lembah Tengkorak!" terdengar seruan dari bawah panggung.
"Kami Tiga Brahmana dari Gunung Nagajembangan tidak bisa tinggal diam! Pengeroyokan ini sudah sangat keterlaluan!" Sesaat kemudian tiga sosok bayangan putih melompat ke atas panggung.
Dewi Kala Hijau memutar kepalanya dengan cepat. Pan-dangannya tampak bengis.
"Brahmana-brahmana tidak tahu diri, kalian mau turun tangan, baik! Tapi terima dulu hadiahku ini!" Ketua Partai Lembah Tengkorak mengangkat tangan kanannya. Selarik besar sinar hijau menderu dahsyat!
"Pukulan Kala Hijau!" seru Brahmana yang paling muka. Serentak dengan itu dia bersama dua kawannya melompat ke samping dan kebutkan lengan jubah masing-masing! Tapi terlambat. Dua puluh ekor kala beracun telah menyusup dan menancap di muka serta dada mereka. Ketiganya terjungkal kembali ke bawah tanpa sempat menjejakkan satu kakipun di lantai panggung yang terbuat dari tulang belulang dan tengkorak manusia itu!
"Siapa lagi yang hendak turun tangan membantu betina keparat itu silahkan naik ke atas panggung!" seru Dewi Kala Hijau! Semua hati yang hadir tercekat dan tak satu pun yang kelihatan berani menerima tantangan itu!
Sementara itu di sudut panggung sebelah kanan Dewi Kerudung Biru semakin kepepet! ketika lengan baju birunya robek besar disambar ujung pedang salah satu pengeroyok maka naiklah luapan amarahnya ke kepala!
Kedua tangan kiri kanan diangkat ke atas dan dipukdlkan ke muka. Dua rangkum angin pukulan yang berwarna biru melabrak dari dua jurusan! "Pukulan Asap Kencana Biru!" seru Dewi Kala Hijau dengan paras tersirap. Dia memang sudah lama mendengar kehebatan ilmu pukulan itu dan baru saat itu menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Empat orang pengeroyok berpelantingan terhampar di panggung dua orang, yang dua lagi terguling di bawah panggung. Keempatnya tanpa nyawa!
Dan bila Dewi Kerudung Biru mengangkat lagi kedua tangannya, kembali empat korban jatuh!
"Setan alas!" kutuk Dewi Kala Hijau. Matanya berputar ke arah dimana murid-muridnya duduk. Hanya Kala Biru dan Kala Hitam yang tampak. Kala Putih tiada kelihatan. Ini membuat Dewi Kala Hijau merasa curiga namun untuk menyelidik saat itu juga dimana Kala Putih berada tentu saja bukan pada tempatnya.
"Kala Biru, Kala Hitam! Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan!" teriak Ketua Partai Lembah Tengkorak.
Kedua muridnya pun segera bangkit dari kursi. Begitu melompat ke panggung, begitu mereka kirimkan serangan kala hijau ke arah Dewi Kerudung Biru. Dewi Kerudung Biru tidak tinggal diam. Dia sudah maklum
kehebatan ilmu pukulan itu. Kedua tangannya dipukulkan ke depan. Dua larik sinar biru menderu menangkis dua larik sinar hijau yang membawa Pukulan kala maut!
Bentrokan itu demikian hebatnya hingga menimbulkan suara laksana letusan meriam! Meskipun jumlah pengeroyok kini berkurang
namun dengan munculnya Kala Hitam serta Kala Biru maka keadaan Dewi Kerudung Biru lebih hebat terdesaknya dari tadi!
Sepuluh jurus dengan kehebatannya yang luar biasa dia masih sanggup bertahan meski bertahan sambil mundur terus-terusan. Diam-diam Dewi Kerudung Biru mengeluh dalam hati. Sampai berapa jurus lagi dia akan sanggup bertahan?
Sementara itu Ketua Partai Lembah Tengkorak yang melihat Dewi Kerudung Biru masih bisa bertahan menjadi penasaran sekali! Diam-diam dia gerakkan tangannya mengirimkan pukulan-pukulan jarak jauh! Dewi Kerudung Biru bukan tidak tahu kalau dirinya diserang secara pengecut itu, namun untuk balas menyerang dia tak punya kesempatan, apalagi menghadapi pengeroyok yang banyak dan lihai-lihai itu!
Lagi-lagi perempuan itu mengeluh dalam hati. Pada jurus yang kelima puluh satu, itulah batas kesanggupan Dewi Kerudung Biru untuk bertahan. Ketika dua ujung pedang menusuk dari muka belakang, satu kaki menendang ke arah selangkangan dan dua larik sinar hijau yang membawa puluhan kala maut menyerangnya, maka perempuan ini tiada sanggup lagi berkelit!
"Tamatlah riwayatku …" kata Dewi Kerudung Biru. Dia menggerung keras dan meramkan mata menunggu sampai ajalnya. Disaat yang kritis itu tahu-tahu terdengar suara mengaung laksana ribuan tawon mengamuk. Satu
sinar putih berkiblat panas dan memerihkan kulit dan satu bentakan mengatasi ketegangan suasana.
"Manusia-manusia pengecut berhati dajal! Makan kapakku!" Dan enam pengeroyok menjerit rubuh. Kala Hitam kalau tidak lekas-lekas melompat mundur pasti akan terluka besar bagian dadanya!
* * *
Next ...
Bab 14
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Neraka Lembah Tengkorak Bab 13"
Posting Komentar