Neraka Lembah Tengkorak Bab 2

WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito

Episode 005
Neraka Lembah Tengkorak


DUA
Melihat bangkit berdirinya putera Ketua Partai Telaga Wangi ini maka sorak dari suara-suara membakar semangat berbagai rupa semakin santar kedengaran di kalangan para hadirin, Dewa Pedang menyipitkan mata kepada lndrajaya putera tertua yang melihat isyarat ini segera hentikan gerakannya. Kemudian dengan segala kegeraman yang ada terpaksa duduk ke kursinya kembali.
"Ha ha ha!" terdengar suara tertawa bergelak Si Bayangan Setan.
"Apakah aku datang ke panggung ini hanya untuk dianggurkan saja?" ujarnya mengejek. Dengan tenang Ketua Partai Telaga Wangi memutar kepalanya ke ujung paling kanan di mana berdiri seorang pemuda berpakaian ringkas berbadan tegap dan berkumis kecil. Dia adalah Candra Masa seorang murid atau anggota Partai tingkat muda yang paling pandai.
Tahu bahwa Si Bayangan Setan adalah seorang tokoh yang lihai dan banyak pengalaman maka Dewa Pedang sengaja anggukkan kepala memberi isyarat pada Candra Masa. Melihat anggukan ini, Candra Masa segera melangkah ke muka. Dia menjura terlebih dahulu di hadapan Dewa Pedang lalu memutar tubuh menghadapi Si Bayangan Setan.
”Bayangan Setan, atas izin Ketua kami, kuharap kau yang tua sudi memberi sedikit pelajaran pada yang lebih muda…."
Si Bayangan Setan memandang dengan kerenyit kulit kening pada Candra Masa lalu tertawa gelak-gelak sampai ke luar air mata.
"Ketua Partai Telaga Wangi" katanya pada Dewa Pedang sambil mengucak-ucak matanya.
"Kau ini mau main badut-badutan atau apa sampai menyuruh bocah yang masih bau air tetek ini menghadapi aku?!" Semua pihak Partai Telaga Wangi gusar sekali menerima penghinaan dan perendahan begini rupa, terlebih-lebih Candra Masa. Kedua rahangnya kelihatan bertonjolan. Sebaliknya sang Ketua sendiri dengan tenang dan suara sabar menjawab;
"Bayangan Setan justru. Karena dia bau air teteklah maka kusuruh menghadapi kau! Bukankah maksudmu hendak menguji Partai kami? Dan bukankah yang lebih pandai itu biasanya menguji yang lebih bodoh? Nah silahkan dimulai ”
Ucapan yang sabar serta tenang tapi berwibawa itu sekaligus merupakan satu tempelak bagi Si Bayangan Setan. Mukanya merah sedang para hadirin kedengaran lagi bersorak-sorak membakar semangat!
"Kalau memang tak ada muridmu yang lebih pandai dari yang satu ini tak apalah … !" kata Si Bayangan Setan pula. Kemudian dengan congkaknya dia menambahkan.
"Untuknya kuberi kesempatan bertahan sampai tiga jurus! Kalau dalam tiga jurus tubuhnya tidak terpelanting ke luar panggung jangan panggil aku Si Bayangan Setan dan aku akan mengaku kalah padanya!" Si Bayangan Setan tepukkan kedua telapak tangannya.
"Ayo, mulailah!" katanya.
"Ah, aku yang muda mana berani mulai lebih dahulu. Menurut aturan yang lebih tua dan yang mengujilah yang musti maju lebih dahulu …." jawab Candra masa. Si Bayangan Setan menyeringai buruk.
"Baik, bila kau punya senjata keluarkanlah!" Candra Masa tersenyum.
"Selama lawan bertangan kosong, aku murid Partai Telaga Wangi tetap akan menghadapinya juga dengan tangan kosong!"
"Kalau begitu terimalah jurus pertama ini?" kata Si Bayangan Setan gusar. Sekali tubuhnya berkelebat maka diapun lenyap dan kini yang kelihatan hanyalah sesosok bayangan hitam menyambar laksana kilat ke arah Candra Masa sedang angin bersiuran turut menyerangnya dengan pesat!
Dengan maksud hendak memamerkan kehebatannya dan hasrah hendak merubuhkan lawan dalam satu jurus saja, maka dijurus pertama itu Si Bayangan Setan sudah mengeluarkan ilmu silatnya yang hebat yaitu ciptaannya sendiri yang bemama: "Bayangan Hitam Menjulang Langit"!
Candra Masa terkejut melihat lenyapnya tubuh lawan dan kini hanya bayangan hitam serta angin pesat menyambar ke arahnya!
Namun dalam terkejutnya murid yang sudah terdidik ini tetap berlaku tenang dan tidak kehilangan akal. Dengan cepat dijatuhkannya dirinya ke lantai. Begitu tubuh lawan dilihatnya lewat di atasnya, pemuda ini segera lancarkan pukulan tangan kosong!
Tapi pada detik itu pula Si Bayangan Setan bergerak memutar dan laksana badai kaki kanannya menyambar kearah tangan yang memukul.!
Walau bagaimanapun kehebatannya tangan tak akan menang melawan kaki! Sambil tarik pulang tangannya Candra Masa bergulingan di lantai. Tendangan lawan menghantam angin kosong! Jurus pertama yang cukup mendebarkan berlalu sudah!
Dan dari panggung arah sebelah Barat terdengar suara tertawa manusia yang tadi:
"Ah …. Bayangan Setan.. nyatanya namamu kosong belaka! Bocah yang katamu masih bau air tetek itu tak sanggup kau hadapi!” Hati Si Bayangan Setan laksana dibakar
“Pemuda . . .! " Suaranya bergetar tanda amarah.
“Giliran kau sekarang untuk memulai … !" Candra Masa tersenyum jumawa.
"Terima kasih katanya. Tangan kanannya diacungkan ke muka seperti sikap seseorang yang tengah memegang pedang.
”Lihat perut!" teriak Candra Masa tiba-tiba dan pada kejapan itu pula tubuhnya melesat ke muka. Tangan menyambar ke perut Si Bayangan Setan.
Tanpa banyak cerita si Bayangan Setansegera menyongsong serangan lawan ini dengan pukulan tangan kanan karena dia tahu bahwa tenaga dalamnya jauh lebih tinggi dari si pemuda! .. . .
Sedetik lagi kedua lengan meieka akan beradu maka pada saat itu pula terdengar kembali seruan Candra Masa.
"Lihat dada!" Dan laksana pedang lengan kanan anak murid Partai Telaga Wangi itu menusuk ke arah dada Si Bayangan Setan!
Geram serta penasaran sekali maka Bayangan Setan menggerakkan kedua tangannya sekaligus dalam ilmu pukulan yang disebut "Menabas Gunung Mengepit Sungai".
Dengan ilmu silat ini Si Bayangan Setan bermaksud menjapit lengan kanan lawan kemudian mematahkannya!
Tapi lagi-lagi Si Bayangan Setan tertipu karena begitu dia merasa ilmu silatnya tadi akan berhasil mencelakai lawan tiba-tiba Candra Masa berseru keras.
"Awas leher!" Dan laksana pedang lengan kanannya berkiblat menyaput dan menderu ke batang leher Si Bayangan Setan.
"Heyyah!" Si Bayangan Setan membentak nyaring sehingga lantai panggung yang terbuat dari papan menjadi bergetar sedang tubuhnya sendiri lenyap dari pemandangan. Dengan ilmu meringankan tubuh. Candra Masa
meskipun kalah pengalaman masih dapat melayani lawan dalam jurus kedua yang hampir tamat dan mencapai puncaknya itu.
"Jaga kepala!" seru murid Partai Telaga Wangi itu. Sewaktu lengan lawan menebas ke arah leher Si Bayangan Setan berhasil mengelakkan dan kini begitu terdengar seruan lawan maka tak ayal lagi dia segera merunduk cepat dan laksana kilat menyodokkan ke muka dua jotosan sekaligus. Satu menyerang dada satu menyerang ulu hati!
Namun cara mengelak dan menyerang yang dilancarkan oleh Si Bayangan Setan ini terlalu kesusu dan sembrono sekali. Lengan lawan yang ,memang disangkanya hendak menetak kepalanya tiba-tiba dengan kecepatan yang luar biasa berputar ke bawah dan naik lagi ke atas di antara kedua lengannya dan…..
"Buk!"
Tubuh Si Bayangan Setan terjajar ke belakang. Tangan kanannya mengusap-usap dada yang kena terpukul. Sorak sorai para hadirin tiada terlukiskan. Banyak di antara mereka yang benar-benar mengagumi kegesitan dan kecepatan serta kehebatan permainan silat Candra Masa.
Meski muda belia dan baru muncul di dunia persilatan namun telah berhasil melayani nama besar Si Bayangan Setan, bahkan mengalahkannya dalam dua jurus pertandingan!
Candra Masa menjura kepada para hadirin. Dan karena merasa bahwa pertandingan tersebut sudah selesai dimana dia berhasil memukul lawan dalam jurus kedua tadi maka Candra Masa memutar tubuh dan siap-siap untuk menjura ke hadapan guru atau Ketua Partai Telaga Wangi untuk kemudian kembali ke tempatnya. Namun di saat itu pula terdengar Sentakan Si Bayangan Setan.
"Orang muda, tunggu dulu! Aku masih belum kalah!" Pihak Partai Telaga Wangi lebih-lebih Candra masa sendiri jadi terkejut dan heran. Demikian pula para hadirin.
"Bayangan Setan, apakah maksudmu. ..? " tanya Candra Masa pula.
"Aku belum kalah! Aku sama sekali tidak mengaku kalah!" Candra Masa hendak menyahuti namun dari deretan hadirin sebelah Barat lagi-lagi terdengar suara manusia yang tak dikenal tadi.
"Bayangan Setan, apakah kau betul-betul punya hati setan dan bermuka tembok? Sudah kena Digebuk dalam dua jurus masih mau menantang? Sesuai dengan janjimu mustinya kau sudah minggat dari atas panggung dan tak perlu memakai gelar Si Bayannan Setan lagi!"
"Keparat bangsat rendah!" hardik Si Bayangan Setan sambil memutar badannya ke arah Barat. Pandangan matanya liar dan memancarkan amarah yang meluap.
"Jika punya nyali harap unjukkan diri dan naik ke atas panggung!" Jawaban dari panggung sebelah Barat adalah suara tertawa mengekeh yang membuat. Semakin meluapnya amarah Si Bayangan Setan.
"Pemuda yang katamu masih bau air tetek itu saja belum sanggup kau hadapi, apalagi mau menantang aku!" Si Bayangan Setan benar-benar kehilangan muka diejek demikian rupa di hadapan sekian banyak tokoh-tokoh persilatan.
"Bocah bau air tetek ini masih mending dari kau yang tak punya nyali untuk naik ke atas panggung!" Kemudian dengan cepat Si Bayangan Setan memutar tubuh menghadapi Candra Masa kembali. Tangan kanannya bergerak ke balik jubah dan sesaat kemudian dia sudah memegang sebuah senjata berbentuk pendayung yang terbuat dari besi hitam legam!
"Orang muda harap keluarkan kau punya senjata dan mari hadapi lagi aku barang satu dua jurus!" kata Si Bayangan Setan pula.
Melihat gelagat yang tidak baik ini sedang dipihak hadirin ada yang terus bersorak membakar semangat Si Bayangan Setan dan ada pula yang memaki manusia ini maka Ketua Partai Telaga Wangi segera berkata:
"Saudara Bayangan Setan, kuharap kau sudah menuruti segala aturan yang kau buat sendiri tadi dan mohon supaya meninggalkan panggung. Bukankah maksudmu untuk menguji terhadap Partaiku sudah kesampaian… Dan kami berterima kasih atas kesediaanmu untuk mau melakukan ujian itu tadi “.
"Jika aku bisa buat aturan, aku bisa pula melanggamya!" jawab Si Bayangan Setan dengan suara keras lantang.
"Betul!" ujar Dewa Pedang dengan suara mengandung kesabaran. Diusahakannya agar dalam suasana panas ini tidak sampai terjadi kerincuhan dan kekeruhan.
"Tapi karena saat ini kau berada di tempat kami maka kau juga wajib mengikuti segala aturan kami, sekurang-kurangnya kau harus menghormat kepada aturan kalangan persilatan …."
"Aku datang ke sini bukan untuk mengikuti dan menghormat kepada segala macam aturan apapun! Kalau muridmu tidak punya nyali, kau sendiri pun maju akan lebih baik Kelamlah paras keseluruhan anggota Partai Telaga Wangi, lebih-lebih ketiga putera Dewa Pedang serta Suwita isteri Dewa Pedang mendengar ucapan Si Bayangan Setan yang mengandung penghinaan itu. Namun Dewa Pedang sendiri anehnya masih tetap bisa berlaku tenang-tenang duduk di kursinya.
"Ketua!" seru Candra Masa pula.
"Harap kau memberi izin padaku untuk menghadapi lagi manusia yang tidak tahu aturan dan tak tahu peradatan serta tak tahu diri ini!"
"Baik Candra, tapi kali ini hati-hatilah …." jawab Ketua Partai Telaga Wangi pula.
Mendengar ini maka tak menunggu lebih lama Candra Masa segera cabut pedangnya yang terbuat dari perak mumi sehingga sinar matahari membuat senjata itu berkilauan!
* * *


Next ...
Bab 3

Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245




Related Posts :

0 Response to "Neraka Lembah Tengkorak Bab 2"

Posting Komentar