WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 011
Raja Rencong Dari Utara
DUA
ORANG BERJUBAH PUTIH INI berbadan sangat pendek hingga jubahnya menjelajela ditanah. Dibahu kanannya terselempang sehelai selendang putih berumbai-umbai. Sorbannya besar sekali. Melihat kepada keadaan tubuhnya yang masih tegap itu orang akan menaksir dia baru berusia sekitar setengah abad. Tapi sesungguhnya dia telah hidup tujuh puluh tahun lebih diatas dunia ini!
"Kau Kyai Suhudilah?!" bentak Raja Rencong Dari Utara. Orang pendek berjubah putih tidak menjawab.
Diputarnya kepalanya memandang mayat mayat yang bergelimpangan hanya seorang yang masih hidup yaitu yang pedangnya tadi dirampas Raja Rencong, namun keadaannya juga tak ada harapan karena tendangan Raja Rencong telah mematahkan tulang pinggangnya!
Paras laki laki pendek itu mula mula tenang sekali.
Namun melihat mayat yang demikian banyaknya tak dapat iamenyembunyikan gelora darahnya. Wajahnya yang tertutup kumis dan janggut putih itu kelihatan kelam membesi!
"Demi Tuhan", katanya seakan-akan pada dirinya sendiri, "dosa apakah yang telah kami buat hingga menerima cobaan yang begini besar?!".
Sejak pertanyaannya tadi tidak dijawab, Raja Rencong merasa dianggap remeh dan menjadi marah sekali. Dan mendengar ucapan sijubah putih Raja Rencongpun berkata dengan suara lantang : "Manusia katai tolol! Ini bukan cobaan! orang orang itulah yang sengaja mencari mati sendiri karena keliwat berani melawan Raja Rencong Dari Utara!"
"Alasan yang tidak beralasan!" jawab sijubah putih masih tanpa memandang pada Raja Rencong.
"Nyawa manusia bukan milik manusia! Kenapa ada manusia yang berani berbuat se-wenang wenang begini rupa?!"
"Katai! Jangan bicara ngelantur terus terusan Katakan kau Kyai Suhudilah apa bukan?!"
"Ada apakah kau mencari Kyai itu?!"
"Tak perlu bertanya! Kalau kau bukan Kyai Suhudilah lekas katakan dimana dia berada "
"Apakah ada dendam kesumat lama yang kau bawa datang kemari? Kyai Suhudilah tak ada disini!
Aku wakilnya! Kalau ada keperluan katakan saja nanti kusampaikan!"
Raja Rencong Dari Utara menimang sejenak. Dia percaya kalau orang dihadapannya tidak berdusta bahwa Kyai Suhudilah tak ada di Pesantren saat itu.
"Sebagai wakil di Pesantren ini, disamping harus menyampaikan pesanku pada Kyai Suhudilah kurasa ada baiknya kau mengetahui maksud kedatanganku kemari! Katakan pada Suhudilah bahwa pada tanggal satu bulan dimuka dia harus datang ke Bukit Toba membawa lima puluh keping uang emas sebagai tanda tunduk padaku dan masuk kedalam sebuah partai besar yaitu Partai Topan Utara yang bakal kudirikan dan kuresmikan! Katakan juga padanya kalau dia berani menolak, lebih baik bunuh diri saja!"
Paras Laki laki berjubah putih itu tambah kelam membesi.
"Kalau aku boleh bertanya, hak apakah yang membuat kau memaksa orang untuk tunduk dan tnaiuk kedalam partai yang hendak kau dirikan?!" Raja Rencong Dari Utara tertawa tawar.
"Itu akan kuterangkan nanti pada hari peresmian berdirinya Partai Topan Utara Dan jangan lupa, adalah juga menjadi kewajibanmu untuk mematuhi pesanku tadi dan datang ke Bukit Toba!" Kini sijubah putihlah yang tertawa rawan.
"Hendak mendirikan partai dengan main paksa? Hendak mendirikan partai dengan menempuh jalan berlumuran darah? Sungguh keji!"
"Jadi kau menolak untuk tunduk dan datang?!" tanya Raja Rencong. Nada suaranya membayangkan ancaman.
"Aku Kyai Hurajang sebagai wakil pemimpin pesantren Suhudilah berhak menolak permintaanmu yang secara memaksa itu, apalagi mengingat apa yang telah kau lakukan disini! Pembicaraan tentang segala macam partai, tentang segala macam tanggal dan tahun, tentang segala macam peresmian kita tutup Sampai disini! Sekarang yang patut dibicarakan ialah tentang pertanggung jawabmu atas dua puluh korban yang berhamparan itu!"
Raja Rencong Dari Utara meneliti paras Kyai Hujarang sejenak lalu tertawa gelak gelak.
“Kukira dengan melihat dua puluh mayat didekatmu Kukira hidungmu akan menjadi satu. Peringatan Bagimu untuk tidak bicara apalagi bertindak gegabah! Tapi dasar manusia tidak tahu tingginya Gunung Leuser tak tahu dalamnya danauToba! Dikasih anggur malah meminta racun”.
Kyai Hujarang menghela nafas dalam “ Betapapun tingginya gunung lebih bagus tingginya budi. Betapapun dalamnya Danau lebih baik dalamnya jalan Pikiran dan kemanusiaan. Terserahlah kalau disitu menganggap ini suatu penantangan Bagaimanapun aku tak dapat menerima permintaanmu! Sekarang ulurkan tangan kananmu yang telah menebar maut disini!"
"Kalau kuulurkan tangan, kau mau berbuat apakah?!" tanya Raja Rencong Dari Utara ingin tahu.
"Siapa yang membunuh hukumannya harus dibunuh!
Tapi aku masih memberi ampun padamu cukup hanya dengan memotong tangan kananmu sebatas siku!"
Kembali Raja Rencong Dari Utara tertawa gelak gelak.
"Kyai tak tahu diuntung!" dampratnya, "jika kau sanggup menahan seranganku sampai lima jurus aku bersumpah untuk bunuh diri dihadapanmu!"
"Ajaran agamaku mengatakan balaslah kebaikan dengan kebaikan, tapi balaslah kejahatan dengan keadilan! Akan kulaksanakan keadilan namun sengaja kau minta hukuman yang lebih berat! Ah … . mungkin sudah takdir aku harus turun tangan menyelamatkan dunia dari angkara murka yang kau timbulkan!"
"Sudah jangan ngelantur! Terima jurus yang pertama ini!" bentak Raja Rencong Dari Utara. Tangan kanannya dipukulkan kemuka! Satu angin dahsyat menderu dengan kekuatan setengah tenaga dalam!
Melihat datangnya serangan ini Kyai Hurajang salurkan tiga perempat tenaga dalamnya kelengan jubah lalu kebutkan lengan jubah itu! Selarik angin putih menyambar. Tapi betapa terkejutnya Kyai Hurajang sewaktu tenaga dalam mereka saling bentrokan, tubuhnya terjajar kebelakang samai dua tombak!
Nyatalah tenaga dalam lawan jauh lebih hebat! Dan sang Kyai sama sekali tidak tahu kalau Raja Rencong baru cuma mengandalkan setengah bagian saja dari tenaga dalamnya!
Melihat sekali hantam saja lawan sudah huyung begitu rupa dengan tertawa Raja Rencong lipat gandakan tenaga dalamnya! Jika saja Kyai Hurajang tidak engkaulekas melompat pastilah tubuhnya akan kena disapu dan terlempar jauh!
Menyadari tenaga dalam lawan lebih hebat maka Kyai Hurajang begitu melompat diudara segera menyambar selendang berumbai-umbai yang terselempang dibahunya! Dan serentak turun ketanah kembali selendang itu dikebutkannya kearah lawan!
Raja Rencong terkejut sekali sewaktu merasakan bagaimana kebutan selendang berumbai-umbai itu mendatangkan angin keras yang dingin menyembilu tulang tulang sekujur badannya! Tubuhnya tergontai-gontai.
Tapi cepat dia menguasai diri dan membuka jurus kedua dengan satu serangan yang luar biasa cepatnya!
Kyai Hurajang putar selendangnya sekeliling tubuh melindungi diri dari gempuran dua tendangan dan dua jotosan lawan! Laksana disapu topan layaknya serangan Raja Rencong menemui kegagalan total!
Tergetar juga hati Raja Rencong. Tidak disangkanya selendang lawan mempunyai kehebatan demikian rupa! Tidak menunggu lebih lama dia segera pentang tangan kanan dan kembangkan kelima jari.
"Aku mau lihat apakah kau sanggup menerima pukulan ilmu kuku api ini?" hardiknya. Kelima jari tangan dijentikkan kemuka. Dari kuku kuku jari tangan itu menderulah lima larik sinar merah!
Kyai Hurajang kerahkan seluruh tenaga dalam dan menangkis dengan selendangnya!
"Wuss!"
Kyai Hurajang berseru kaget dan lepaskan selendangnya yang dalam kejap itu telah berubah menjadi kepulan api dilanda pukulan kuku api yang dilepaskan Raja Rencong!
Muka Kyai ini berubah pucat laksana kertas! Raja Rencong Dari Utara tertawa mengekeh.
"Apakah cuma itu satu satunya senjata yang kau andalkan hingga kau demikian pucatnya?!" ujar Raja Rencong mengejek!
"Aku masih belum kalah" kata Kyai Hurajang.
"Dalam Dua jurus mendatang jangan harap kau bisa lepas dari tanganku!"
Kyai Hurajang rangkapkan kedua tangan dimuka dada, mata meram dan mulut komat kamit Sesaat kemudian wajahnya berubah menjadi biru.
"Haha … . ilmu siluman apakah yang hendak kau keluarkan Kyai?!" ejek Raja Rencong Dari Utara.
Kyai Hurajang usapkan telapak tangannya kemuka.
Warna biru diwajahnya lenyap dan sebagai gantinya kini kedua tangannya sampai pergelangan berubah menjadi biru legam dan bersinar!
"Bersiaplah untuk menerima kematian!" desis Kyai Hurajang lalu tutup ucapannya dengan hantamkan kedua tangannya kemuka! Dua larik sinar biru menderu kearah Raja Rencong Dari Utara! Inilah ilmu pukulan kelabang biru yang pernah dituntut Kyai Hurajang dari seorang sakti di Pulau Jawa!
Jangankan manusia, batu karang yang bagaimanapun atosnya akan hancur lebur dilanda dua larik sinar biru itu. Jika dipukulkan kepohon besar, maka pohon itu akan menciut mati detik itu juga akibat racun dahsyat yang terkandung dalam larikan sinar biru itu!
Raja Rencong Dari Utara juga sudah pernah mendengar tentang ilmu pukulan kelabang biru dan sudah maklum akan kehebatannya. Karenanya begitu lawan lepaskan pukulan tersebut tak ayal lagi dia segera gerakkan tangan kanan kepinggang! Sekejap kemudian sewaktu dua larik sinar biru itu akan melandanya, selarik sinar kuning yang terang berkelebat kedepan dan terdengarlah satu letusan yang keras sekali sewaktu kedua sinar itu saling beradu diudara!
Kyai Hurajang terjajar kebelakang, tersandar kekaki menara. Dadanya sakit, nafasnya sesak sedang parasnya pucat tiada berdarah. Dilain pihak kelihatan kedua kaki Raja Rencong Dari Utara melesak ketanah sedalam satu setengah dim. Tangan kanannya yang memegang sebilah Rencong Emas masih diacungkan ke udara! senjata inilah tadi yang telah mengeluarkan sinar kuning dan bertubrukan dengan sinar biru pukulan Kyai Hurajang! Perlahan-lahan Raja Rencong turunkan tangan kanannya dan masukkan Rencong Emas itu kebalik baju ungunya. Dan memandang kemuka. Kyai Hurajang telah melosoh ketanah. Ketika kepalanya terkulai kesamping, nyawanyapun lepaslah!
Raja Rencong Dari Utara tertawa mengekeh.
Dari dalam saku pakaiannya dikeluarkannya sebuah benda dan dilemparkannya kearah kepala Kyai Hurajang!
Benda itu menancap tepat dikening sang Kyai dan ternyata adalah sebuah bendera kecil berbentuk segitiga berwarna ungu, pada tengah tengahnya terdapat gambar dua buah rencong kuning saling bersilangan.
Pada tiang bendera kecil terikat segulung kertas!
Raja ‘Rencong terus juga mengumbar tertawanya.
Setelah memandang berkeliling akhirnya ditinggalkannya tempat itu!
***
Next ...
Bab 3
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Raja Rencong Dari Utara Bab 2"
Posting Komentar