WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 013
Kutukan Empu Bharata
ENAM BELAS
KIYAI Supit Pramana dan pengemis Sakti Muka Bopeng sama-sama terkejut lalu samasama melompat ke belakang. Si Muka Bopeng yang sudah mengenali suara orang yang datang segera dapat menduga siapa dia adanya dan ternyata dugaannya tak meleset. Orang itu adalah Si Cadar Hitam!
"Ha . . . " ha . . . ! Agaknya kau terkejut dan takut melihat kedatanganku, Pengemis Sakti Muka Bopeng?!"
"Puah!" Pengemis Sakti Muka Bopeng meludah. "Dalam hidupku tak pernah ada kata takut! Apalagi terhadap bangsa kurcaci macam kau!"
Si Cadar Hitam tertawa gelak-gelak sambil memandang berkeliling. Sesaat dia memperhatikan pertempuran yang berlangsung antara Untung Pararean dengan keempat pengeroyoknya lalu kepalanya kembali dipalingkan pada Pengemis Sakti Muka Bopeng, dan berkata dengan mengejek. "Mungkin kau bukan seorang pengecut! Tapi sekurang-kurangnya kau telah mengajarkan bagaimana bertempur secara pengecut terhadap murid-muridmu hingga mereka main keroyok begitu rupa!"
Muka yang buruk dari Pengemis Sakti Muka Bopeng kelihatan merah padam dan Si Cadar Hitam kembali mementang mulut. "Bukti lain yang cukup jelas betapa pengecutnya dirimu ialah ketika kau mengutus murid-muridmu untuk memenuhi tantanganku satu tahun yang lalu! Kenapa tidak kau sendiri yang muncul kalau bukannya berarti kau bangsa pengecut kelas wahid?!"
"Bangsat rendah! Kuberikan kesempatan padarnu untuk mengaso memperpanjang nyawa. Kelak sesudah tua bangka dari Gunung Bromo ini kubikin mampus akan sampai pula giliranmu!"
Kiyai Supit Pramana cepat membuka mulut. "Cadar Hitam," katanya yang sudah mengenali siapa adanya pendatang baru itu . . . "Antara aku dan dia sebenarnya tak ada silang sengketa. Silahkan kau baku hantam satu sama lain!"
"Kiyai sedeng! Apakah kau tak punya nyali melanjutkan pertempuran tadi?!" tanya Pengemis Sakti Muka Bopeng.
Sang Kiyai tertawa bergumam. "Rupanya nyalimu terlalu besar. Apa kau ingin kami berdua melabrakmu saat ini?!"
"Tua renta_. .." Maki Pengemis Sakti Muka Bopeng itu dipotong oleh bentakan Si Cadar Hitam.
"Muka Bopeng, sudah mau mampus masih saja main maki-makian! Terima ini!"
Selarik sinar hitam bersiut! Itulah serangan senjata Si Cadar Hitam yang berbentuk toya dengan lingkaran-lingkaran tajam pada kedua ujungnya!
"Ha … ha! Senjatamu masih saja senjata buruk dulu! Apakah kau masih punya muka untuk mempergunakannya?!" ejek Pengemis Sakti Muka Bopeng seraya menangkis dengan keris Mustiko Jagat.
"Trang!" Bunga api memercik!
Si Cadar Hitam terkejut. Tangannya tergetar hebat, sakit dan pedas. Ketika diperhatikannya senjatanya, astaga! Temyata lingkaran tajam yang sebelah kanan telah terbabat putus! Dia sama sekali tidak menyangka kalau dalam satu tahun kehebatan lawannya sudah maju jauh sekali dan tak menyangka lagi kalau keris di tangan Pengemis Sakti Muka Bopeng demikian dahsyatnya! Mau tak mau nyalinya jadi menciut juga. Segera dia mengeluarkan jurus silatnya yang terhebat dan melakukan penyerangan dengan senjatanya yang telah buntung! Si Cadar Hitam berlaku cerdik. Dia selalu mengelak bila lawan hendak mengadu senjata, sebaliknya dia berusaha agar dapat menyingkirkan keris Mustiko Jagat dari tangan lawan!
Dalam ilmu silat mungkin Si Cadar Hitam lebih hebat dan lebih gesit gerakannya. Namun walau bagaimanapun yang menentukan adalah senjata di tangan masing-masing! Setelah bertempur dua puluh jurus lebih akhirnya Si Cadar Hitam tak berdaya mengelakkan satu tusukan yang amat cepat!’ Tubuhnya terjajar ke belakang dengan dada mandi darah. Senjatanya yang buntung terlepas dan begitu jatuh tubuhnya. masih berkelojot beberapa kali. Begitu racun keris merambas kejantungnya, lakilaki itupun meregang nyawa!
"Manusia hina! Mayatmu tak layak malang melintang di depan mataku!" kata Pengemis Sakti Muka Bopeng. Sekali tendang saja maka mencelatlah tubuh Si Cadar Hitam sejauh belasan tombak, angsrok di antara semak-semak lebat! Pengemis Sakti Muka Bopeng berpaling pada Kiyai Supit Pramana. "Sekarang giliranmu, anjing tua!" bentaknya lalu menyerbu dengan keris di tangan! Untuk kedua kalinya kedua orang itu kembali bertempur. Kini lebih hebat, lebih cepat, dan lebih ganas!
Pertempuran antara Untung Pararean dan pengeroyok-pengeroyoknya telah berjalan lebih dari empa; puluh jurus. Dalam keadaan luka parah Untung Pararean masih sempat memukul jatuh salah satu golok di tangan Sri Lestari dan merampas goloknya yang lain. Tapi untuk itu Untung Pararean menerima hantaman sabuk di tangan Pengemis Kepala Botak yang membuat pinggulnya serasa remuk! Dengan panuh marah Untung Pararean melepaskan pukulan "seribu kati memukul awan",
ke arah Pengemis Kepala Botak. Pukulan yang dahsyat itu berhasil dikelit oleh si kepala Botak sebaliknya hampir saja melanda Sri Lestari di samping kiri. Karena itu Untung tak mau lagi melepaskan pukulan tersebut takut mencelakai anak kandung atau bekas istrinya sendiri!
"Lekas bentuk barisan bolang-baling!" tiba-tiba Sri Lestari atau Pengemis Cantik Ayu berseru. Barisan bolang-baling adalah satu barisan penggempur yang tangguh. Barisan ini diciptakan oleh Pengemis Sakti Muka Bopeng dan bisa dilakukan oleh tiga sampai tujuh orang. Dan kehebatan barisan ini dirasakan sendiri oleh Untung Pararean. Serangan datang dari berbagai jurusan dan dalam gerakan yang sama sekali berlawanan dari gerakan silat yang sewajarnya. Ini membingungkan Untung Pararean. Meskipun beberapa jurus di muka dia berhasil mengetahui kelemahan-kelemahan barisan bolang-baling itu namun dirinya sudah sangat terdesak! Masih untung dia berhasil merampas golok Sri Lestari, kalau tidak mungkin sudah sejak tadi-tadi dia mendapat celaka!
Dalam pada itu pertempuran antara Pengemis Sakti Muka Bopeng dan Kiyai Supit Pramana telah mencapai klimaks kehebatannya. Dalam jurus yang ke enam puluh tiga tokoh silat dari Gunung Bromo itu berhasil menghantam lengan kanan lawannya hingga keris Mustiko Jagat terlepas dan mental dari tangan Pengemis Sakti Muka Bopeng. Laki-laki ini coba melompat untuk menjangkau senjata itu tapi tak berhasil karena saat itu Kiyai Supit Pramana melepaskan pukulan "seribu kati memukul awan" yang mana harus dielakkannya dengan cepat kalau tidak mau mendapat celaka. Kiyai Supit Pramana adalah tokoh silat berjiwa kesatria tulen! Melihat lawan tidak bersenjata lagi segera selendang suteranya di simpan di balik pakaian lalu meneruskan pertempuran dengan tangan kosong.
Secara kebetulan, keris Mustiko Jagat yang terlepas mental dari tangan Pengemis Sakti Muka Bopeng melayang ke tempat berlangsungnya pertempuran antara Untung Pararean dan pengeroyok-pengeroyoknya. Melihat keris ayahnya melayang mental begitu rupa, dan di saat itu dia sendiri tidak pula memegang senjata apa-apa, dengan cepat Sri Lestari melompat. Sesaat kemudian senjata itupun sudah berada dalam tangan kanannya!
Betapa terkejutnya Untung Pararean menyaksikan Sri Lestari kembali memasuki kalangan pertempuran dengan Mustiko Jagat di tangan. Sinar biru berkelebat menggidikkan. Untuk kesekian kalinya Untung Pararean merasakan bulu kuduknya merinding. Terngiang lagi di telinganya kutukan Empu Bharata yang dibunuhnya dulu: ". . . kelak kau bakal mati di ujung keris Mustiko Jagat. . . " Apakah kutukan itu segera akan berbukti kini?!
"Trang"!
Untung Pararean terkejut. Golok di tangan kanannya patah dua disambar keris Mustiko Jagat. Telapak tangannya sakit sekali. Dalam pada itu dia harus cepat pula menyelamatkan kepalanya dari gada batu pualam putih di tangan Pengemis Badan Gemuk sedang dari belakangnya, Pengemis Hitam Manis atau Sri Kemuning melancarkan pula satu tendangan maut! Untung Pararean berkelebat cepat untuk mengelakkan kedua serangan itu dan berhasil. Namun dia melupakan kedudukan Sri Lestari yang saat itu bergerak luar biasa cepatnya, menyambar dari samping kiri dan menusukkan Mustiko Jagat ke dadanya tanpa bisa di tangkis atau dikelit lagi!
Sesaat sebelum Mustiko Jagat menghunjam di dada Untung Pararean terdengar satu bentakan sekeras guntur!
"Jangan bunuh! Dia ayah kandungmu sendiri!"
Tapi teriakan yang mengguntur itu terlambat datangnya sebagai peringatan. Mustiko Jagat telah lebih dulu menembus dada Untung Pararean barulah semua orang, termasuk Sri Lesteri terkejut!
Bekas Perwira Kerajaan itu terhuyung ke belakang sambil memegangi dada dengan kedua tangannya. Pada detik tubuhnya hampir jatuh, satu bayangan putih berkelebat menopang tubuhnya.
"Kasip! Terlambat! Terlambat … !" kata orang yang datang ini sambil satu tangannya menggaruk-garuk kepalanya tiada henti.
"Bangsat gondrong!" bentak Sri Lestari sewaktu dia melihat siapa adanya orang yang menopang tubuh lawannya. "Kau masih mau ikut campur urusan orang lain?!"
"Gadis! Apakah kau masih belum sadar kalau orang ini adalah ayah kandungmu sendiri?!" ujar si pemuda rambut gondrong yang bukan lain Pendekar 212 Wiro Sableng adanya.
"Jangan bicara ngacok ngelantur!" bentak Sri Lestari. "Ayahku adalah Gambir Seta yang bergelar Pengemis Sakti Muka Bopeng!"
Wiro Sableng tertawa kecut dan menyandarkan Untung Pararean ke pangkuannya. Sambil megap-megap Kehabisan nafas Untung Pararean berbisik, "Sahabat kenapa kau beritahu siapa diriku …"
Baru saja Untung Pararean habis berkata begitu satu tangan menyambar dan bret! Terbukalah cadar hitam yang selama ini menutup paras bekas Perwira Kerajafan itu. Terdengar jerit ngeri Sri Kemuning. Dialah yang menyentakkan kain penutup paras Untung Pararean. Jeritannya disusul oleh jeritan Sri Lestari dan seruan-seruan tertahan orang-orang yang ada di situ yang ada di situ yang merasa ngeri melihat keluar biasaan seramnya paras Untung Pararean. Mata kirinya hanya merupakan lobang belaka. Mulutnya kanan robek sampai ke pipi, bibir menjela-jela. Cuping hidupnya yang sebelah kiri tanggal, kedua daun telinganya papas buntung sedang seluruh kulit muka hancur bergurat-gurat! Sebagai bekas istri sekalipun, Sri Kemuning tidak mengenali Untung Pararean lagi!
Pengemis Sakti Muka Bopeng terkejut luar biasa! Benar-benar tak diduganya kalau orang bercadar itu adalah Untung Pararean, seorang bekas Perwira Kerajaan yang telah membunuh Empu Bharata dan yang telah disiksanya setengah mati enam belas tahun yang silam!
Tiba-tiba laki-laki ini berteriak, "Jangan dengar omongan pemuda edan itu! Dia tak ada sangkut paut apa denganmu. Lestari! Akulah ayah kandungmu!"
Wiro mendengus marah!
"Iblis laknat!" bentak Pendekar 212. "Di saat orang hendak menghembuskan nafas penghabisan apakah kau masih punya hati demikian jahat untuk membantah kenyataan bahwa dia adalah Untung Pararean, ayah kandung gadis itu?!"
"Setan alas!" balas membentak Pengemis Sakti Muka Bopeng, "Kalau kau mau mampus bersamanya pergilah!" Habis berkata begitu Pengemis Sakti Muka B$peng yang hendak menyekap rahasia mengenai diri Untung Pararean segera melepaskan pukulan tangan kosong yang luar biasa hebatnya.
"Bangsat bermuka bopeng! Manusia macammu memang tak layak dibiarkan hidup lebih lama!" teriak Wiro. Dia bersiul nyaring dan balas menghantam dengan tangan kanannya! Satu larik sinar putih yang amat panas dan menyilaukan mata menderu laksana petir menyambar!
Pengemis Sakti Muka Bopeng terpekik. Tubuhnya terguling. Itulah pukulan "sinar matahari"!
Pengemis Sakti Muka Bopeng tak menyangka akan disambut dengan serangan balasan yang dahsyat itu. Cepat-cepat dia melompat ke samping. Tapi masih kurang cepat! Pekiknya mengumandang. Tangan kanannya yang kurus kering kelihatan hangus hitam pekat sedang tubuhnya terbanting ke tanah!
"Pemuda keparat! Mampuslah!", teriak Sri Lestari seraya melompat dan menusukkan Mustiko Jagat ke kepala Pendekar 212.
"Lestari! Tahan!", teriak Sri Kemuning dengan cepat.
Sementara itu keris sakti hanya tinggal setengah jengkal dari batok kepala Pendekar 212. Dengan sebat Wiro memukul pergelangan tangan gadis itu hingga Mustiko Jagat terlepas mental.
"Orang muda! Laki-laki yang bernama Untung Pararean tidak bermuka seseram dia! Jangan kau bicara ngelantur tak karuan!" kata Sri Kemuning pula.
Wiro berpaling pada Kiyai Supit Pramana dan menjawab, "Orang tua itu lebih tahu dari aku! Dia yang menyelamatkan bekas suamimu dari kematian!"
Sri Kemuning melangkah cepat. Dia ingin membuktikan sendiri bahwa laki-laki bermuka seseram setan itu adalah betul betul Untung Pararean, bekas suaminya! Dirobeknya pakaian Untung Pararean dan ketika di dada laki-laki ini dilihatnya sebuah tahi lalat besar meraunglah perempuvn ini.
"Kanda Untung!" jeritnya seraya menubruk dan memeluk tubuh Untung Pararean.
"Kemun . . . " Nama itu tak sempat disebut Untung Pararean sampai keakhirnya karena malaekat maut telah lebih dulu mencabut nyawanya!
Sementara itu dengan terhuyung-huyung Pengemis Sakti Muka Bopeng coba berdiri. Tapi tubuhnya roboh kembali karena racun pukulan sinar matahari Pendekar 212 mulai merusak jaringan-jaringan urat di dalam tubuhnya. Ketika keris Mustiko Jagat yang terpelanting jatuh di hadapannya, timbul kekuatan baru dalam dirinya. Dengan merangkak susah payah senjata itu berhasil dijangkaunya. Begitu tangan kirinya menyentuh senjata sakti itu, racun pukulan sinar matahari dengan serta merta menjadi sirna. Dengan kekuatan baru, Pengemis Sakti Muka Bopeng melemparkan keris Mustiko Jagat ke arah Pendekar 212. Tapi lemparannya itu meleset dan keris Mustiko Jagat melesat ke arah Sri Kemuning!
"Ibu awas!" seru Sri Lestari. Dia melompat hendak menyambar senjata itu. Tapi karena bingung dengan apa yang disaksikannya tadi, gadis ini bertaindak gugup. Dan hal ini harus dibayarnya dengan mahal! Keris Mustiko Jagat menghantam pangkal lehernya! Baik Wiro maupun Kiyai Supit Pramane tidak punya kesempatan sama sekali untuk menyelamatkan jiwa gadis itu!
Terdengar pekik Sri Lestari. Tubuhnya roboh dengan leher mandi darah. Hanya beberapa kali saja tubuh itu kelihatan bergerak-gerak, sesudah itu diam tak berkutik lagi! Sri Kemuning laksana gila melepaskan pelukannya pada tubuh Untung Pararean dan menghambur ke tempat di mana anaknya menggeletak tak bernyawa.
"Manusia durjana!" bentak Kiyai Supit Pramana seraya melompat menyerang Pengemis Sakti Muka Bopeng. Tapi dari samping satu bayangan putih lebih cepat mendahuluinya. Satu suara laksana ribuan tawon mengamuk membising telinga dan di lain kejap terdengarlah jeritan setinggi langit keluar dari tenggorakan Pengemis Sakti Muka Bopeng! Tubuhnya bergedebuk ke tanah. Pinggangnya hampir putus dan darah membanjir! Kiyai Supit Pramana berdiri laksana patung, memandang tepat-tepat pada Pendekar 212 yang berdiri di hadapannya, memegang Kapak Maut Naga Geni 212. Senjata itulah yang telah menamatkan riwayat Pengemis Sakti Muka Bopeng.
"Senjata hebat. Dan gerakannya luar biasa cepatnya." kata Kiyai Supit Pramana dalam hati. Tiba-tiba kedua orang itu dikejutkan oleh teriakan Pengemis Badan Gemuk. Mereka membalik dan … terlalu kasip untuk turun tangan! Sri Kemuning telah mencabut keris Mustiko Jagat dari leher anaknya dan kemudian menusukkan senjata itu ke dadanya sendiri!
"Bangsat-bangsat rendah! Gara-gara kalianlah semua ini terjadi!" bentak Pengemis Badan Gemuk. Bersama Pengemis Kepala Botak dia menyerbu Wiro Sableng dan Kiyai Supit Pramana. Wiro memutar Kapak Naga Geni 122.
Crass!
Tangan kanan Pengemis Badan Gemuk putus. Laki-laki ini meraung macam harimau luka lalu lari terbirit-birit. Di tengah jalan racun kapak telah merambas jantungnya hingga tubuhnya terhuyung dan roboh tanpa nyawa di saat itu juga. Pengemis Kepala Botak yang menyerang Kiyai Supit Pramana tidak bernasib lebih baik. Pukulan "seribu kati memukul awan" mendarat di kepalanya yang tak berambut hingga memar macam pepaya busuk, tubuhnya menyungkur tanah tanpa nyawa lagi!
Pengemis Badan Kurus yang saat itu telah siuman dari pingsannya begitu tahu kalau dirinya cuma tinggal sendirian di situ, tanpa menunggu lebih lama segera pula ambil langkah seribu, lari ke jurusan lenyapnya Pengemis Badan Gemuk. Untuk beberapa lamanya sempat itu diselimuti kesunyian. Yang terdengar hanya tiupan angin di sela-sela daun-daun pepohonan dan suara hamparan ombak sayup-sayup di kejauhan.
"Kiyai … sebaiknya kita kuburkan saja mayat orang-orang ini," kata Wiro Sableng seraya memasukkan Kapak Maut Naga Geni 212 ke balik pakaiannya.
Demikianlah berakhirnya kisah ini. Menurut cerita, keris Mustiko Jagat di ambil oleh Kiyai Supit Pramana. Untuk menghindarkan hal-hal tak diingatkan yang mungkin tejadi keris itu kemudian dilemparkan ke dalam laut di Selat Madura.
TAMAT
Episode Selanjutnya:
Sepasang Iblis Betina
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Kutukan Empu Bharata Bab 16"
Posting Komentar