WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 009
Rahasia Lukisan Telanjang
TIGA
TERNYATA yang datang bukan lain daripada Iblis Gemuk yang tadi telah bertempur dengan si orang tua berbadan kurus. Kali ini dia datang bukan sendirian, tapi bersama seorang laki-laki berbadan tinggi yang kurus luar biasa, lebih kurus dari si orang tua sendiri. Keadaan tubuhnya serta tampangnya yang mengerikan persis seperti jerangkong hidup. Seperti Iblis Gemuk, manusia ini pun menguncir ke atas rambutnya yang gondrong dan dia bukan lain daripada Iblis Kurus, kakak kandung dan kakak seperguruan Iblis Gemuk. Iblis Kurus memang memiliki ilmu kepandaian yang jauh lebih tinggi daripada Iblis Gemuk. Karena itulah Iblis Gemuk telah mencari kakaknya itu di kaki gunung dan membawanya ke tempat si orang tua melanjutkan pertempuran yang telah terjadi sebelumnya! Si orang tua yang tadi sudah hendak mencangkung untuk melanjutkan pekerjaannya, mendengar suara seruan nyaring itu segera berdiri.
“Hem… kau betul-betul datang menepati janji, Iblis Gemuk!” kata si orang tua sambil melirik pada Iblis Kurus. Iblis Kurus memandang mencemooh.
“Adikku, apakah ini manusianya yang telah berani turunkan tangan lancang terhadapmu?!”
“Betul, memang dia bangsatnya!” sahut Iblis Gemuk. Iblis Kurus memperhatikan lukisan di belakang si orang tua. Lukisan itu memang bagus sekali serta merangsang. Tidak salah kalau adiknya demikian tertarik dan menginginkannya.
“Manusia kurus cacingan macam ini saja kau tidak sanggup menghadapi. Betul-betul membuat nama besarku menjadi luntur!” Si orang tua tertawa dingin.
“Tampang dan tubuhmu jauh lebih buruk dari aku, Iblis Kurus. Karenanya tak perlu mencela orang lain…”
“Kakakku, kurasa tak perlu kita bicara panjang lebar dengan bangsat tua ini. Mari kita musnahkan dia!” ujar Iblis Gemuk. Si orang tua tertawa mengekeh.
“Nyalimu melembung besar kembali Iblis Gemuk! Tentu kau mengandalkan kakakmu ini, bukan?!”
“Orang tua keparat! Ajal sudah di depan mata masih bisa bicara sombong!” Si orang tua berpaling pada Iblis Kurus lalu berkata,
“Sobat, nama besar kalian berdua sudah lama kudengar. Antara kita tak ada permusuhan…”
“Sesudah kau berani berlaku lancang terhadap adikku, apakah itu bukan berarti permusuhan?!” potong Iblis Kurus.
“Itu salah adikmu sendiri!” sahut orang tua itu dengan nada sabar.
“Dia inginkan lukisanku. Aku menolak. Dia memaksa malah lakukan kekerasan. Salahkah kalau aku memberi sedikit pelajaran padanya?!”
“Tapi tidak seorangpun yang boleh turun tangan seenaknya terhadap Dua Iblis Dari Selatan!” tukas Iblis Gemuk. Si orang tua tertawa mengejek.
“Sifat manusia memang banyak yang aneh,” katanya.
“Ingin menggebuk orang lain, tapi digebuk tidak mau!” Iblis Kurus rangkapkan tangan di muka dada.
“Orang tua, sebaiknya kau serahkan saja lukisan itu pada adikku. Niscaya kami Dua Iblis Dari Selatan tidak akan bikin urusan menjadi panjang!” Orang tua itu geleng-gelengkan kepala.
“Heran,” katanya,
“mengapa di dunia ini masih banyak manusia-manusia yang ingin memaksakan kehendaknya terhadap orang lain…”
“Kau mau serahkan lukisan itu atau tidak?!” bentak Iblis Kurus.
“Kalau begitu lekas terangkan namamu! Aku tidak pernah membunuh manusia tanpa tahu nama atau julukannya sekalipun manusia tak berguna macam kau!” Si orang tua tertawa panjang tapi kali ini tawanya bernada rawan.
“Seharian ini banyak sekali orang-orang yang ingin tahu namaku,” katanya.
“Padahal semua manusia dilahirkan tidak bernama…”
“Jangan ngaco! Lekas beritahu namamu!” hardik Iblis Kurus sambil maju satu langkah. Sebagai jawaban maka kali ini orang tua aneh itu keluarkan serangkaian nyanyian: Puluhan tahun mengembara Tiada berumah tiada bertempat tinggal Delapan penjuru angin penuh dengan keindahan Bukankah pekerjaan baik, melukis segala yang indah? Mendengar suara nyanyian itu terkejutlah Dua Iblis Dari Selatan. Mereka saling pandang sejenak.
“Jadi rupanya kaulah Si Pelukis Aneh yang selama ini malang melintang dalam dunia persilatan?!” ujar Iblis Kurus. Hatinya berdebar juga mengetahui siapa adanya manusia di hadapannya, tapi dia tidak takut Si orang tua yang memang Si Pelukis Aneh adanya mengusap-usap dagunya.
“Sungguh tiada diduga hari ini Dua Iblis Dari Selatan akan berhadapan dengan Si Pelukis Aneh akan pasrahkan jiwanya di tanganku!” Si pelukis Aneh tertawa panjangpanjang.
“Rupanya hari ini aku terpaksa mencabut pantangan membunuh yang sejak lama kulakukan. Orang lain hendaki jiwaku, mana mungkin aku berpangku tangan…?!”
“Bagus! Sekarang terima jurus pertama ini kunyuk tua!” teriak Iblis Kurus dan dengan serta merta menyerang ke muka. Dibandingkan dengan Iblis Gemuk yang kepandaiannya sudah tinggi maka Iblis Kurus jauh lebih tinggi lagi ilmu silatnya. Tahu menghadapi lawan yang tangguh maka Iblis Kurus keluarkan jurus-jurus terhebat dari ilmu silatnya sehingga dalam waktu yang singkat serangannya laksana hujan bertubi-tubi melanda tubuh Si Pelukis Aneh! Dalam lima jurus pertama Si Pelukis Aneh dibikin terdesak hebat. Kesempatan ini dipergunakan oleh Iblis Gemuk untuk bergerak mengambil lukisan perempuan telanjang yang tersandar di batu! Meski dalam keadaan terdesak, si Pelukis Aneh masih sempat melihat gerakan lawannya yang satu itu. Maka dengan melengking tinggi orang tua ini melompat sejauh dua tombak lalu menukik laksana kilat dan lancarkan satu tendangan ke arah Iblis Gemuk. Iblis Gemuk terpaksa batalkan niatnya untuk mengambil lukisan itu dan buru-buru menyingkir karena angin tendangan lawan deras dan bahayanya bukan olah-olah! Baru saja Si Pelukis Aneh jejakkan kakinya di tanah, maka Iblis Kurus telah menyerbunya dengan dua tendangan, dua pukulan! Namun kali ini Si Pelukis Aneh telah rubah permainan silatnya. Matanya yang tajam dan penuh pengalaman itu sudah melihat kelemahan-kelemahan ilmu silat lawan. Maka sekali tubuhnya berkelebat, Iblis Kurus merasakan desakan serangan yang hebat sekali membuat dia selangkah demi selangkah dan jurus demi jurus terdesak hebat. Dia sama sekali tak dapat melihat gerakan lawan dan tahu-tahu tangan atau kaki orang tua itu sudah berada dekat kepala atau tubuhnya! Hanya dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurnalah maka dia masih sanggup elakkan semua serangan lawan itu! Tapi sampai beberapa lama dia sanggup bertahan?! Iblis Kurus menjadi gemas sekali. Semakin lama seakan terdesak dia. Gerakan lawan yang campur aduk tak bisa dilihatnya mengacaukan serangan serta jurus-jurus pertahanannya yang terlihai. Iblis Kurus keluarkan keringat dingin sewaktu dirinya didesak hebat ke tepi jurang! Setiap dicobanya untuk melompat ke samping selalu dia berhadapan dengan tendangan-tendangan atau jotosan-jotosan lawan yang menyambar di muka hidungnya hingga dia terpaksa membatalkan niatnya untuk melompat ke samping! Dalam pada itu, detik demi detik tepi jurang semakin dekat juga. Dalam jurus pertempuran yang kelima belas tepi jurang yang terjal itu hanya tinggal beberapa langkah saja lagi di belakangnya!
“Gemuk! Lekas bantu aku!” teriak Iblis Kurus. Mendengar ini Iblis Gemuk yang memang sejak tadi sudah punya niat untuk mengeroyok si orang tua yang sebelumnya telah menghajarnya segera cabut senjata dari balik pakaian. Senjatanya ini berbentuk pedang tapi bergerigi seperti gergaji. Karena senjata ini ditimpa dan dilapisi emas murni maka sinar kuning kelihatan menderu sewaktu pedang itu membabat ke arah punggung Si Pelukis Aneh! Si Pelukis Aneh yang tengah mendesak gencar Iblis Kurus menjadi terkejut sewaktu merasakan sambaran angin yang deras datang menerpanya dari belakang! Didahului dengan satu lambaian tangan kanan yang mendatangkan angin keras, maka Si Pelukis Aneh dengan cepat memutar badan menghadapi serangan pedang berbentuk gergaji di tangan Iblis Gemuk! Kesempatan ini dipergunakan oleh Iblis Kurus untuk melompat ke samping menjauhi tepi jurang batu lalu dengan cepat mencabut pula senjatanya yang bentuknya sama dengan yang di tangan Iblis Gemuk. Melihat pengeroyokan curang ini, Wiro Sableng menjadi penasaran. Segera dia hendak melompat dari atas puncak batu untuk membantu si orang tua. Tapi tindakannya tak jadi dilakukan karena pada saat itu dilihat si kakek telah berkelebat dan kini di tangannya memegang pelepah pisang yang berdaun lebar di mana sebelumnya dia meletakkan cairan-cairan aneka warna yang dipergunakan untuk melukis! Dengan mempergunakan benda ini sebagai senjata maka si orang tua menghadapi kedua lawannya dengan hebat luar biasa! Karena daun pisang itu lebar sekali, ditambah dengan saluran tenaga dalam yang tinggi maka setiap benda itu berkilat menderulah angin deras luar biasa yang menerpa setiap serangan pedang Iblis Gemuk dan Iblis Kurus! Dua sinar kuning senjata pengeroyok bergulung-gulung ganas. Agaknya Dua Iblis Dari Selatan itu mulai mengeluarkan jurus-jurus terlihai dari ilmu pedang mereka.
“Bagus! Bagus! Keluarkan seluruh kepandaianmu! Aku mau lihat!” seru Si Pelukis Aneh. Daun pisang di tangannya bergerak kian kemari melumpuhkan sama sekali setiap jurus serangan yang dilancarkan. Yang membuat Pendekar 212 Wiro Sableng jadi leletkan lidah ialah karena tak sekalipun pedang-pedang di tangan lawan sanggup membuat satu goresan pada daun pisang. Dan yang paling luar biasa ialah meski digerakkan demikian cepatnya dan dipergunakan sebagai senjata namun cairan-cairan aneka warna yang ada di daun pisang itu tidak satu tetespun yang tumpah atau meleleh! Benarbenar luar biasa kehebatan Si Pelukis Aneh! Dalam mengagumi kehebatan orang tua itu tiba-tiba terdengar pekikan setinggi langit. Ternyata daun pisang di tangan Pelukis Aneh telah menerpa dada Iblis Kurus. Pedangnya mental sedang tubuhnya terpelanting sampai beberapa tombak dan celakanya terus terguling ke tepi jurang! Dengan salah satu tangannya Iblis Kurus coba memegang sebuah batu runcing yang menonjol di tepi jurang. Tapi pukulan daun pisang yang dialiri tenaga dalam yang tadi menghantam dadanya telah melumpuhkan sama sekali kekuatan Iblis Kurus. Meski dia berhasil memegang batu runcing itu dan menahan dirinya agar tidak jatuh ke dalam jurang namun sia-sia saja. Sesaat kemudian pegangannya terlepas dan tak ampun lagi tubuhnya melayang masuk jurang. Batu-batu runcing menantinya di dasar jurang! Untuk kedua kalinya terdengar jeritan Iblis Kurus. Yang sekali ini lebih mengerikan! Melihat kakaknya yang berilmu lebih tinggi menemui kematian begitu rupa, Iblis Gemuk jadi bergidik. Berdua dia tak sanggup menghadapi Si Pelukis Aneh, apalagi seorang diri! Maka tanpa pikir panjang dan tanpa tunggu lebih lama Iblis Gemuk segera ambil langkah seribu! Si Pelukis Aneh tertawa mengekeh. Diambilnya pedang Iblis Kurus yang menggeletak di tanah.
“Orang jahat, matamu sudah tak layak hidup lebih lama, Iblis Gemuk!” teriak Si Pelukis Aneh lalu lemparkan pedang ke arah Iblis Gemuk yang tancap gas larikan diri! Pedang itu menancap tepat di pertengahan punggung Iblis Gemuk terus menembus sampai di luar ujung pada dadanya! Tamatlah riwayat Dua Iblis Dari Selatan! Si Pelukis Aneh mengusap mukanya. Ditariknya nafas dalam-dalam lalu dia duduk menjelapok di tanah dan memandangi lukisannya. Kemudian tanpa palingkan kepala dari lukisan itu, dia berseru,
“Orang yang sembunyi di atas batu tinggi harap turun!” Kagetlah Wiro Sableng. Pendekar ini garuk-garuk kepalanya. Lalu tanpa sungkan-sungkan lagi keluar dari persembunyiannya dan melompat turun.
***
TERNYATA yang datang bukan lain daripada Iblis Gemuk yang tadi telah bertempur dengan si orang tua berbadan kurus. Kali ini dia datang bukan sendirian, tapi bersama seorang laki-laki berbadan tinggi yang kurus luar biasa, lebih kurus dari si orang tua sendiri. Keadaan tubuhnya serta tampangnya yang mengerikan persis seperti jerangkong hidup. Seperti Iblis Gemuk, manusia ini pun menguncir ke atas rambutnya yang gondrong dan dia bukan lain daripada Iblis Kurus, kakak kandung dan kakak seperguruan Iblis Gemuk. Iblis Kurus memang memiliki ilmu kepandaian yang jauh lebih tinggi daripada Iblis Gemuk. Karena itulah Iblis Gemuk telah mencari kakaknya itu di kaki gunung dan membawanya ke tempat si orang tua melanjutkan pertempuran yang telah terjadi sebelumnya! Si orang tua yang tadi sudah hendak mencangkung untuk melanjutkan pekerjaannya, mendengar suara seruan nyaring itu segera berdiri.
“Hem… kau betul-betul datang menepati janji, Iblis Gemuk!” kata si orang tua sambil melirik pada Iblis Kurus. Iblis Kurus memandang mencemooh.
“Adikku, apakah ini manusianya yang telah berani turunkan tangan lancang terhadapmu?!”
“Betul, memang dia bangsatnya!” sahut Iblis Gemuk. Iblis Kurus memperhatikan lukisan di belakang si orang tua. Lukisan itu memang bagus sekali serta merangsang. Tidak salah kalau adiknya demikian tertarik dan menginginkannya.
“Manusia kurus cacingan macam ini saja kau tidak sanggup menghadapi. Betul-betul membuat nama besarku menjadi luntur!” Si orang tua tertawa dingin.
“Tampang dan tubuhmu jauh lebih buruk dari aku, Iblis Kurus. Karenanya tak perlu mencela orang lain…”
“Kakakku, kurasa tak perlu kita bicara panjang lebar dengan bangsat tua ini. Mari kita musnahkan dia!” ujar Iblis Gemuk. Si orang tua tertawa mengekeh.
“Nyalimu melembung besar kembali Iblis Gemuk! Tentu kau mengandalkan kakakmu ini, bukan?!”
“Orang tua keparat! Ajal sudah di depan mata masih bisa bicara sombong!” Si orang tua berpaling pada Iblis Kurus lalu berkata,
“Sobat, nama besar kalian berdua sudah lama kudengar. Antara kita tak ada permusuhan…”
“Sesudah kau berani berlaku lancang terhadap adikku, apakah itu bukan berarti permusuhan?!” potong Iblis Kurus.
“Itu salah adikmu sendiri!” sahut orang tua itu dengan nada sabar.
“Dia inginkan lukisanku. Aku menolak. Dia memaksa malah lakukan kekerasan. Salahkah kalau aku memberi sedikit pelajaran padanya?!”
“Tapi tidak seorangpun yang boleh turun tangan seenaknya terhadap Dua Iblis Dari Selatan!” tukas Iblis Gemuk. Si orang tua tertawa mengejek.
“Sifat manusia memang banyak yang aneh,” katanya.
“Ingin menggebuk orang lain, tapi digebuk tidak mau!” Iblis Kurus rangkapkan tangan di muka dada.
“Orang tua, sebaiknya kau serahkan saja lukisan itu pada adikku. Niscaya kami Dua Iblis Dari Selatan tidak akan bikin urusan menjadi panjang!” Orang tua itu geleng-gelengkan kepala.
“Heran,” katanya,
“mengapa di dunia ini masih banyak manusia-manusia yang ingin memaksakan kehendaknya terhadap orang lain…”
“Kau mau serahkan lukisan itu atau tidak?!” bentak Iblis Kurus.
“Kalau begitu lekas terangkan namamu! Aku tidak pernah membunuh manusia tanpa tahu nama atau julukannya sekalipun manusia tak berguna macam kau!” Si orang tua tertawa panjang tapi kali ini tawanya bernada rawan.
“Seharian ini banyak sekali orang-orang yang ingin tahu namaku,” katanya.
“Padahal semua manusia dilahirkan tidak bernama…”
“Jangan ngaco! Lekas beritahu namamu!” hardik Iblis Kurus sambil maju satu langkah. Sebagai jawaban maka kali ini orang tua aneh itu keluarkan serangkaian nyanyian: Puluhan tahun mengembara Tiada berumah tiada bertempat tinggal Delapan penjuru angin penuh dengan keindahan Bukankah pekerjaan baik, melukis segala yang indah? Mendengar suara nyanyian itu terkejutlah Dua Iblis Dari Selatan. Mereka saling pandang sejenak.
“Jadi rupanya kaulah Si Pelukis Aneh yang selama ini malang melintang dalam dunia persilatan?!” ujar Iblis Kurus. Hatinya berdebar juga mengetahui siapa adanya manusia di hadapannya, tapi dia tidak takut Si orang tua yang memang Si Pelukis Aneh adanya mengusap-usap dagunya.
“Sungguh tiada diduga hari ini Dua Iblis Dari Selatan akan berhadapan dengan Si Pelukis Aneh akan pasrahkan jiwanya di tanganku!” Si pelukis Aneh tertawa panjangpanjang.
“Rupanya hari ini aku terpaksa mencabut pantangan membunuh yang sejak lama kulakukan. Orang lain hendaki jiwaku, mana mungkin aku berpangku tangan…?!”
“Bagus! Sekarang terima jurus pertama ini kunyuk tua!” teriak Iblis Kurus dan dengan serta merta menyerang ke muka. Dibandingkan dengan Iblis Gemuk yang kepandaiannya sudah tinggi maka Iblis Kurus jauh lebih tinggi lagi ilmu silatnya. Tahu menghadapi lawan yang tangguh maka Iblis Kurus keluarkan jurus-jurus terhebat dari ilmu silatnya sehingga dalam waktu yang singkat serangannya laksana hujan bertubi-tubi melanda tubuh Si Pelukis Aneh! Dalam lima jurus pertama Si Pelukis Aneh dibikin terdesak hebat. Kesempatan ini dipergunakan oleh Iblis Gemuk untuk bergerak mengambil lukisan perempuan telanjang yang tersandar di batu! Meski dalam keadaan terdesak, si Pelukis Aneh masih sempat melihat gerakan lawannya yang satu itu. Maka dengan melengking tinggi orang tua ini melompat sejauh dua tombak lalu menukik laksana kilat dan lancarkan satu tendangan ke arah Iblis Gemuk. Iblis Gemuk terpaksa batalkan niatnya untuk mengambil lukisan itu dan buru-buru menyingkir karena angin tendangan lawan deras dan bahayanya bukan olah-olah! Baru saja Si Pelukis Aneh jejakkan kakinya di tanah, maka Iblis Kurus telah menyerbunya dengan dua tendangan, dua pukulan! Namun kali ini Si Pelukis Aneh telah rubah permainan silatnya. Matanya yang tajam dan penuh pengalaman itu sudah melihat kelemahan-kelemahan ilmu silat lawan. Maka sekali tubuhnya berkelebat, Iblis Kurus merasakan desakan serangan yang hebat sekali membuat dia selangkah demi selangkah dan jurus demi jurus terdesak hebat. Dia sama sekali tak dapat melihat gerakan lawan dan tahu-tahu tangan atau kaki orang tua itu sudah berada dekat kepala atau tubuhnya! Hanya dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurnalah maka dia masih sanggup elakkan semua serangan lawan itu! Tapi sampai beberapa lama dia sanggup bertahan?! Iblis Kurus menjadi gemas sekali. Semakin lama seakan terdesak dia. Gerakan lawan yang campur aduk tak bisa dilihatnya mengacaukan serangan serta jurus-jurus pertahanannya yang terlihai. Iblis Kurus keluarkan keringat dingin sewaktu dirinya didesak hebat ke tepi jurang! Setiap dicobanya untuk melompat ke samping selalu dia berhadapan dengan tendangan-tendangan atau jotosan-jotosan lawan yang menyambar di muka hidungnya hingga dia terpaksa membatalkan niatnya untuk melompat ke samping! Dalam pada itu, detik demi detik tepi jurang semakin dekat juga. Dalam jurus pertempuran yang kelima belas tepi jurang yang terjal itu hanya tinggal beberapa langkah saja lagi di belakangnya!
“Gemuk! Lekas bantu aku!” teriak Iblis Kurus. Mendengar ini Iblis Gemuk yang memang sejak tadi sudah punya niat untuk mengeroyok si orang tua yang sebelumnya telah menghajarnya segera cabut senjata dari balik pakaian. Senjatanya ini berbentuk pedang tapi bergerigi seperti gergaji. Karena senjata ini ditimpa dan dilapisi emas murni maka sinar kuning kelihatan menderu sewaktu pedang itu membabat ke arah punggung Si Pelukis Aneh! Si Pelukis Aneh yang tengah mendesak gencar Iblis Kurus menjadi terkejut sewaktu merasakan sambaran angin yang deras datang menerpanya dari belakang! Didahului dengan satu lambaian tangan kanan yang mendatangkan angin keras, maka Si Pelukis Aneh dengan cepat memutar badan menghadapi serangan pedang berbentuk gergaji di tangan Iblis Gemuk! Kesempatan ini dipergunakan oleh Iblis Kurus untuk melompat ke samping menjauhi tepi jurang batu lalu dengan cepat mencabut pula senjatanya yang bentuknya sama dengan yang di tangan Iblis Gemuk. Melihat pengeroyokan curang ini, Wiro Sableng menjadi penasaran. Segera dia hendak melompat dari atas puncak batu untuk membantu si orang tua. Tapi tindakannya tak jadi dilakukan karena pada saat itu dilihat si kakek telah berkelebat dan kini di tangannya memegang pelepah pisang yang berdaun lebar di mana sebelumnya dia meletakkan cairan-cairan aneka warna yang dipergunakan untuk melukis! Dengan mempergunakan benda ini sebagai senjata maka si orang tua menghadapi kedua lawannya dengan hebat luar biasa! Karena daun pisang itu lebar sekali, ditambah dengan saluran tenaga dalam yang tinggi maka setiap benda itu berkilat menderulah angin deras luar biasa yang menerpa setiap serangan pedang Iblis Gemuk dan Iblis Kurus! Dua sinar kuning senjata pengeroyok bergulung-gulung ganas. Agaknya Dua Iblis Dari Selatan itu mulai mengeluarkan jurus-jurus terlihai dari ilmu pedang mereka.
“Bagus! Bagus! Keluarkan seluruh kepandaianmu! Aku mau lihat!” seru Si Pelukis Aneh. Daun pisang di tangannya bergerak kian kemari melumpuhkan sama sekali setiap jurus serangan yang dilancarkan. Yang membuat Pendekar 212 Wiro Sableng jadi leletkan lidah ialah karena tak sekalipun pedang-pedang di tangan lawan sanggup membuat satu goresan pada daun pisang. Dan yang paling luar biasa ialah meski digerakkan demikian cepatnya dan dipergunakan sebagai senjata namun cairan-cairan aneka warna yang ada di daun pisang itu tidak satu tetespun yang tumpah atau meleleh! Benarbenar luar biasa kehebatan Si Pelukis Aneh! Dalam mengagumi kehebatan orang tua itu tiba-tiba terdengar pekikan setinggi langit. Ternyata daun pisang di tangan Pelukis Aneh telah menerpa dada Iblis Kurus. Pedangnya mental sedang tubuhnya terpelanting sampai beberapa tombak dan celakanya terus terguling ke tepi jurang! Dengan salah satu tangannya Iblis Kurus coba memegang sebuah batu runcing yang menonjol di tepi jurang. Tapi pukulan daun pisang yang dialiri tenaga dalam yang tadi menghantam dadanya telah melumpuhkan sama sekali kekuatan Iblis Kurus. Meski dia berhasil memegang batu runcing itu dan menahan dirinya agar tidak jatuh ke dalam jurang namun sia-sia saja. Sesaat kemudian pegangannya terlepas dan tak ampun lagi tubuhnya melayang masuk jurang. Batu-batu runcing menantinya di dasar jurang! Untuk kedua kalinya terdengar jeritan Iblis Kurus. Yang sekali ini lebih mengerikan! Melihat kakaknya yang berilmu lebih tinggi menemui kematian begitu rupa, Iblis Gemuk jadi bergidik. Berdua dia tak sanggup menghadapi Si Pelukis Aneh, apalagi seorang diri! Maka tanpa pikir panjang dan tanpa tunggu lebih lama Iblis Gemuk segera ambil langkah seribu! Si Pelukis Aneh tertawa mengekeh. Diambilnya pedang Iblis Kurus yang menggeletak di tanah.
“Orang jahat, matamu sudah tak layak hidup lebih lama, Iblis Gemuk!” teriak Si Pelukis Aneh lalu lemparkan pedang ke arah Iblis Gemuk yang tancap gas larikan diri! Pedang itu menancap tepat di pertengahan punggung Iblis Gemuk terus menembus sampai di luar ujung pada dadanya! Tamatlah riwayat Dua Iblis Dari Selatan! Si Pelukis Aneh mengusap mukanya. Ditariknya nafas dalam-dalam lalu dia duduk menjelapok di tanah dan memandangi lukisannya. Kemudian tanpa palingkan kepala dari lukisan itu, dia berseru,
“Orang yang sembunyi di atas batu tinggi harap turun!” Kagetlah Wiro Sableng. Pendekar ini garuk-garuk kepalanya. Lalu tanpa sungkan-sungkan lagi keluar dari persembunyiannya dan melompat turun.
***
Next ...
Bab 4
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
Bab 4
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Rahasia Lukisan Telanjang Bab 3"
Posting Komentar