WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 011
Raja Rencong Dari Utara
LIMA BELAS
ARENA TOPAN UTARA Ruangan ini penuh sesak oleh manusia. Di Tengah-tengah terletak sebuah mimbar dan berdiri di belakang mimbar itu ialah Raja Rencong Dari Utara!
Matanya yang menyorot memandang ke arah tamu-tamu yang hadir. Pada dasarnya semua tamu itu terbagi atas dua golongan yaitu golongan putih dan golongan hitam. Namun golongan putih telah terpecah menjadi dua hingga dengan demikian semua orang pandai di situ terbagi menjadi tiga golongan.
Golongan pertama ialah golongan hitam yang secara mutlak tunduk dan berada di pihak Raja Rencong Dari Utara. Golongan kedua ialah golongan putih yang telah ditaklukkan oleh Raja Rencong dan dipaksa untuk masuk serta menghadiri peresmian berdirinya Partai Topan Utara. Baik golongan hitam maupun golongan putih yang tersebut di atas semuanya telah masuk perangkap Raja Rencong, dicekok dengan pil-pil kematian yang disuruh telan secara paksa oleh Raja Rencong pada saat mereka menyatakan diri bersedia masuk ke dalam Partai Topan Utara.
Golongan putih yang kedua ialah mereka yang sengaja datang ke Bukit Toba bukan untuk menghadiri peresmian Partai tapi untuk membalas dendam, untuk membalaskan sakit hati kawan-kawan mereka yang telah menemui kematian di tangan Raja Rencong Dari Utara atau di tangan anaknya!
Raja Rencong sendiri sudah mengetahui jelas akan golongan-golongan para tamunya. Dalam hati dia tertawa. Tertawa karena dia tak perduli siapapun adanya para tamu itu, apakah dari golongan putih ataupun hitam, yang jelas mereka semua sudah berada di tempat itu yang berarti sudah masuk ke dalam perangkap mautnya! Raja Rencong melirik ke sebuah tombol merah yang terletak di kayu mimbar dekat tangan kanannya! Sekali dia menekan tombol ini maka tubuhnya akan melesat ke atas, ke luar dari ruangan tersebut lewat sebuah celah yang terbuka secara otomatis sedang pada detik itu pula lantai Arena Topan Utara akan longsor ke bawah, atap runtuh! Begitu semua orang tertimbun hidup-hidup maka seluruh Arena Topan Utara akan meledak hingga jangan diharapkan satu nyawapun bisa selamat dari tempat itu!
Setelah memandang berkeliling. maka Raja Rencong Dari Utarapun membuka suara:
"Saudara-saudara sekalian, pertama sekali aku Raja Rencong Dari Utara, mengucapkan banyak terima kasih atas kedatangan saudara-saudara. Beserta dengan ucapan terima Kasih itu aku sampaikan pula permohonan maaf karena mungkin penyambutan dan layanan terhadap saudara-saudara kurang memuaskan dan juga maaf karena peresmian berdirinya Partai Topan Utara ini tidak disertai upacara dan pesta besar-besaran!
Saudara-saudara sekalian, dalam mendirikan Partai Topan Utara ini aku sama sekali tidak melihat kepada asal usul saudara-saudara atau menilai golongan mana adanya saudara. Bagiku, jika Saudarasaudara sudah mau datang dan hadir di sini maka berarti saudara-saudara semua sudah masuk menjadi anggota Partai Topan Utara!"
Ucapan ini membuat tokoh-tokoh silat golongan putih yang datang untuk menuntut balas kematian kawankawan mereka menjadi gelisah. Dan di antara kegelisahan itu maka melesatlah ke atas Arena empat sosok tubuh. Mereka adalah panglima Sampono, Datuk Nan Sabatang, Lembu Ampel dan Sebrang Lor.
Sementara tiga orang kawannya berdiri berjejer maka Panglima Sampono maju ke hadapan mimbar.
Suasana di Arena menjadi sesunyi di pekuburan!
"Manusia-manusia tak tahu aturan!" bentak Raja Rencong marah sekali. "Perbuatanmu naik ke depan mimbar merupakan penghinaan besar bagi semua anggota Partai yang hadir di sinil".
"Raja Rencong!" menyahut Panglima Sampono.
"Kami berempat ke sini bukan untuk masuk Partaimu tapi untuk minta pertanggungan jawab atas kematian sobat-sobat kami tokoh-tokoh silat golongan putih!"
"Kalau begitu berarti kalian ingin segera menyusul mereka!" tukas Raja Rencong. Dia berpaling ke Arena sebelah timur dan berseru: "Empat Tombak Sakti! Lenyapkan pengacau-pengacau ini!"
Baru saja seruan Raja Rencong berakhir maka melompatlah empat orang berpakaian ringkas hitam.
Tampang-tampang mereka galak buas dan mengerikan!
Dalam kejap itu pula empat buah tombak menderu ke arah kepala Panglima Sampono dan ketiga kawannya!
Pertempuran antara Empat Tombak Sakti melawan Panglima Sampono, Datuk Nan Sabatang, Sebrang Lor dan Lembu Ampel berjalan seru sekali.
Kedua belah pihak agaknya berimbangan. Seranganserangan datang silih berganti! Namun walau bagaimanapun seimbangnya satu pertempuran, pada suatu saat tertentu pasti salah satu pihak akan menjadi pecundang!
Setelah bertempur hebat selama lima belas jurus maka korban pertamapun robohlah. Korban pertama ini orang ketiga dari Empat Tombak Sakti, meregang nyawa di ujung pedang Sebrang Lor!
Panglima Sampono kemudian berhasil pula merobohkan orang kedua dari Empat tombak Sakti hingga dengan bertempur kini adalah Datuk Nan Sabatang dan Lembu Ampel melawan orang ke satu dan ke empat! Tingkat kepandaian Datuk Nan Sabatang dan Lembu Ampel hanya sedikit lebih rendah dari Panglima Sampono maka setelah lima jurus lagi berlalu kedua orang terakhir dari Empat Tombak Sakti itupun menemui ajalnya pula. Raja Rencong Dari Utara marah luar biasa.
"Tongkat Baja Hijau! Majulah untuk menghancurkan empat bangsat-bangsat rendah ini!"
Sekelebat sosok tubuh berpakaian hijau melesat ke atas Arena. Orang ini berbadan tinggi langsing.
Tubuhnya agak bungkuk dan usianya sudah lanjut.
Di tangan kanannya ada sebuah tongkat yang hampir sebetis besarnya. Tongkat ini terbuat dari baja asli dan dilapisi racun hijau yang dahsyat!
"Lekas lenyapkan mereka Tongkat Baja Hijau!" kata Raja Rencong.
Tongkat Baja Hijau tertawa mengekeh. Tongkat bajanya diketuk-ketukkan ke lantai Arena. Hebat sekali, semua orang merasa bagaimana lantai yang mereka injak jadi bergetar! Panglima Sampono dan kawan-kawan segera maklum bahwa manusia berjubah hijau ini tinggi sekali ilmunya dan senjata di tangannya sangat berbahaya.
"Tak usah kawatir Raja Rencong", kata Tongkat Baja Hijau. "Manusia-manusia macam kunyuk-kunyuk ini mudah saja dibereskan!". Lalu dia menyapu paras keempat orang di hadapannya dan bertanya: "Hai, kalian mau maju satu-satu atau berempat sekaligus?
Bagusnya berempat saja biar cepat kubereskan!"
Merah paras keempat tokoh itu. Panglima Sampono bergerak tapi Sebrang Lor mendahuluinya melompat ke hadapan Tongkat Baja Hijau.
"Tongkat Baja Hijau! Setahuku dulu kau adalah seorang tokoh golongan putih! Sungguh disayangkan di samping sesat kau juga mau-mauan masuk menjadi bergundalnya Raja Rencong, murid murtad si pembunuh guru itu! Kau mulailah Mari kita bertempur sampai ratusan jurus!" Tongkat Baja Hijau mengekeh.
"Jika aku tak salah lihat, kau adalah manusia yang bernama Sebrang Lor. Tempatmu jauh di tanah Malaka. Aneh juga kalau kau sampai nyasar ke sini! Orang Malaka jangan jual lagak di sini, kau tahu hanya namamu saja yang kembali ke negerimu!"
Habis berkata begitu Tongkat Baja Hijau menyerbu ke muka. Sinar hijau menderu dari tongkat mustikanya.
Sebrang Lor segera pula kiblatkan pedang berkeluknya.
Maka pecahlan pertempuran yang hebat! Tapi kehebatan itu segera berubah menjadi satu pertempuran yang tidak seimbang! Serangan-serangan tongkat hijau datang mencurah laksana hujan. Dalam jurus keempat senjata itu menderu ke bahu Sebrang Lor tanpa bisa ditangkis dan dikelit! Sebrang Lor menjerit!
Tubuhnya terguling-guling ke luar Arena, nyawanya lepas!
"Keparat, aku lawanmu!" teriak Datuk Nan Sabatang menggeledek! Tubuhnya berkelebat dan keris biru meluncur dahsyat ke arah tenggorokan Tongkat Baja Hijau!
"Jangan omong besar Datuk!" ejek Tongkat Baja Hijau. Sekali tongkatnya disapukan Datuk Nan Sabatang tersurut sampai lima langkah! "Ha…ha! Aku muak bertempur satu lawan satu! Ayo Panglima dan Lembu Ampel, kalian berdua majulah!" Sambil menyerang Datuk Nan Sabatang, Tongkat Baja Hijau sekaligus melancarkan serangan pada Panglima Sampono dan Lembu Ampel! Mulamula kedua orang ini tak mau ikut turun ke dalam kalangan pertempuran. Tapi karena diserang terus terusan mau tak mau akhirnya kedua orang ini turun juga ke gelanggang!
Bagi orang-orang yang ada di situ nama Panglima Sampono dan kawan-kawannya adalah nama-nama besar. Namun sewaktu melihat bagaimana dengan seorang diri Si Tongkat Baja Hijau berhasil mendesak ketiga lawannya maka diam-diam semua orang memuji kehebatan Si Tongkat Baja Hijau!
Dalam jurus ke sepuluh terdengar pekik Datuk Nan Sabatang! Tubuhnya mencelat mental. Kepalapecah karena tongkat lawan’ bersarang tepat di kepalanya!
"Tongkat Baja Hijau, yang dua lainnya segera saja dibereskan cepat-cepat!" berseru Raja Rencong.
"Jangan kawatir Raja Rencong jawab Tongkat Baja Hijau. Didahului oleh satu bentakan yang menggelegar Si Tongkat Baja Hijau mengeluarkan satu jurus yang lihay luar biasa! Tokoh-tokoh silat golongan putih yang hadir di situ terkesiap dan cemas.
Serangan lawan yang hebat tak mungkin dikelit atau ditangkis karena tongkat baja yang dahsyat itu hanya tinggal sejengkal saja lagi dari kepala Panglima Sampono dan Lembu Ampel!
Dalam detik yang tegang itu tiba-tiba berkelebat satu bayangan putih! Satu gelombang angin yang bukan kira-kira dahsyatnya menderu laksana topan menggila! Beberapa tokoh silat yang berada di tepi Arena merasa tubuh mereka tergetar oleh sambaran angin itu dan tahu-tahu terdengar pekik Si Tongkat Hijau! Orang dan tongkatnya mencelat sampai menghantam dinding Arena. Begitu jatuh nyawanya sudah lepas dengan muka hancur memar. Di tengah Arena semua mata menyaksikan berdirinya seorang pemuda berambut gondrong dengan senyum di bibirnya!
"Pemuda gondrong! Kau siapa?!" bentak Raja Rencong.
"Siapa aku bukan urusanmu.- Terlebih dulu perkenankan aku bicara!".
"Keparat! Kau terlalu berani mampus!" damprat Raja Rencong. Dia berpaling ke kanan dan berseru:
"Sepasang Pengemis Gila bunuh pemuda ini!" lalu sambil berpaling ke kiri: "Datuk Arak Sakti musnahkan Panglima Sampono dan "Lembu Ampel!"
Dari Arena sebelati kanan melesat dua orang berambut acak-acakan dan berpakaian kotor bertambal-tambal. Mereka inilah Sepasang Pengemis Gila. Keduanya sambil berteriak-teriak tak karuan langsung menyerang Pendekar 212 Wiro Sableng!
Dikejap yang sama dari samping kiri melompat pula seorang berpakaian merah, dari mulutnya menyembur arak yang menyerang ke seluruh jalan darah di tubuh Panglima Sampono dan Lembu Ampel!
Kedua orang ini terkejut dan cepat-cepat memukul ke depan. Namun di saat itu terjadilah satu peristiwa yang membuat semua orang kaget dan kagum luar biasa!
Tiga jeritan terdengar susul menyusul! Tiga tubuh mencelat mental dan terbanting ke dinding lalu roboh di antara orang banyak!
Apakah yang telah terjadi?!
Sewaktu Sepasang Pengemis Gila dengan berteriakteriak melompat menyerang Wiro dan sewaktu Datuk Arak Sakti menggempur Panglima Sampono dan Lembu Ampel, Pendekar 212 Wiro Sableng mendorongkan kedua telapak tangannya ke arah orang-orang yang menyerang itu. Dua pukulan yang dilancarkannya bukan lain pukulan "dewa topan menggusur gunung" yang dipelajari Wiro Sableng dari Tua Gila. Pukulan yang luar biasa hebatnya itu ,mana sanggup diterima oleh Sepasang Pengemis Gila dan -Datuk Arak Sakti Tak ampun lagi ketiganya terlempar dan mati!
Baik tokoh-tokoh golongan hitam maupun golongan putih sama-sama leletkan lidah melihat kehebatan si pemuda.
Di lain pihak mata Raja Rencong terbeliak besar-besar.
Dua pukulan yang dilepaskan pemuda rambut gondrong itu adalah pukulan "dewa topan menggusur gunung".
Dan setahunya hanya satu orang yang memiliki ilmu pukulan dahsyat itu yakni Tua Gila! Tapi si pemuda telah melancarkan ilmu pukulan itu tadi yang berarti dia punya sangkut paut dengan Tua Gila! Rasa kecut membuat dingin tengkuk Si Raja Rencong, Inilah untuk pertama kalinya dia merasa ngeri! Tua Gila sudah lama didengarnya meninggal, dan seumur hayatnya tak pernah punya murid. Tapi bagaimana sekarang ada seorang pemuda memiliki ilmu pukulan Tua Gila?
Apakah Tua Gila masih hidup dan telah mengambil seorang murid? Dan yang lebih mengawatirkannya lagi apakah Tua Gila juga berada di dalam ruangan itu?
Dan untuk pertama kalinya Raja Rencong ingat akan kecurigaannya sewaktu berada di kamar bersama Pandansuri tadi. Jika betul pemuda rambut gondrong itu murid Tua Gila, pastilah dia telah menyelusup lewat jalan rahasia di bagian belakang bangunan tua. Tapi dimana dia bersembunyi sewaktu seluruh tempat diselidikinya tadi?
Raja Rencong Dari Utara tak mau berpikir berpanjang-panjang. Saat itu sudah tiba waktunya untuk menekan tombol merah di atas mimbar!
Sambil tertawa mengekeh Raja Rencong menggerakkan jari telunjuknya ke tombol merah dan berseru; "Manusia-manusia tolol, kalian semua pergilan ke neraka!". Dan jari telunjuk itupun ditekan sekuat-kuatnya pada tombol merah!
Mata Raja Rencong membeliak seperti mau tanggal dari sarangnya. Parasnya berobah total, terkejut amat sangat! Sewaktu tombol ditekan, atap di atas tidak membuka, lantai Arena Topan Utara tidak ambruk! Seperti tak percaya akan dirinya sendiri Raja Rencong menekan lagi tombol merah itu. Lagi, lagi dan lagi sampai berulang kali! Tetap saja tak satu pun yang terjadi!
Tiba-tiba didengarnya suara tertawa bergelak.
Ketika dia mengangkat kepala yang tertawa itu bukan lain si pemuda berambut gondrong Wiro Sableng!
"Kau heran dan terkejut melihat ruangan ini tidak amblas, tidak hancur lebur?" Wiro tertawa lagi gelak-gelak. "Ha ha! Pesawat rahasia terkutukmu yang hendak membunuh semua orang yang hadir di sini tidak bisa berjalan, Raja Rencong!"
Bukan main marahnya Raja Rencong Dari Utara.
Tanpa menunggu lebih lama lagi segera sepuluh jari tangannya dijentikkan!
Sepuluh larik sinar merah kekuningan menderu menyambar Pendekar 212! Wiro sudah pernah menyaksikan keganasan ilmu pukulan kuku api yang dimainkan oleh Pandansuri! Kalau Raja Rencong yang mengeluarkannya tentu lebih dahsyat lagi!
Karenanya pemuda ini cepat-cepat melompat ke atas seraya lepaskan pukulan sinar matahari! Ruangan itu laksana mau pecah sewaktu pukulan sinar matahari beradu dengan dahsyatnya dengan pukulan kuku api! Karena tenaga dalam Wiro dan Raja Rencong berada dalam tingkat yang sama maka setelah saling berbentur kedua sinar pukulan sakti itu melesat ke kiri dan buyar keempat penjuru! Jerit kematian terdengar di bagian itu. Sembilan orang tokoh golongan hitam roboh hangus! Delapan tokoh golongan putih meregang nyawa! Dengan serta merta kacau balaulah suasana!
Di antara kekacau balauan itu Wiro berteriak keras: "Semua tokoh silat yang ada di sini mari bersama-sama mencincang manusia biang malapetaka ini. Sebelumnya dia telah punya rencana untuk mengubur kalian hidup-hidup di bawah ruangan ini!"
Mendengar teriakan itu tak perduli tokoh silat golongan manapun laksana air bah serentak menyerbu Raja Rencong! Raja Rencong adalah tokoh silat sakti luar biasa. Namun melihat lebih dari dua puluh jago-jago ternama menyerbunya ditambah dengan kegugupan, nyalinya jadi meleleh! Dia segera berkelebat melarikan diri. Namun lebih cepat dari itu Wiro Sableng sudah menghadangnya dengan Kapak Naga Geni 212 siap di tangan!
"Keparat kau kubunuh lebih dulu!" teriak Raja Rencong.
"Sreet!"
Raja Rencong cabut Rencong Emas maka sinar kuningpun bertaburlah. Di lain kejap puluhan senjata berkelebat menggempur Raja Rencong dan di depan sekali Kapak Naga Geni 212 menderu laksana seribu tawon mengamuk!
"Trang"!
Rencong Emas dan Kapak Naga Geni 212 beradu.
Bunga api berpercikan! Raja Rencong terkejut bukan main. Senjata di tangannya hampir saja terlepas dilanda senjata lawan! Dan rasa terkejut ini masih belum habis sewaktu laksana kilat Kapak lawan kembali menderu di depan hidungnya sementara dari sekelilingnya menggempur puluhan senjata tajam! Raja Rencong Dari Utara keluarkan jurus yang hebat yang dinamakan jurus "sepasang kincir sakti menghadang bumi". Kedua tangannya kiri kanan bergerak cepat. Jurus ini bukan saja merupakan jurus pertahanan yang paling tangguh dari ilmu silatnya namun sekaligus juga merupakan jurus serangan yang hebat luar biasa. Sinar kuning Rencong Emas bergulung gulung sedang lima jari tangan kiri tak henti-hentinya dijentikkan melancarkan ilmu pukulan kuku api! Beberapa orang tokoh silat tergelimpang disambar pukulan jahat itu!
Namun betapapun hebatnya Raja Rencong mana mungkin baginya menghadapi tokoh-tokoh kias wahid yang berjumlah lebih dari dua puluh orang itu. Apalagi sambaran Kapak Naga Geni 212 saat itu sudah menelikung mendesaknya. Angin senjata itu menyakitkan mata dan memerihkan kulitnya.
Sesaat kemudian terdengar jeritan Raja Rencong ! Kuping kanannya putus dibabat Kapak Naga Geni 212. Racun yang hebat dari senjata itu mulai mempengaruhi dirinya.
Raja Rencong cepat menutup jalan darah penting dibeberapa Bagian tubuh lalu dengan sisa kekuatan mengamuk membabat ke arah salah seorang tokoh putih diantaranya Lembu Ampel yang kena sambaran Rencong Emas. Akan tetapi itu tidak lama karena begitu Pendekar 212 Wiro Sableng menyusup dibalik serangan Raja Rencong, Kapak Naga Geni 212 berhasil membabat putus lengan kiri tokoh silat durjana itu ! Tidak sampai disitu saja, sewaktu jerit kesakitan Raja Rencong belum sirna Kapak Naga Geni 212 mengaung dahsyat dan ”crass”! Darah muncrat membasahi pakaian beberapa orang tokoh silat. Raja Rencong dari Utara terhuyung huyung dengan kepala hampir tebelah. Dalam keadaan begitu rupa dia harus menerima tusukan dan sabetan senjata tajam lainnya sehingga tubuhnya tak beda dengan daging yang dicincang cincang.
Sewaktu tubuh yang hancur dari Raja Rencong menggeletak di Arena Topan Utara, Pendekar 212 Wiro Sableng sudah melompat pergi dari ruangan itu.
Sesungguhnya apakah yang telah terjadi sehingga ketika Raja Rencong menekan tombol merah, Arena Topan Utara tidak amblas ke bawah?
Seperti telah dituturkan di atas, sehabis meninggalkan Nyanyuk Amber, Wiro Sableng segera pergi ke kamar di mana senjata rahasia penghancur itu berada. Karena di sini sudah berada Pandansuri maka dengan sendirinya pecahlah pertempuran. Kalau sewaktu di rumah makan Dang Lariku, Wiro Sableng masih bisa main-main melayani gadis ini maka kini menghadapi keselamatan puluhan jiwa tokoh-tokoh sakti yang berada di Arena Topan Utara, Wiro tidak bisa main-main lagi. Meski senyum cengar cengir tetap tersungging di mulutnya namun Wiro menempur habis-habisan.
Pandansuri hingga dalam tempo tiga jurus akhirnya dia berhasil menotok jalan darah di tubuh si gadis. Dari sini Wiro langsung menuju Arena Topan Utara dan terjadilah kelanjutan sebagaimana yang dituturkan di atas.
Kini Pendekar 212 Wiro Sableng kembali ke kamar pesawat rahasia itu. Pandansuri duduk tersandar ke dinding dekat pintu masih dalam tubuh tertotok.
"Saudari, hukuman yang setimpal telah jatuh atas diri ayahmu ".
"Maksudmu kau telah membunuh ayahku?!"
"Aku dan tokoh-tokoh silat yang ada di Arena Topan Utara!" sahut Wiro Sableng.
"Keparat! Lepaskan totokanku! Mari kita bertempur sampai seribu jurus!" Wiro Sableng tertawa.
"Apakah kau masih belum melihat jalan terang menuju kehidupan yang baik? Atau mungkin kau mau menerima nasib seperti ayahmu? Sekali aku beritahu pada orang-orang itu bahwa kau berada di sini, pasti kau akan mati secara mengenaskan!".
"Silahkan kau beri tahu! Aku tidak takut!"
jawab Pandansuri ketus. Wiro tertawa.
"Kau keras kepala tapi kuhargai nyalimu saudari.
Dan aku tidak sepengecut yang kau duga untuk memberitahukan kau pada orang-orang itu!". Pemuda ini melangkah mendekat. "Sebelum pergi aku ingin melihat wajahmu dulu, saudari."
"Keparat kalau kau berani……………….".
Tapi tangan Wiro Sableng sudah bergerak menarik kerudung ungu yang menutupi wajah Pandansuri.
Begitu kerudung terbuka terkejutlah Wiro Sableng."Ah, kiranya parasmu cantik sekali saudari."
memuji Wiro sejujurnya. "Tapi sayang aku tak bisa lama-lama menikmati kecantikan parasmu. Aku harus pergi dari sini bersama Nyanyuk Amber.
Selamat tinggal ".
"Saudara tunggu dulu!" seru Pandansuri. "Lepaskan dulu totokanku".
"Dan setelah bebas kau akan menyerangku?" ejek Wiro.
"Aku berjanji untuk tidak melakukan apa-apa kecuali hanya untuk membaca sepucuk surat.
Selesai membaca kau boleh menotok aku kembali!
Membunuhpun aku tak keberatan!"
"Heh, surat katamu? Surat apa? Surat dari pacarmu?" Wiro melihat kesungguhan di paras si gadis.
"Baik aku percaya ucapanmu", kata Wiro pula lalu melepaskan totokan di tubuh Pandansuri dan berdiri di ambang pintu kamar pesawat rahasia menjaga segala kemungkinan yang ada sementara Pandansuri mengeluarkan sehelai surat dari balik pakaiannya.
Surat ini adalah surat yang diberikan Raja Rencong kepadanya. Dibukanya lipatan surat lalu dibacanya:
Pandansuri,
Kalau aku sudah mati maka itulah saatnya
aku memberitahukan rahasia besar tentang dirimu
melalui surat ini. Sebenarnya kau bukan anak kandungku
tapi seorang anak angkat . Jelasnya kau
kuculik dari orang tuamu sejak kau masih kecil.
Ayahmu Kepala kampong Pasirputih. Kembalilah
Padanya dan tempuhlah jalan hidup yang baik.
Raja Rencong
Wiro Sableng terkejut sewaktu melihat tetesan-tetesan air mata membasahi pipi Pandansuri Sedang surat yang dibacanya terlepas dan jatuh Ke lantai. Wiro mengambil surat itu dan membacanya.
Dilipatnya surat itu kembali seraya menghela napas Panjang.
”Sekarang jelas bagimu bahwa kau berasal Dari orang baik baik. Karenanya musti kembali ke jalan Baik baik ”, kata Wiro Sableng. Dikembalikannya Surat yang dipegangnya pada Pandansuri dan Berkata lagi. ” Aku tak akan menotok tubuhmu Kembali. Apa yang kau lakukan terserah padamu.
Selamat tinggal ”
”Saudara, kau hendak meninggalkan Danau Toba ini ?”
"Ya, menyeberang bersama-sama Nyanyuk Amber".
"Keberatan kalau aku ikut bersama kalian?".
"Ah justru itulah yang aku harapkan" jawab Pendekar 212 seraya senyum dan mengedipkan mata kirinya. Dan Pandansuri tidak membantah sama sekali sewaktu Wiro Sableng memegang tangannya dan melangkah bersama-sama menuju kamar Nyanyuk Amber.
TAMAT
Episode Selanjutnya:
Pembalasan Nyoman Dwipa
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Raja Rencong Dari Utara Bab 15"
Posting Komentar