Raja Rencong Dari Utara Bab 14

WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito

Episode 011
Raja Rencong Dari Utara

EMPAT BELAS
DI LUAR KAMAR SEWAKTU MENDENGAR ucapan Raja Rencong bahwa dia merasa ada seseorang yang mendengarkan pembicaraannya maka Wiro segera maklum cepat atau lambat laki-laki itu akan segera ke luar untuk menyelidik.
Untuk lari ke ujung lorong yang tadi dilewatinya terlalu besar risikonya karena ujung lorong itu jauh sekali. Untuk baku hantam menempur Raja Rencong dan Pandansuri baginya bukan halangan.
Sekalipun dia harus pasrahkan nyawa dia bisa mati dengan rela. Tapi yang paling penting ialah menyelamatkan jiwa puluhan tokoh-tokoh sakti yang ada di Arena Topan Utara, terutama mereka yang dari golongan putih!
Wiro Sableng melangkah cepat ke pintu di samping kiri. Didorongnya pintu itu tapi ternyata dikunci. Mendobrak pintu itu akan menimbulkan suara berisik dan sama saja dengan memberi tahu terang-terang kehadirannya di situ pada Raja Rencong!
Wiro berkelebat ke pintu di ujung depan lorong.
Baru saja dia berdiri di depan pintu itu mendadak terdengar suara macam nyamuk mengiang di telinganya.
"Cepatlah masuk anakku".
Wiro terkejut bukan main. Meski tidak tahu apakah yang bakal ditemui di dalam sana perangkap yang sangat berbahaya namun tanpa pikir panjang dalam keadaan kepepet begitu rupa Wiro Sableng segera mendorong daun pintu. Pintu itu ternyata tak dikunci. Wiro cepat masuk ke dalam. Ketika daun pintu itu tertutup kembali maka daun pintu dilorong sebelan kanan terbuka. Raja Rencong Dari Utara ke luar. Matanya meneliti setiap sudut lorong.
Tak seorangpun yang kelihatan. Namun Raja Rencong tak yakin bahwa perasaan dan telinganya telah menipunya. Sekali dia melompat maka dia sudah sampai di pintu kamar di ujung lorong dan sekaligus membuka pintu itu!
Sewaktu Wiro masuk ke dalam’ kamar itu satu pemandangan yang luar biasa membuat dia sangat terkejut hingga sepasang kakinya laksana dipakukan ke lantai!
Kamar itu tak seberapa besar. Meski bagian luarnya kelihatan bagus tapi di dalamnya hanya merupakan dinding lantai dan atap batu yang kasar. Seluruh kamar diselimuti debu. Di beberapa sudut labah-labah telah membuat sarangnya. Di tengah-tengah kamar inilah kelihatan duduk seorang laki-laki tua bermuka biru, berpipi sangat cekung. Tubuh-nya yang kurus tertutup sehelai jubah biru yang luar biasa besarnya hingga bagian bawahnya menutupi hampir seluruh lantai kamar! Kedua tangan orang tua ini buntung sebatas siku, salah satu telinganya sumplung.
Pada lehernya terikat sebuah rantai baja yang ujungnya dipantek dengan sebuah paku besar ke dinding batu di belakangnya. Sikap orang tua ini yang memeramkan matanya tak ubahnya seperti orang yangtengahbersemedi,"Orang tua, kau siapa?!" tanya Wiro.
Orang tua itu membuka kedua matanya.
Astaga! Wiro merasa tengkuknya dingin. Kedua mata itu hanya merupakan sepasang rongga yang dalam dan mengerikan!
"Anak tolol! Lekas sembunyi dalam jubah di belakang punggungku!" kata si orang tua. Wiro Sableng yang sadar akan keadaannya segera mengikuti perintah si orang tua. Namun demikian karena dia tiada mengenal siapa adanya orang tua ini dan bukan mustahil seorang musuh yang hendak menjebak maka sambil menyusup ke dalam ‘jubah biru yang lebar diam-diam Wiro siapkan pukulan sinar matahari di tangan kiri sedang tangan kanan memegang gagang Kapak Naga Geni 212! ‘
"Anak, aku bukan musuhmu! Kenapa musti meraba senjata segala?!", tiba-tiba terdengar suara mengiang di telinga Wiro Sableng. Suara orang tua itu!
Orang ini hebat sekali, tentu sakti luar biasa, pikir Wiro.
Tapi mengapa kedua tangannya buntung dan matanya buta sedang lehernya dirantai begitu rupa?
Tiba-tiba pintu terbuka dan terdengar bentakan Raja Rencong Dari Utara:
"Tua renta buta! Siapa yang masuk ke sini?!" Si orang tua menghela nafas dalam lalu menjawab.
Suaranya kecil sekali seperti suara anak perempuan.
"Jika aku sampai tidak mengetahui ada seorang yang masuk ke sini itu bukan karena ketololanku tapi karena mataku memang tak melihat. Tapi jika kau yang punya mata dan telinga tajam sampai tidak mengetahuinya dan malah bertanya padaku itu adalah satu ketololan yang tak ada taranya! Apakah kau lihat ada orang lain di kamar ini?!"
Ejekan itu membuat Raja Rencong Dari Utara memaki habis-habisan. Memang selain orang tua itu tak ada siapapun di situ"Apakah kau sudah memeriksa, Hang Kumbara?" bertanya si orang tua.
"Tutup mulutmu setan tua!"
engkauDimaki begitu rupa malah si orang tua tertawa dan menyahuti: "Hari ini hari peresmian berdirinya Partai Topan Utara bukan?!"
"Kunyuk peot! Kau tahu apa tentang Partai Topan Utara!" semprot Raja Rencong.
"Aku memang tidak tahu-tahu apa-apa. Tapi di balik ketidak tahuan itu aku mendapat firasat bahwa Partaimu itu akan runtuh sebelum saat diresmikannya. Dan kau sendiri akan mampus. Hang Kumbara . . .!
"Ya, aku akan mampus!" jawab Hang Kumbara alias Raja Rencong Dari Utara. "Tapi sebelum mampus, untuk yang keseratus kalinya terima dulu tamparanku ini!".
"Plaak"!
Tamparan yang dilayangkan Raja Rencong keras luar biasa. Tubuh si orang tua terhuyung-huyung dirasakan oleh Wiro tapi tidak roboh. Mulutnya mengucurkan darah!
Wiro Sableng marah sekali melihat orang tua yang telah tolong menyembunyikan dirinya diperlakukan begitu rupa. Segera saja dia hendak melompat ke luar dari balik jubah. Tapi ditelinganya terdengar suara seperti ngiangan nyamuk: "Jangan tolol anak!". Terpaksa Wiro Sableng mendekam terus di belakang punggung orang tua itu. Kemudian terdengar pintu kamar ditutupkan, Raja Rencong telah ke luar.
"Sekarang kau keluarlah!" kata orang tua itu.
Wiro keluar dari balik jubah lalu menjura hormat: "Terima kasih atas budi pertolonganmu, orang tua. Harap kau sudi menerangkan namamu. Kelak di kemudian hari aku harap bisa membalas budi besarmu ini . . .! Orang tua itu tertawa.
"Sewaktu mendengar langkahmu di bagian belakang bangunan tua, sewaktu kudengar kau mengangkat rerumpunan semak-semak lalu menyusup turun ke dalam lorong hatiku gembira. Kukira kau adalah Tua Gila. Tapi dari suara langkahmu kuketahui kemudian bahwa kau bukanlah si Tua Gila.
Namun demikian aku yakin kau ada sangkut paut dengan orang tua itu. Mungkin sekali kau muridnya.
Betul?!"
Wiro Sableng melengak.
"Aku hanya menerima beberapa jurus ilmu silat dari Tua Gila. Bagaimana kau bisa tahu semua gerak gerikku?" tanya Wiro heran.
"Ilmu yang tinggi adalah seribu mata dengan seribu telinga bagi seseorang", jawab si orang tua. "Tapi semuanya itu berakhir dalam kesia-siaan! Buktinya diriku ini!"
"Kenapa kau sampai dirantai begini rupa?"tanya Wiro.
"Muridku sendiri yang melakukannya" jawab si orang tua penuh rawan dan penyesalan.
"Muridmu?!" kejut Wiro.
"Kau terkejut?! Tak perlu terkejut atau heran orang muda. Di dunia ini sekarang penuh dengan orang-orang sesat dan murtad!".
"Kalau aku boleh bertanya, siapa muridmu itu?"
"Masakan kau tidak bisa menerka. Hang Kumbara!"
"Maksudmu Raja Rencong Dari Utara?"
"Itu gelarnya".
“benar-benar terkutuk manusia itu!" geram Wiro. Sekali digerakkannya- tangan kanannya membetot maka tanggallah paku di dinding batu. Dengan cepat Wiro lalu melepaskan rantai yang mengikat leher orang tua itu.
"Terima kasih anak. Tenaga dalammu luar biasa sekali. … ".
"Aku cuma punya waktu sedikit, orang tua.
Harap kau sudi memberikan sedikit keterangan tentang dirimu. Kelak kalau tugasku selesai aku akan membawamu dari tempat terkutuk ini!"
"Terima kasih terima kasih! Tak perlu kau bawa diriku yang sudah pikun cacat dan tak berharga ini.
Dengar anak, namaku adalah Nyanyuk Amber. Dulu aku diam di Gunung Singgalang sampai kedatangannya Hang Kumbara manusia laknat itu Dia datang mengemis ilmu padaku. Karena kulihat sifatnya baik dan lagi pula dia adalah murid kenalan baikku si Datuk Mata Putih maka aku tak keberatan mewariskan beberapa ilmu yang hebat kepadanya! Tapi siapa nyana kalau manusia itu sesungguhnya sudah sejak lama mendekam maksud jahat hendak menimbulkan bencana di atas jagat ini!
Maksudnya mendirikan Topan Utara dan memaksa orang-orang untuk menghadirinya adalah bohong belaka!
Sebenarnya dia sengaja untuk menghimpun seluruh orang-orang pandai di sini lalu dibunuh secara masai!
Gurunya sendiripun, gurunya yang pertama sebelum aku yaitu Datuk Mata Putih dia juga yang membunuhnya!
Benar-benar manusia iblis yang haus darah", si orang tua yang bernama Nyanyuk Amber menghela nafas panjang lalu berkata: "Meski bagaimanapun dibandingkan dengan Datuk Mata Putih aku masih bernasib lumayan, tidak dibunuh! Tapi apakah artinya hidup cacat begini rupa?!".
"Apakah Hang Kumbara juga yang telah memutus kedua lenganmu?" tanya Wiro.
"Bukan hanya lenganku anak. Bukan hanya lenganku! Coba kau singkap jubah ini di bagian kakiku".
Wiro menyingkapkan jubah biru Nyanyuk Amber.
Astaga, ternyata kedua kaki orang tua itu sebatas lutut juga telah buntung!
"Hang Kumbara yang melakukannya", desis Nyanyuk Amber. "Juga kedua mataku ini dia yang mengorek!"
"Benar-benar laknat terkutuk yang kejam luar biasa!" kata Wiro geram. "Orang tua, aku berjanji untuk memecahkan kepalanya demi membalaskan sakit hatimu. Tapi orang tua mengapa dia sampai melakukan kekejaman begini rupa terhadapmu?…
Nyanyuk Amber menghela nafas dalam lalu menjawab: "Seperti Datuk Mata Putih akupun datang ke sini untuk menginsyafkan Hang Kumbara dari kesesatannya! Tapi dengan ilmu yang kuajarkan kepadanya Hang Kumbara menyerangku. Tubuhku berhasil ditotoknya. Kedua tangan dan kakiku dipotong, kedua mataku dicongkel. Dalam keadaan tubuh masih tertotok aku diseret ke sini dan leherku dirantai!"
"Keparat betul manusia itu! Belum pernah aku menemui manusia sejahat dia. Tapi apa pula sebabnya dia mempunyai niat jahat untuk melenyapkan seluruh orang-orang pandai yang kinf berada di Arena Topan Utara itu?!"
"Panjang kisahnya anak, panjang sekali! Kelak jika sama-sama ada umur akan kututurkan padamu.
Sekarang lakukanlah apa yang bisa kau lakukan untuk menyelamatkan jiwa orang-orang yang berada di Arena Topan Utara!".
Wiro mengangguk. Sebelum pergi dilepaskannya totokan di tubuh Nyanyuk Amber. Si orang tua itu mengucapkan terima kasih. Tiba-tiba ingat sesuatu.
"Orang tua, kalau sekiranya tak dapat dicegah penghancuran Arena Topan Utara oleh Raja Rencong,
mungkin tempat ini turut musnah. Sebaiknya kuselamatkan dulu kau ke tempat yang aman!"
"Ah, kau terlalu memikirkan diriku, anak.
Tempat ini cukup jauh dari Arena Topan Utara, tak akan sampai ambruk. Kau pergilah cepat sebelum terlambat".
Mendengar ucapan itu maka Wiropun meninggalkan kamar itu dengan cepat.
***


Next ...
Bab 15

Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245




0 Response to "Raja Rencong Dari Utara Bab 14"

Posting Komentar