WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 185
Jabang Bayi Dalam Guci
TUJUH
"APA kalian tidak ingat cerita yang pernah dituturkan sahabat Kesatria Panggilan?
Penguasa Atap Langit selalu mencopot jantung setiap selirnya lalu disimpan di satu tempat rahasia. Alasannya agar para selir tidak bisa meninggalkan Negeri Atap Langit. Karena kalau itu mereka lakukan maka dalam waktu tiga hari mereka akan menemui kematian. Tapi Ken Parantili berlaku nekad. Dia kabur dan tak perduli dengan jantungnya. Berarti dia juga tidak takut mati. Penguasa Atap Langit rupanya menaruh kasihan lalu mengambil jantung selirnya dari tempat rahasia. Jantung Ini harus bisa masuk kembali ke dalam tubuh Ken Parantili dalam waktu tiga hari. Kalau tidak maka selir itu akan menemui ajal. Penguasa Atap Langit meminta aku menolong mencari selir itu karena aku bisa bergerak cepat."
"Ada manusia tidak berjantung! Hidup lagi! Tidak bisa kupercaya. Sulit masuk akali" Ucap Kunti Ambiri sambil geleng-geleng kepala.
"Jangan berkata begitu. Waktu di puncak Gunung Semeru kita semua menyaksikan bagaimana Ken Parantili membelah dada lalu memperlihatkan bagian jantungnya yang kosongi" Berkata Jaka Pesolek.
"Itu betul, tapi tetap saja sulit dipercaya. Bagaimana manusia bisa hidup tanpa jantung." Ujar Kunti Ambiri pula.
"Lalu sekarang kau mau melakukan apa? Mencari selir itu?" Tanya Ratu Randang.
Jaka Pesolek mengangguk.
"Kau bisa berkelebat ke delapan ujung dunia dalam sekejapan mata. Tapi kau tidak tahu selir itu berada dimana." Kata Kunti Ambiri.
"Betul. Tapi Penguasa Atap Langit memberikan sesuatu padaku untuk dipergunakan menjajagi dimana beradanya Ken Parantlli." Jaka Pesolek tutup keranjang daun pisang lalu dengan hati-hati membungkus kain hitam. Bungkusan lalu dipangggul di bahu kiri. Dari balik pakaian hijaunya Jaka Pesolek kemudian mengeluarkan sejumput rambut hitam dalam keadaan tergulung.
"Itu bulu ketekmu?"! Tanya Ratu Randang dengan mulut dipencongkan.
"Gila kau Nekl Kalaupun aku punya bulu ketek masakan sampai sebanyak dan sepanjang ini?" Ujar Jaka Pesolek.
"Lalu itu apanya siapa?"!" Bertanya Kunti Ambiri.
"Ini gulungan rambut Ken Parantili. Rambut ini udah dlrapal oleh Penguasa Atap Langit Katanya jika Ken Parantili berada dalam jarak dua ratus langkah maka rambut ini akan memberi tanda. Rambut akan meringkal bergerak ke atas lalu melesat ke arah dimana beradanya selir itu."
"Kalau semudah itu mencari Ken Parantili mengapa tidak dilakukan sendiri oleh Penguasa Atap Langit?" Ujar Sakuntaladewi.
"Menurut pengakuan Penguasa Atap Langit dia tidak mungkin melakukan hal itu. Karena pada jarak tertentu Ken Parantili mampu mencium bau tubuhnya. Begitu mencium pasti dia akan melarikan diri. Seumur-umur Penguasa Atap langit tidak akan mampu mencari dan menemukan selirnya itu. Selain itu sang Penguasa mempunyai pantangan. Tidak boleh berada di luar Negeri Atap Langit lebih dari dua kali matahari terbit"
"Mahluk bernama Penguasa Atap Langit itu punya enam belas selir Kehilangan satu saja mengapa dia sampai kalang kabut mengejar dan membawa jantungnya!"
"Nek, kau ini seperti tidak tahu saja. Dimana-mana ada orang punya banyak selir. Tapi pasti ada satu yang paling disayang. Nah bisa saja Ken Parantili memang kesayangannya Penguasa Atap Langit" Kata Jaka Pesolek pula.
"Tahu dari mana kau?!" Tukas Ratu Randang sambil pencongkan mulut.
"Nek, ada ujar-ujar begini. Seseorang baru tahu betapa sayangnya dia pada sang kekasih, pada saat sang kekasih tidak lagi menjadi miliknya. Entah mati, entah minggat entah kabur sama lelaki lain"
"Hebat juga bicaramu!" Kata Ratu Randang lalu melirik ke arah Kunti Ambiri dan Sakuntaladewi.
"Nek, Kunti, Sakuntaladewi aku pergi sekarang.
Kalau tugasku sudah selesai aku pasti akan mencari kalian…"
"Tunggu, jangan pergi dulu. Kau kami perlukan di sini." Berkata Kunti Ambiri.
"Sudah banyak orang gagah dan hebat di tempat ini Lagi pula aku telah menerima permintaan orang untuk menolong. Mana mungkin mau mengingkari. Lebih baik para sahabat cepat membantu Raja dan orang-orang di pintu gerbang. Masakan kalian tega membiarkan Kesatria Panggilan bekerja sendiri "
Jaka Pesolek kedipkan mata lalu segera tinggalkan orang-orang itu.
"Kalau tidak ada urusan besar di Kotaraja, rasanya aku mau mengikuti gadis aneh itu. Mau tahu apa yang bakal kejadian." Kata Kunti Ambiri.
"Yang jadi pertanyaan, gadis itu dijanjikan apa oleh Penguasa Atap Langit sampai-sampai mau berkeliaran kesana-sini membawa jantung manusia. Pasti ada satu imbalan yang menarik…" Ucap Ratu Randang.
"Mungkin janji boleh mengusap…." Menyahuti Kunti Ambiri dengan wajah agak cemberut.
Lalu Kunti Ambiri mendahului lari ke arah pintu gerbang diikuti Sakuntaladewi dan Ratu Randang dimana Wiro berada bersama Raja dan keluarga serta para pengikut Karena Raja Mataram tetap memaksa masuk ke dalam Istana, Wiro akhirnya berkata.
"Yang Mulia, saya minta diberi waktu. Saya akan melakukan sesuatu. Lalu memeriksa keadaan Istana.
Jika segala sesuatunya memang aman, saya akan kembali memberi tahu. Tapi apakah Yang Mulia tidak mau mengizinkan lebih dulu agar saya mengobati tangan Yang Mulia yang patah?"
Mendengar ucapan Wiro Ratu Randang cepat mendekati dan berbisik. "Kau mau berbuat konyol apa?
Kau bukan tabib bukan dukun! Bagaimana mau mengobati tangan Raja? Untuk menyambung tulang lengan yang patah itu perlu waktu paling sedikit sepuluh hari! Kalau kau memang mampu melakukan, kau benar-benar orang hebat!"
"Seorang nenek di Negeri Matahari Terbit bernama Nenek Neko pernah memberikan ilmu padaku. Ilmu mematah dan menyembuhkan tulang. Mudah-mudahan dengan kehendak Gusti Allah aku bisa menolong Raja.
Kalaupun tidak aku tetap puas karena sudah berikhtiar." Menerangkan Wiro.
"Hemm….Rupanya kau banyak punya sahabat nenek sepertiku. Pasti si Nenek Neko itu orangnya cantik!"
Wiro tertawa. Lalu dia berkata. "Nek, baiknya kau bantu membujuk Raja agar dia mau kutolong."
"Tak usah kawatir. Aku akan mencoba. Tapi mengapa kau tidak mempergunakan kesaktian delapan bunga Matahari saja?" Ujar si nenek pula.
"Kalau itu maumu akan kucoba."
Ratu Randang mendatangi Raja yang saat itu duduk di tanah, bersandar ke tembok halaman. Tangan kanan yang patah diletakkan di atas pangkuan paha kanan, dibalut dengan sehelai kain. Setelah bicara dan dibujuk oleh Ratu Randang ternyata Raja Mataram kini bersedia ditolong oleh Wiro.
Dari balik pakaiannya Wiro segera keluarkan delapan bunga Matahari kecil. "Maafkan saya Yang Mulia. Akan saya coba menolong dengan bunga sakti ini lebih dulu."
Mendadak terdengar suara alunan gamelan di kejauhan disusul suara mengiang ke telinga Wiro yang juga didengar oleh Raja Mataram, Kunti Ambiri, Ratu Randang dan Sakuntaladewi.
"Kami minta maaf beribu maaf. Kemampuan kami menolong hanya tinggal satu kali yaitu untuk membebaskan guru Kesatria Panggilan. Kalau kali ini kami menolong walau tidak muncul memperlihatkan diri, maka kami tidak mungkin melakukan pertolongan lagi."
***
Penguasa Atap Langit selalu mencopot jantung setiap selirnya lalu disimpan di satu tempat rahasia. Alasannya agar para selir tidak bisa meninggalkan Negeri Atap Langit. Karena kalau itu mereka lakukan maka dalam waktu tiga hari mereka akan menemui kematian. Tapi Ken Parantili berlaku nekad. Dia kabur dan tak perduli dengan jantungnya. Berarti dia juga tidak takut mati. Penguasa Atap Langit rupanya menaruh kasihan lalu mengambil jantung selirnya dari tempat rahasia. Jantung Ini harus bisa masuk kembali ke dalam tubuh Ken Parantili dalam waktu tiga hari. Kalau tidak maka selir itu akan menemui ajal. Penguasa Atap Langit meminta aku menolong mencari selir itu karena aku bisa bergerak cepat."
"Ada manusia tidak berjantung! Hidup lagi! Tidak bisa kupercaya. Sulit masuk akali" Ucap Kunti Ambiri sambil geleng-geleng kepala.
"Jangan berkata begitu. Waktu di puncak Gunung Semeru kita semua menyaksikan bagaimana Ken Parantili membelah dada lalu memperlihatkan bagian jantungnya yang kosongi" Berkata Jaka Pesolek.
"Itu betul, tapi tetap saja sulit dipercaya. Bagaimana manusia bisa hidup tanpa jantung." Ujar Kunti Ambiri pula.
"Lalu sekarang kau mau melakukan apa? Mencari selir itu?" Tanya Ratu Randang.
Jaka Pesolek mengangguk.
"Kau bisa berkelebat ke delapan ujung dunia dalam sekejapan mata. Tapi kau tidak tahu selir itu berada dimana." Kata Kunti Ambiri.
"Betul. Tapi Penguasa Atap Langit memberikan sesuatu padaku untuk dipergunakan menjajagi dimana beradanya Ken Parantlli." Jaka Pesolek tutup keranjang daun pisang lalu dengan hati-hati membungkus kain hitam. Bungkusan lalu dipangggul di bahu kiri. Dari balik pakaian hijaunya Jaka Pesolek kemudian mengeluarkan sejumput rambut hitam dalam keadaan tergulung.
"Itu bulu ketekmu?"! Tanya Ratu Randang dengan mulut dipencongkan.
"Gila kau Nekl Kalaupun aku punya bulu ketek masakan sampai sebanyak dan sepanjang ini?" Ujar Jaka Pesolek.
"Lalu itu apanya siapa?"!" Bertanya Kunti Ambiri.
"Ini gulungan rambut Ken Parantili. Rambut ini udah dlrapal oleh Penguasa Atap Langit Katanya jika Ken Parantili berada dalam jarak dua ratus langkah maka rambut ini akan memberi tanda. Rambut akan meringkal bergerak ke atas lalu melesat ke arah dimana beradanya selir itu."
"Kalau semudah itu mencari Ken Parantili mengapa tidak dilakukan sendiri oleh Penguasa Atap Langit?" Ujar Sakuntaladewi.
"Menurut pengakuan Penguasa Atap Langit dia tidak mungkin melakukan hal itu. Karena pada jarak tertentu Ken Parantili mampu mencium bau tubuhnya. Begitu mencium pasti dia akan melarikan diri. Seumur-umur Penguasa Atap langit tidak akan mampu mencari dan menemukan selirnya itu. Selain itu sang Penguasa mempunyai pantangan. Tidak boleh berada di luar Negeri Atap Langit lebih dari dua kali matahari terbit"
"Mahluk bernama Penguasa Atap Langit itu punya enam belas selir Kehilangan satu saja mengapa dia sampai kalang kabut mengejar dan membawa jantungnya!"
"Nek, kau ini seperti tidak tahu saja. Dimana-mana ada orang punya banyak selir. Tapi pasti ada satu yang paling disayang. Nah bisa saja Ken Parantili memang kesayangannya Penguasa Atap Langit" Kata Jaka Pesolek pula.
"Tahu dari mana kau?!" Tukas Ratu Randang sambil pencongkan mulut.
"Nek, ada ujar-ujar begini. Seseorang baru tahu betapa sayangnya dia pada sang kekasih, pada saat sang kekasih tidak lagi menjadi miliknya. Entah mati, entah minggat entah kabur sama lelaki lain"
"Hebat juga bicaramu!" Kata Ratu Randang lalu melirik ke arah Kunti Ambiri dan Sakuntaladewi.
"Nek, Kunti, Sakuntaladewi aku pergi sekarang.
Kalau tugasku sudah selesai aku pasti akan mencari kalian…"
"Tunggu, jangan pergi dulu. Kau kami perlukan di sini." Berkata Kunti Ambiri.
"Sudah banyak orang gagah dan hebat di tempat ini Lagi pula aku telah menerima permintaan orang untuk menolong. Mana mungkin mau mengingkari. Lebih baik para sahabat cepat membantu Raja dan orang-orang di pintu gerbang. Masakan kalian tega membiarkan Kesatria Panggilan bekerja sendiri "
Jaka Pesolek kedipkan mata lalu segera tinggalkan orang-orang itu.
"Kalau tidak ada urusan besar di Kotaraja, rasanya aku mau mengikuti gadis aneh itu. Mau tahu apa yang bakal kejadian." Kata Kunti Ambiri.
"Yang jadi pertanyaan, gadis itu dijanjikan apa oleh Penguasa Atap Langit sampai-sampai mau berkeliaran kesana-sini membawa jantung manusia. Pasti ada satu imbalan yang menarik…" Ucap Ratu Randang.
"Mungkin janji boleh mengusap…." Menyahuti Kunti Ambiri dengan wajah agak cemberut.
Lalu Kunti Ambiri mendahului lari ke arah pintu gerbang diikuti Sakuntaladewi dan Ratu Randang dimana Wiro berada bersama Raja dan keluarga serta para pengikut Karena Raja Mataram tetap memaksa masuk ke dalam Istana, Wiro akhirnya berkata.
"Yang Mulia, saya minta diberi waktu. Saya akan melakukan sesuatu. Lalu memeriksa keadaan Istana.
Jika segala sesuatunya memang aman, saya akan kembali memberi tahu. Tapi apakah Yang Mulia tidak mau mengizinkan lebih dulu agar saya mengobati tangan Yang Mulia yang patah?"
Mendengar ucapan Wiro Ratu Randang cepat mendekati dan berbisik. "Kau mau berbuat konyol apa?
Kau bukan tabib bukan dukun! Bagaimana mau mengobati tangan Raja? Untuk menyambung tulang lengan yang patah itu perlu waktu paling sedikit sepuluh hari! Kalau kau memang mampu melakukan, kau benar-benar orang hebat!"
"Seorang nenek di Negeri Matahari Terbit bernama Nenek Neko pernah memberikan ilmu padaku. Ilmu mematah dan menyembuhkan tulang. Mudah-mudahan dengan kehendak Gusti Allah aku bisa menolong Raja.
Kalaupun tidak aku tetap puas karena sudah berikhtiar." Menerangkan Wiro.
"Hemm….Rupanya kau banyak punya sahabat nenek sepertiku. Pasti si Nenek Neko itu orangnya cantik!"
Wiro tertawa. Lalu dia berkata. "Nek, baiknya kau bantu membujuk Raja agar dia mau kutolong."
"Tak usah kawatir. Aku akan mencoba. Tapi mengapa kau tidak mempergunakan kesaktian delapan bunga Matahari saja?" Ujar si nenek pula.
"Kalau itu maumu akan kucoba."
Ratu Randang mendatangi Raja yang saat itu duduk di tanah, bersandar ke tembok halaman. Tangan kanan yang patah diletakkan di atas pangkuan paha kanan, dibalut dengan sehelai kain. Setelah bicara dan dibujuk oleh Ratu Randang ternyata Raja Mataram kini bersedia ditolong oleh Wiro.
Dari balik pakaiannya Wiro segera keluarkan delapan bunga Matahari kecil. "Maafkan saya Yang Mulia. Akan saya coba menolong dengan bunga sakti ini lebih dulu."
Mendadak terdengar suara alunan gamelan di kejauhan disusul suara mengiang ke telinga Wiro yang juga didengar oleh Raja Mataram, Kunti Ambiri, Ratu Randang dan Sakuntaladewi.
"Kami minta maaf beribu maaf. Kemampuan kami menolong hanya tinggal satu kali yaitu untuk membebaskan guru Kesatria Panggilan. Kalau kali ini kami menolong walau tidak muncul memperlihatkan diri, maka kami tidak mungkin melakukan pertolongan lagi."
***
Pustaka Ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Jabang Bayi Dalam Guci Bab 7"
Posting Komentar