WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 013
Kutukan Empu Bharata
DUA BELAS
UNTUNG Pararean dan juga Pendekar 212 Wiro Sableng terkejut. Ketika keduanya memandang ke tengah ruangan kelihatannya seorang laki-laki berbadan tegap, mengenakan pakaian hitam-hitam berdiri di situ. Wajahnya ditutup dengan sehelai cadar hitam dan hanya kedua matanya saja yang kelihatan.
"Kau!" seru orang itu seraya menunjuk tepattepat kepada Untung Pararean. "Kau bangsatnya yang berani-beranian mengenakan cadar seperti yang kupakai layak menerima hukuman dari aku Si Cadar Hitam!"
Wiro dan Untung Pararean meneliti orang itu dari kepala sampai ke kaki. Ternyata inilah manusianya yang berjuluk Si Cadar Hitam yang menjadi musuh Pengemis Sakti Muka Bopeng.
"Sayang sekali kau datang terlambat, sobat!" Pendekar 212 Wiro Sableng buka suara dan membuat Si Cadar Hitam kerenyitkan kening. Sebelum dia meneruskan, Cadar Hitam sudah membentak.
"Bocah berambut gondrong, katakan apakah kau kerabatnya kunyuk yang satu ini? Juga katakan apakah kau mau minta hajaran pula?!"
Wiro Sableng tertawa gelak-gelak. "Manusia tak punya malu! Diajak bicara baik-baik jawabannya ngelantur! Pantas kau menutupi tampangmu dengan kain!"
"Dan juga pantas bagimu untuk menerima kematian detik ini juga!" teriak Si Cadar Hitam marah. Lalu tangan kanannya didorongkan dan serangkum angin yang amat dingin menderu ke arah Wiro Sableng! Murid Eyang Sinto Gendeng dari Gunung Gede tertegun sejenak. Tubuhnya terasa dingin laksana dikubur dalam salju, padahal angin serangan masih beberapa langkah di depannya! Dia cepat melompat kesamping tapi aneh! Kedua kakinya kaku tegang tak dapat digerakkan! Wiro sadar bahwa dirinya telah dipukau oleh hawa dingin yang keluar dari angin pukulan lawan! Dia membentak keras dan tangan kanannya cepat-cepat memegang hulu Kapak Naga Geni 212 di balik pakaian. Detik itu juga hawa hangat mengalir dari hulu kapak ke sekujur tubuhnya, membuat sirna hawa dingin yang sebelumnya hampir saja membuat dia celaka!
"Wuss!"
Angin pukulan lawan lewat di depan dada Pendekar 212 Wiro Sableng pada saat pemuda ini berhasil mengelak dengan melompat ke belakang. Di belakang sana terdengar suara gaduh akibat bobolnya dinding rumah makan dihantam pukulan Si Cadar Hitam itu!
Si Cadar Hitam tidak menyangka kalau si pemuda akan sanggup menyelamatkan diri begitu rupa! Sementara dia berdiri terkesiap dengan mata melotot, Wiro Sableng berseru lantang, "Terima kasih atas keramah tamahanmu dalam serangan tadi! Kuharap kau juga sudi menerima hadiah balasan dariku!"
Habis berkata begitu Wiro Sableng mengerahkan tiga perempat bagian tenaga dalamnya ke tangan kanan lalu secepat kilat tangan itu di putar di atas kepala dan dipukulkan ke depan! Suara laksana angin puyuh menderu menggetarkan rumah makan itu. Kursi-kursi berpelantingan, meja terguling. Lampu minyak mencelat menghantam dinding. Untung Pararean merapat ke dinding agar tubuhnya jangan sampai terpelanting!
Si Cadar Hitam yang berdiri di tengah ruangan segera mengerahkan sebagian tenaga dalamnya ke kaki. Tubuhnya laksana patung batu. Namun ketika Wiro menghantamkan tangannya ke depan tubuh Si Cadar Hitam menjadi gontai. Di lipat gandakannya tenaga dalamnya. Kedua tangan dengan serentak dipukulkan ke depan untuk menangkis serangan Wiro. Tapi Si Cadar Hitam masih ketinggalan jauh dalam hal tenaga dalam hingga betapapun dia mempertahankan diri, begitu pukulan "angin puyuh" yang dilepaskan Wiro Sableng menghantam dirinya, tak ampun lagi manusia ini terpelanting dan terbanting menelentang di lantai!
"Jangan tidur ngorok di situ, sobat! Kalau Empat Pengemis Pulau Ras datang kembali ke sini kau bisa berabe. Ayo lekas bangkit!"
Kedatangan Si Cadar Hitam ke situ memang untuk menemui Pengemis Sakti Muka Bopeng yang telah ditantangnya satu tahun yang lewat. Mendengar disebutnya nama Keempat murid Pengemis Muka Bopeng dan di tambah dengan kemarahan yang membakar dadanya, Si Cadar Hitam kontan melompat. Entah kapan dia menggerakkan tangannya tapi tahu-tahu di tangan kanannya kini sudah tergenggam sebuah senjata yang berbentuk aneh.
Senjata itu terbuat dari besi hitam legam berbentuk tombak yang pada kedua ujungnya terdapat lingkaran tipis yang amat tajam. Karena bentuknya yang hebat maka senjata itu dapat dipergunakan sebagai toya dan pedang. Bahkan bila bagian lingkaran sampai masuk ke kepala seseorang, jangan harap bisa selamat dari kematian!
Bentuk dan sinar hitam yang memancar dari senjata itu membuat Pendekar 212 Wiro Sableng segera bersiap-siap menerima serangan. Dia tahu senjata di tangan lawan hebat dan berbahaya.
"Bangsat gondrong, lekas keluarkan senjatamu! Kalau tidak kau akan mampus dalam dua tiga jurus saja!"
Wiro ganda tertawa. Diambilnya sebuah kursi lalu katanya, "Biar aku menghadapimu dengan kursi ini saja, Cadar Hitam!"
Si Cadar Hitam menggeram marah. Tak pernah dia menerima penghinaan yang begitu hebat. Rahang-rahangnya menggembung.
"Wiro! Biar aku yang menghadapinya!" tiba-tiba Untung Pararean berseru.
"Ah, biar serahkan saja manusia sombong ini padaku," sahut Wiro.
"Majulah berdua agar aku tidak banyak membuang tenaga untuk membunuh kalian!" bentak Si Cadar Hitam. Habis membentak demikian dia melompat ke muka. Senjatanya berkiblat ganas dan sekaligus menyerang ke arah leher Wiro Sableng serta Untung Parerean!
Mereka yang diserang lekas-lekas melompat menyelamatkan diri. Begitu serangan lewat, Untung Pararean segera mengambil sepasang golok milik Pengemis Cantik Ayu sedang Wiro Sableng membabatkan kursi ke pinggang lawan. Dengan satu gerakan sebat Si Cadar Hitam membalik. Kembali senjatanya berkelebat dan tiga buah kaki kursi yang dipakai menyerang oleh Wiro terbabat putus!
Si Cadar Hitam tidak kepalang tanggung. Serangan-serangan yang dilancarkannya datang bertubi-tubi. Sengaja dikeluarkannya jurus-jurus silatnya yang paling hebat agar dapat membuktikan omong besarnya tadi yaitu akan membereskan Wiro Sableng dalam dua atau tiga jurus saja. Tapi sewaktu pertempuran memasuki jurus kelima yang bisa dilakukan Si Cadar Hitam hanyalah membabat putus badan kursi yang di tangan Wiro hingga kini Pendekar 212 hanya memegang sandaran kursi yang sudah sangat pendek saja!
Meski mengawatirkan keselamatan si pemuda namun sebagai orang yang berpegang teguh pada tatakrama dunia persilatan, Untung Pararean tetap berdiri di tempatnya tak mau membantu Wiro mengeroyok Si Cadar Hitam. Walau demikian diusahakannya melemparkan sepasang golok di tangannya ke arah Wiro Sableng. Tapi di tengah jalan Si Cadar Hitam berhasil membabat mental dan patah kedua golok itu dengan senjatanya!
Jurus demi jurus serangan Si Cadar Hitam semakin dahsyat. Dengan memainkan ilmu silat "orang gila" Wiro berhasil mempertahankan diri dan sekalikali melepaskan pukulan jarak jauh yang membuat lawannya bertindak sangat hati-hati. Ketika dua puluh jurus sudah berlalu dan beberapa kali hampir saja dirinya kena dihantam oleh senjata lawan yang dahsyat, Wiro Sableng mulai mengeluarkan ilmu-ilmu pukulan simpanannya!
Ilmu pukulan "angin puyuh" tak sanggup menembus angin senjata di tangan Si Cadar Hitam, demikian juga pukulan "kunyuk melempar buah" dan "benteng topan melanda samudera". Hal ini membuat Pendekar 212 Wiro Sableng menjadi penasaran. Apalagi ketika didengarnya si Cadar Hitam berseru mengejek. "Ayo keluarkan semua ilmu simpananmu agar kau tidak mampus penasaran!"
"Jangan keliwat sumbong, sobat! Coba kau sambut pukulan yang bernama "dewa topan menggusur gunung ini!"
Wiro mendorongkan kedua tangannya ke depan. Dan terjadilah hal yang hebat luar biasa! Dari kedua telapak tangan Pendekar 212 Wiro Sableng menderu gemuruh suara angin. Si Cadar Hitam membabatkan senjatanya ke depan beberapa kali untuk memusnahkan angin serangan. Namun kali ini senjata itu tidak mampu berbuat suatu apapun! Tubuh Si Cadar Hitam terlempar ke belakang, rubuh terguling-guling, senjatanya lepas dari tangan. Sesaat kemudian menyusul gemuruh robohnya rumah makan itu! Sebelum sebuah balok besar menimpa kepalanya, Pendekar 212 Wiro Sableng cepat melompat keluar dari rumah makan itu! Dia sampai di luar tepat ketika seluruh bangunan rumah makan roboh dengan dahsyatnya. Puluhan orang di pelabuhan yang melihat kejadian itu sama-sama mengeluarkan seruan dan ber{ari mendatangi sementara Akik Rono di pemilik rumah makan yang juga sempat menyelamatkan diri, berdiri menyaksikan runtuhnya rumah makannya dengan tubuh menggigil dan wajah seputih kertas!
Wiro memandang berkeliling. Untung Pararean dan Si Cadar Hitam tak kelihatan. Kawatir kalau-kalau Untung Pararean tertimpa runtuhan rumah makan, Wiro menyelidik dengan cepat. Tapi laki-laki itu tak di temuinya. Si Cadar Hitampun lenyap tak berbekas bersama senjatanya. Akhirnya perhatian murid Eyang Sinto Gendeng ini kembali pada Akik Rono. Wiro merutuki ketololan dirinya sendiri karena telah melepaskan pukulan "dewa topan menggusur gunung" tadi yang menyebabkan ambruknya rumah makan Akik Rono. Sebenarnya dia bisa mempergunakan ilmu pukulan lain atau jurus tipuan untuk merebut senjata lawan lalu baru memberi hajaran. Tapi, karena dipengaruhi rasa penasaran dia telah melepaskan pukulan dahsyat yang dipelajarinya darl Tua Gila.
Sampai di hadapan Akik Rono, dari batik pakaiannya Wiro mengeluarkan sebuah kantong kain berisi uang. Diulurkannya tangannya memberikan kantong uang itu pada pemilik rumah makan seraya berkata, "’Ini untuk modal dan membangun rumah makanmu!". Habis berkata begitu pemuda ini segera berkelebat meninggalkan tempat itu. Akik Rono berdiri bengong di tempatnya. Tapi hatinya terlipur oleh sekantong uang yang kini berada dalam tangannya.
***
Next ...
Bab 13
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245


0 Response to "Kutukan Empu Bharata Bab 12"
Posting Komentar