WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 013
Kutukan Empu Bharata
TIGA BELAS
PENDEKAR 212 Wiro Sableng berdiri di puncak pedataran tinggi itu, memandang berkeliling. Menurut penyelidikannya, Tunggul Gawegawe alias Iblis Tangan Panjang yang tengah dikejarnya melarikan diri ke jurusan pedataran itu. Tapi sampai di tempat tersebut tak satu jejakpun yang ditemui Wiro. Pengejarannya menemui jalan buntu.
Ke mana akan diteruskannya pengejaran? Dan sebelum dia berhasil menemui Iblis Tangan Panjang mungkin laki-laki itu telah lebih dahulu merusak kehormatan Wening Karsih, anak gadis Kapala Kampung yang diculiknya.
Ketika dia memandang ke langit, matahari telah jauh ke barat dan warnanya kemerahan. Dalam waktu yang singkat segera akan tenggelam. Berdiri di puncak pedataran itu Wiro teringat pada Untung Pararean. Dia yakin sekali bahwa laki-laki itu menyusul Empat Pengemis Pulau Ras. Dalam hatinya, Wiropun berniat untuk mengikuti Untung Pararean. Namun langkahnya terhalang dengan persoalan Wening Karsih. Akhirnya tanpa ada pegangan ke mana dia harus menuju, Wiro Sableng meninggalkan puncak pedataran itu ke arah barat.
Di kaki pedataran tinggi dia bertemu dengan satu desa yang cukup ramai penduduknya. Setelah mengisi perutnya di sebuah kedai Wiro berusaha mencari keterangan tentang orang yang di kejarnya. Tapi tak satu orang pun yang tahu mengenai diri Iblis Tangan Panjang ataupur, gadis yang diculiknya. Malam itu juga Wiro meninggalkan desa tersebut. Di ujung sebuah daerah pesawangan yang dihiruki oleh suara jangkrik dan segala macam binatang malam dilihatnya satu nyala api. Setelah berpikir sejenak Wiro Sableng memutuskan untuk menuju ke arah nyala api itu.
Lewat sepeminum teh Wiro telah berada kirakira seratus langkah dari nyala api yang nyalanya berasal dari sebuah kuil tua yang atapnya di bagian depan tampak miring hampir ambruk. Dari jarak itu pulalah pendekar ini mendengar suara orang menyanyi.
"Siapa pula yang bernyanyi malam-malam di tempat sepi begini?" pikir Wiro dalam hati dan sambil mempercepat larinya.
Malam hari berjalan seorang diri,
Tanpa tujuan di dalam hati.
Melewati bekas kuil suci,
Tempat pertemuan tak terduga terjadi.
Begitulah bunyi kata-kata nyanyian tersebut yang diulang-ulang sampai beberapa kali. Dan setiap habis satu bait kalimat, terdengar suara kerontang kaleng. Wiro Sableng sampai di pintu kuil. Di ruangan depan yang sangat kotor menyala sebuah lampu aneh atau tepatnya sebuah obor kecil. Obor itu terbuat dari sebatang pohon kayu hitam yang ditancapkan ke lantai kuil yang terbuat dari batu. Jika bukan seseorang yang berkepandaian tinggi adalah mustahil sebatang kayu bisa ditancapkan begitu rupa. Pada ujung kayu yang menancap itu menyalakan api yang menerangi ruangan tersebut. Tepat di belakang nyala api, duduk bersila seorang laki-laki berpakaian compang-camping. Kedua matanya terpejam. Di pangkuannya terletak sebuah buntalan, sebatang tongkat dan sebuah topi daun pandan. Di tangan kanannya ada sebuah kaleng rombeng berisi batu-batu. Dari mulutnya masih juga keluar nyanyian yang setiap satu bait diseling dengan suara kerontang-kerontang kaleng berisi batubatu itu.
Wiro masuk ke dalam. Berdiri di hadapan orang itu beberapa langkah baru diketahuinya bahwa kedua mata yang terpejam itu nyatanya buta! Tiba-tiba Wiro ingat bahwa dia pernah berjumpa dengan orang ini tapi lupa entah di mana. Setelah memutar otaknya Wiro ingat juga bahwa orang tersebut adalah tukang tenung Si Segala Tahu yang pernah menolongnya beberapa waktu yang lalu.
"Segala Tahu, aku gembira bertemu dengan kau," tegur Wiro dengan girang karena pada orang ini pasti dia bisa mendapat keterangan di mana Iblis Tangan Panjang berada. Orang yang bernyanyi menghentikan nyanyinya. Dikerontang-kerontangkannya kaleng rombengnya beberapa kali lalu menengadah ke langit-langit kuil.
"Mendengar suaramu apakah kau bukannya Si Sableng yang pernah berjumpa denganku beberapa waktu yang lalu?!" Meski buta nyatanya dari suara Wiro Sableng, Si Segala Tahu masih dapat menduga siapa yang berdiri di hadapannya.
"Ah, benar sekali! Pertemuan yarrg tak terduga ini sangat menggembirakanku. Kebetulan aku berada dalam kesulitan."
"Baru bertemu sudah bicara tentang segala macam kesulitan!"
Wiro Sableng garuk-garuk kepalanya dan tersenyum pahit, lalu berkata, "Soalnya aku harus bertindak cepat, Segala Tahu."
"Kau mencari seseorang pasti!"
"Betul sekali. Namanya Tunggul Gawegawe, bergelar IbIisTangan Paryjang. Diatelah menculik …"
"Sudah, sudah! Aku sudah maklum. Kau tunggulah sebentar". Si Segala Tahu mengerontangngerontangkan kaleng rombengnya beberapa kali lalu menepekur dengan mulut terkatup rapat-rapat. Tak lama kemudian dia pun berkata: "Kau agak terlambat Sableng! Orang yang diculik sudah tak ada lagi di tangan Iblis Tangan Panjang …"
"Mohon petunjukmu lebih lanjut, Segala Tahu."
"Kau pergilah ke utara. Jika bertemu sungai yang bercabang dua kelak kau akan menjumpai Iblis Tangan Panjang di situ"
"Di manakah gadis yang diculik itu kini? Apakah dia berada dalam keadaan selamat?" tanya Wiro Sableng.
"Aku tak bisa memberi keterangan lebih lanjut. Pergi ke utara, cari anak sungai bercabang dua!" Habis berkata begitu Si Segala Tahu kembali menggerak-gerakkan tangan kanannya yang memegang kaleng. Kemudian dengan tangan kirinya ditepuknya lantai kuil. Hebatnya, tenaga tepukan itu membuat tubuh Si Segala Tahu yang masih dalam keadaan bersila itu melayang ke pintu. Wiro Sableng mengejar, tapi Si Segala Tahu sudah lenyap di kegelapan malam. Pendekar 212 Wiro Sableng hanya bisa geleng-geleng dan garuk-garuk kepala!
Sepanjang malam itu Wiro Sableng terus berlari menuju ke utara. Menjelang dini hari dia sampai ke sebuah pedataran tinggi yang di bawahnya terbentang sebuah lembah. Di bawah penerangan bintang-bintang yang redup, sepasang mata Pendekar 212 Wiro Sableng yang tajam dapat melihat sebuah sungai yang bercabang dua. Tanpa ragu-ragu pemuda ini segera berlari menuruni lembah, dan sampai tepat di bagian lembah di mana sungai bercabang dua. Udara dini hari dinginnya bukan alang kepalancl. Sunyi dan kegelapan menyelubung di mana-mana. Wiro Sableng memandang berkeliling.
"Edan!" makinya dalam hati. "Mana mungkin di keparat Iblis Tangan Panjang itu bisa kujumpai di sini!"
Baru saja dia memaki begitu rupa mendadak kesunyian malam dirobek oleh suara kerontang-kerontang kaleng! Pendekar 212 Wiro Sableng melengak dan memandang berkeliling. Astaga! Kiranya Si Segala Tahu! Entah dari mana dia muncul. Saat itu dia kelihatan berjalan seenaknya menyusuri anak sungai yang sebelah kanan sambil mengerontang-ngerontangkan kalengnya! Wiro cepat bergerak dan sebentar saja dia sudah berada di samping laki-laki itu.
"Tempat ini sunyi belaka! Di mana aku bias menemui Iblis Tangan Panjang. Mohon petunjukmu, Segala Tahu!".
Si Segala Tahu tertawa macam kuda meringkik. Sambil terus berjalan dia bernyanyi:
Lembah tempat sungai bercabang dua,
Sepanjang malam tentu sepi belaka.
Mencari Iblis tentu bukan dengan mata,
Siapa suruh tidak pasang telinga.
Wiro terkesiap mendengar tutur nyanyian itu. Memang sewaktu menyelidik tadi dia lebih mengutamakan mata dari pendengarannya. Segera Wiro Sableng membuka jalan pendengarannya lebih tajam. Terdengar suara tiupan angin dinihari yang dingin. Terdengar alunan air sungai yang mengalir. Terdengar suara binatang malam di kejauhan dan tiba-tiba … terdengar suara helaan nafas!
"Aku mendengar suara orang menarik nafas!" bisik Wiro pada Si Segala Tahu. Tapi ketika dia menoleh ke samping, astaga! Si Segala Tahu sudah tak ada lagi di sebelahnya! Lenyap seperti ditelan bumi!
Wiro memandang berkeliling, mencari arah datangnya suara helaan nafas itu. Kalau ada seseorang di situ yang sedang tidur tentu suara kerontang-kerontang kaleng Si Segala Tahu sudah membangunkannya sejak tadi, pikir Wiro. Telinganya semakin dipasang. Sesaat kemudian kembali di dengarnya suara helaan nafas, lalu sunyi. Tiba-tiba menggeledek suara bentakan dan sebuah benda meluncur ke arah tenggorokan Pendekar 212 Wiro Sableng!
"Keparat sialan!" maki Wiro kaget bukan main tapi masih sempat bergerak mengelakkan senjata rahasia yang hampir saja merampas jiwanya. Baru saja selamat, dua buah senjata rahasia lagi menyambar ke arahnya, yang dua inipun dapat dikelit. Dari jurusan datangnya senjata-senjata rahasia tersebut Pendekar 212 Wiro Sableng segera tahu di mana sipenyerang gelap berada. Tanpa tunggu lebih lama Wiro memukulkan tangan kanannya ke arah cabang pohon besar yang terletak delapan tombak di samping kanannya.
"Kraak!"
Cabang pohon yang besar itu patah dan tumbang dengan mengeluarkan suara berisik di hantam pukulan "kunyuk melempar buah". Di kejap itu pula satu bayangan hitam berkelebat ke cabang pohon yang lain. Namun Wiro lebih cepat. Sebelum sosok tubuh sempat menjejakkan kakinya di cabang pohon, Wiro telah menghantam lagi pohon itu hingga si penyerang gelap terpaksa cepat-cepat turun ke tanah.
Sementara itu di timur fajar telah menyingsing. Cuaca di dalam lembah mulai terang dan Wiro segera dapat mengenali orang di depannya yang bukan lain Si Iblis Tangan Panjang yang tengah dicari-carinya.
"Iblis! Kalau sayang pada jiwa busukmu, lekas beri tahu di mana gadis anak Kepala Kampung yang kau culik itu berada?!" bentak Pendekar 212.
Iblis Tangan Panjang melototkan matanya yang cuma satu lalu mendengus.
"Tanyalah pada setan-setan dalam lembah ini!"
Wiro menggeram. "Katau begitu biar roh busukmu yang kusuruh menanyakan!" Pendekar 212 berkelebat sambil memukulkann tangan kanannya ke depan.
Ibiis Tangan Panjang menangkis dengan satu pukulan tangan kosong yang tak kalah hebatnya hingga ketika pukulanpukulan tersebut saling bentrokan terdengarlah suara seperti letusan dan beberapa pohon yang terserempet angin pukulan kontan ambruk!
Wiro tak mau memberi angin dan harus lekas mengetahui di mana Wening Karsih berada. Karenanya dia langsung menyerang dengan jurus-jurus terhebat dari ilmu silat yang dipelajarinya dari Eyang Sinto Gendeng. Iblis Tangan Panjang menjadi sangat sibuk. Untung saja dia memiliki ilmu mengentengkan tubuh yang sudah mencapai tingkat tinggi, kalau tidak niscaya dalam tiga jurus pertama dirinya sudah kena gebuk!
Iblis Tangan Panjang segera menyadari bahwa pemuda berambut gondrong itu bukanlah tandingannya. Karenanya siangsiang dia sudah mengeluarkan senjatanya yang baru yakni sebuah tombak bermata dua dan sebentar saja sinar senjafa itu sudah menderu mengurung tubuh Wiro Sableng!
Memasuki jurus kelima di mana Iblis Tangan Panjang mengirimkan serangan total habis-habisan, Wiro berseru nyaring, "Iblis! Cukup kau mencak-mencak sampai di sini!"
Tubuh pemuda itu lenyap dari hadapan Iblis Tangan Panjang dan sebelum Iblis Tangan Panjang tahu di mana lawannya berada, satu pukulan telah menghantam punggungnya! Tak ampun lagi manusia berkulit hitam legam ini mencelat dan terguling di tanah. Tulang punggungnya yang sebelah kiri hancur dan sakit bukan main. Tombaknya terlepas mental entah ke mana. Dengan sempoyongan Iblis Tangan Panjang berdiri dan hendak melarikan diri. Namun satu jambakan pada rambutnya yang keriting macam bulu domba itu membuat dia tak bisa bergerak satu tindakpun. Kemudian satu tamparan keras melanda pipinya membuat telinganya pekak berdesing dan bibirnya pecah berdarah. Iblis Tangan Panjang menjadi kalap dan dengan membabi buta menerjang sekerasnya ke depan.
"Kraak!"
Terdengar pekik Iblis Tangan Panjang. Tulang kering kaki kanannya patah. Yang menjadi sasaran tendangannya ternyata bukan Pendekar 212 Wiro Sableng melainkan sebatang pohon yang melintang tumbang! Wiro sendiri yang menjambaknya dari belakang tertawa gelak-gelak.
"Ayo tendanglah lagi biar kedua kakimu patah!" kata Wiro dan sekali lagi ditamparnya muka Iblis Tangan Panjang hingga manusia itu menjerit kesakitan. Dia berusaha untuk dapat memukul atau menyikut Wiro Sableng tapi sedikit saja bergerak rambutnya yang dijambak laksana mau terbongkar dari kulit kepalanya.
"Cepat terangkan di gadis itu!" bentak W i ro.
"Sampai mampuspun aku tak bakal menerangkan!" jawab Iblis Tangan Panjang keras kepala.
"Kalau begitu aku akan bikin kau setengah mampus setengah hidup!"
"Kraak"!
Wiro membetot putus tangan kiri Iblis Tangan Panjang. Jeritan Iblis Tangan Panjang seperti mau merobek langit di pagi hari itu! Satu tangan yang lain dari laki-laki itu segera dicekal pula oleh Wiro, siap untuk dibetot. "Masih belum mau kasih keterangan?!"
"Puah!" Iblis Tangan Panjang meludah.
"Keparat! Makan ini!" teriak Wiro marah, tinju kanannya melanda mulut Iblis Tangan Panjang. Beberapa buah giginya tanggal, bibirnya pecah Tapi Iblis Tangan Panjang masih tetap keras kepala dan beringas. Meronta-ronta dan memukul-mukul kian kemari.
"Iblis celeng! Kalau matamu yang tinggal satu ini kukorek baru kau tahu rasa!"
Mendengar ancaman itu, Iblis Tangan Panjang kini benar-benar ketakutan. Cepat dia berteriak ketika Wiro hendak menotok mata kanannya.
"Jangan! Aku akan terangkan! Aku akan terangkan!"
"Terangkan lekas!" bentak Wiro sambil menyentakkan rambut Iblis Tangan Panjang.
"Gadis itu kujual pada Adipati Blabak …"
"Dusta!"
"Demi bapak moyang setan aku tidak dusta!" Wiro menotok tubuh Iblis Tangan Panjang.
"Untuk sementara biarlah kau kaku tegang di sini. Jika kau dusta aku akan kembali untuk mengorek matamu! Jika kau ternyata bicara betul, dua hari di muka totokan itu akan terlepas dan kau boleh pergi ke mana suka!"
"Tapi aku akan mati kelaparan selama dua hari itu!" teriak Iblis Tangan Panjang.
"Kau tokh turunan iblis. Minta saja makanan pada iblis-iblis penghuni lembah ini!" jawab Wiro Sableng. Lalu sambil tertawa bergelak di tinggalkannya tempat itu.
Karena Blabak tidak jauh dari situ maka dalam tempo singkat Wiro Sableng telah sampai di situ. Dia memasuki Kadipaten dengan melompati tembok belakang. Dari seorang pelayan yang diringkusnya dia berhasil mengetahui di kamar mana Wening Karsih di tempatkan. Menurut pelayan itu Wening Karsih di antarkan oleh Iblis Tangan Panjang ke Kadipaten Blabak lewat tengah malam tadi. Pelayan itu memberi kepastian pula bahwa tidak terjadi apa-apa atas din si gadis karena istrinya sendiri yang mengawani Wening Karsih semalaman hari. Tanpa menunggu lebih lama Wiro segera masuk ke dalam gedung Kadipaten. Sesaat kemudian pemuda itu keluar melompbt dan jendela sebuah kamar dan di bahunya memanggul sosok tubuh seorang gadis. Di halaman samping dia dipergoki oleh dua pengawal yang segera berteriak memberi tahu kawan-kawannya. Cepat sekali Wiro sudah dikurung oleh empat orang prajurit Kadipaten. Namun tentu saja keempatnya bukan tandingan pemuda itu. Dengan hanya mengandalkan kaki kanannya saja, Wiro berhasil membuat ke empat prajurit itu tergelimpang di tanah. Dan pada saat Adipati Blabak sampai di tempat itu Wiro telah lenyap bersama Wening Karsih.
***
Next ...
Bab 14
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245


0 Response to "Kutukan Empu Bharata Bab 13"
Posting Komentar