Kutukan Empu Bharata Bab 14

WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito

Episode 013
Kutukan Empu Bharata

EMPAT BELAS
SESAMPAINYA di tepi Pantai, Untung Pararean mendadak merasakan keraguan dalam hati nya. Jika betul Pengemis Cantik Ayu adalah anakku yang lenyap sekitar enam belas tahun yang lalu apakah dia kelak akan mau mengakui diriku sebagai ayah kandungnya, pikir Untung Pararean. Namun karena banyak pertanyaan yang harus diusahakannya jawabnya dan mengingat pula bahwa Pengemis Sakti Muka Bopeng adalah musuh besar yang telah membuat cacat dirinya seumur hidup berada di Pulau Ras akhirnya Untung Pararean menetapkan hatinya dan meneruskan niatnya untuk pergi ke pulau tersebut.
Dengan sebuah perahu sewaan Untung Pararean menyeberang dan sampai di pulau tujuannya sewaktu malam berganti dengan pagi. Tempat kediaman Pengemis Sakti Muka Bopeng yang keseluruhannya terbuat dari bambu kuning adalah satusatunya bangunan di Pulau Ras dan dengan mudah dapat ditemui oleh Untung Pararean. Dia merasa heran ketika mendapatkan bangunan yang besar itu kosong melompong. Tak satu orangpun ada di dalamnya.
"Pada ke mana mereka? Mustahil Empat Pengemis Pulau Ras belum sampai ke sini," demikian pikir Untung Pararean. Dia tak tahu kalau Pengemis Sakti Muka Bopeng dan keempat orang murid serta istrinya telah meninggalkan Pulau itu beberapa waktu yang lalu.
Sewaktu Pengemis Cantik Ayu dan saudara-saudara seperguruannya kembali dan menceritakan apa yang terjadi di rumah makan Atik Rono, bukan main marah dan kesalnya Pengemis Sakti Muka Bopeng.
"Kalian betul-betul memberi malu aku di kalangan persilatan! Apa yang kutugaskan tak berhasil kalian lakukan! Dan seorang pemuda jembel yang tak dikenal tak mampu kalian hadapi!! Terpaksa aku sendiri yang harus turun tangan!"
Itulah sebabnya ketika Untung Pararean tiba di Pulau Ras dia tidak menemui siapa pun. Untung Pararean masuk ke dalam rumah untuk menyelidik. Baru saja dia hendak memasuki sebuah kamar tiba-tiba di halaman luar terdengar bentakan nyaring. "Bangsat rendah dari mana yang berani mengotori rumahku?!"
Untung Pararean terkejut. Cepat dia melompati sebuah jendela dan tiba di halaman samping. Enam orang dilihatnya berlari ke pintu muka. Tapi begitu melihat Pararean di halaman samping ke enamnya segera memutar lari mereka dan sesaat kemudian sudah berdiri mengurung bekas perwira kerajaan itu.
Sepintas lalu hampir saja Pengemis Sakti Muka Bopeng mengira laki-laki itu adalah Si Cadar Hitam. Sewaktu diperhatikannya lebih teliti segera dia tahu bahwa manusia bercadar kain hitam itu bukanlah musuh lamanya. Tapi adalah aneh kalau orang tak dikenal ini mengenakan kain hitam penutup mukanya. Mungkin dia masih ada sangkut paut dengan Si Cadar Hitam? Di lain pihak Untung Pararean merasakan sekujur tubuhnya bergetar ketika dia mengenali perempuan separuh baya berkulit hitam manis dan berparas jelita di samping Pengemis Sakti Muka Bopeng bukan lain adalah Sri Kemuning, istrinya yang telah melarikan diri pada enam belas tahun yang silam! Dengan demikian satu kenyataan yang sebelumnya cuma menjadi dugaannya belaka, kini terbukti. Pengemis Cantik Ayu adalah anak kandungnya sendiri! Hati Untung Pararean berdebar ketika dia ingat ucapan Pengemis Muka Bopeng adalah ayahnya! Apakah Sri Kemuning telah menjadi istri musuh besarnya itu? Betulbetul ini membuat perih hati Untung Pararean.
Sri Kemuning sendiri merasa aneh sewaktu pandangan matanya beradu dengan pandangan sepasang mata laki-laki yang wajahnya tersembunyi dibalik kain hitam itu.
Sri Lestari atau Pengemis Cantik Ayu tak berani menerangkan bahwa laki-laki bercadar itu adalah orang yang mereka telah temui di rumah makan Akik Rono karena takut kedustaan mereka akan terbuka.
"Bangsat bercadar! Siapakah kau?! Apa punya nyawa rangkap hingga berani datang ke sini mengotori pulau dan rumahku?!.
Untung Pararean tak ingin bekas istri dan anaknya mengetahui siapa dia sebenarnya. Karena itu dia tak mau menjawab pertanyaan Pengemis Muka Bopeng dengan terus terang.
"Muka Bopeng, rupanya matamu masih belum begitu tajam hingga tak dapat mengenali siapa aku adanya! Aku tidak sudi menerangkan tentang diriku pada manusia macam kau! Antara kita ada semacam hutang piutang yang harus dilunaskan hari ini! Nyawamu atau nyawaku!".
Meskipun rasa-rasa sudah pernah mendengar suara laki-laki bercadar itu sebelumnya namun Pengemis Sakti Muka Bopeng tak dapat menerka siapa orang di depannya itu. Di samping itu ucapan Untung Pararean tadi membuat dia menjadi sangat marah.
Setelah lebih dulu mendengus marah dia berkata, "Mataku memang tidak mampu mengenali tampang yang kau sembunyikan di balik kain hitam itu! Tapi tangankulah yang bakal menyingkapkan kain itu! Lihat!"
Pada akhir kata-katanya, Pengemis Sakti Muka Bopeng berkelebat lenyap dan tahu-tahu tangan kanannya menyambar ke muka Untung Pararean! Kaget bekas Perwira Kerajaan ini bukan kepalang. Tidak disangkanya ka1au lawannya akan bergerak demikian cepat. Segera tangan kirinya dibabatkan ke atas. Akibatnya terjadilah bentrokan antara lengan yang diserang dengan penyerang! Tubuh Untung Pararean terhempas ke belakang laksana dilanda gelombang sedang tangannya sakit bukan main. Sewaktu diperhatikan kulit lengannya telah menjadi bengkak kemerahan! Di lain pihak Pengemis Sakti Muka Bopeng hanya berdiri terhuyung-huyung dan di lain kejap dengan satu lolongan macam srigala haus darah dimalam buta, kembali dia melancarkan serangan. Kali ini kedua tangannya kelihatan berkelebat cepat.
Untung Pararean menyambut dengan pukulan tangan kosong yang bernama "seribu kati memukul awan". Ilmu pukulan ini dipelajarinya dari Kiyai Supit Pramana karenanya hebatnya bukan main! Tubuh Pengemis Sakti Muka Bopeng laksana seekor burung yang terbang menentang angin topan hingga mengapung tak bisa maju! Padahal kedua tangan Pengemis Muka Bopeng hanya tinggal satu jengkal saja lagi dari muka Untung Pararean!
Sebelum tubuhnya terlempar di sapu oleh pukulan "seribu kati memukul awan" itu, Pengemis Sakti Muka Bopeng cepat mendorong kedua tangannya ke muka. Dua gelombang angin menderu memapas angin serangan Untung Pararean. Sekejap kemudian terdengarlah suara menggelegar yaitu ketika terjadi saling bentur antara angin-angin yang berkekuatan hebat itu! Pulau Ras bergetar. Debu dan pasir beterbangan sedang rumah bambu mengeluarkan suara berkeretek!
"Manusia bercadar! Kulihat kau barusan melancarkan pukulan "seribu kali memukul awan". Apakah kau muridnya Si Supit Pramana di Gunung Bromo?!"
"Diam-diam Untung Pararean terkejut menanggapi si muka bopeng.mengenali pukulan yang tadi dilepaskannya. Saat itu dia tengah mengatur tenaga dalamnya karena dua gelombang angin yang dilepaskan Pengemis Sakti Muka Bopeng tadi membuat dadanya agak sakit.
"Aku bukan murid siapa-siapa!" sahut Untung Para:ean dan dalam jurus ketiga ini dia yang pertama membuka serangan. Tubuhnya melayang setinggi setengah tombak di atas tanah. Tangan kiri dan kanan dipukulkan ke depan dan setengah jalan tubuhnya dengan sangat tiba-tiba melesat ke atas lalu dengan serentak mengirimkan dua serangan berantai yang hebat yaitu tendangan kaki dan hantaman tinju!
"Jurus – dewa terbang ke langit –!" seru Pengemis Sakti Muka Bopeng. Lalu cepat merunduk dan memukul bagian tubuh yang berbahaya di antara kedua selangkangan Untung Pararean!
Tentu saja Untung Pararean tak mau membiarkan dirinya dihantam serangan maut itu. Dia memutar pinggulnya ke samping dan di lain kejap kaki kanannya meluncur deras ke arah tinju kanan lawan!
Pengemis Sakti Muka Bopeng jadi penasaran sekali rnelihat bagaimana dalam rnenyerang dia balik kena diserang! Didahului oleh satu bentakan menggledek laki-laki ini melompat ke atas, lebih tinggi dan kedudukan tubuh Untung Pararean. Untung Pararean tak mau meneruskan serangannya karena tendangan yang melanda tempat kosong akan membuat dirinya berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Karenanya begitu tendangannya dibatalkan. Untung Pararean cepat membalik untuk menghadapi lawan yang datang dari belakang. Namun dia kurang cepat. Tubuhnya baru setengahnya berputar dan satu jotosan telah melanda punggungnya!
Bekas Perwira Kerajaan itu terpelanting ke depan. Ketika jatuh ke tanah hampir saja dia tak sanggup berdiri di atas kedua kakinya. Punggungnya sakit bukan main dan sebelum dia sempat mengatur nafas dan mengalirkan tenaga dalam kebagian yang terpukul, dadanya telah sesak. Sesaat kemudian Untung Pararean muntah darah tertatih-tatih! Pengemis Sakti Muka Bopeng tertawa gelak-gelak sambil melangkah mendekati Untung Pararean.
"Sebelum kukirim kau menghadap raja akhirat mari kulihat dulu macam mana kau punya tampang!"
Pengemis Sakti Muka Bopeng mengulurkan tangannya yang sebelah kanan untuk menarik kain hitam penutup wajah Untung Pararean. Bekas Perwira Kerajaari itu tak mempunyai daya untuk menghindar karena saat itu kembali dia memuntahkan darah kental berbuku-buku!
Sekejap lagi jari-jari tangan Pengemis Sakti Muka Bopeng akan menarik kain penutup wajah Untung Pararean, mendadak sebuah benda sebesar kepala melesat ke arah Pengemis Sakti Muka Bbpeng. Mau tak mau laki-laki ini terpaksa menarik pulang tangannya. Benda yang dilemparkan temyata sebutir buah kelapa. Dan di kejap itu pula seorang laki-laki, yang teramat tua, berselempang kain putih telah berdiri di hadapan Pengemis Sakti Muka Bopeng!
"Kau!" seru Pengemis Sakti Muka Bopeng kaget. Tapi dia tidak gentar.
***

Next ...
Bab 15

Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245

0 Response to "Kutukan Empu Bharata Bab 14"

Posting Komentar