WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 013
Kutukan Empu Bharata
TIGA
UNTUNG PARAREAN meletakkan gelas tuaknya ke atas meja perlahan-lahan. Kepalanya dipalingkan ke belakang. Dari tempat dia duduk dilihatnya seorang laki-laki bertubuh tinggi besar bercambang bawuk. Orang ini mengenakan pakaian hitam. Tampangnya buas. Sepasang matanya yang besar dan merah menambah keseraman parasnya. Di pinggangnya kiri kanan tergantung masing-masing sebilah golok yang luar biasa besarnya! Di belakang manusia tinggi besar ini berdiri lima orang lainnya, yang juga berseragam pakaian hitam dengan tampang-tampang yang tak kalah seramnya dengan si tinggi besar yang tadi membentak itu. Kusir kereta dan pengawal paras keduanya menjadi pucat seperti kertas sewaktu menyaksikan siapa adanya orang-orang diambang pintu rumah makan. Pemilik rumah makan sendiri menggigil sekujur tubuhnya.
"Celaka … celaka! Pasti tempatku ini akan diobrak-abrik berantakan!" demikian pemilik rumah makan mengeluh dalam hati.
"Bangsat apa tidak dengar aku memerintah?!" si tinggi besar di ambang pintu membentak kembali. Marah sekali dia karena sampai saat itu Untung Pararean masih duduk di bangkunya.
"Siapa mereka . . .?" tanya Untung Pararean berbisik pada kusir kereta.
"Yang tinggi itu . . ." jawab kusir kereta juga berbisik dan gemetar, "adalah Sepasang Golok Maut, pemimpin rampok hutan Dadakan!"
Mendengar keterangan itu kini tahulah Untung Pararean bahwa pemimpin rampok itu sengaja datang mencarinya untuk menuntut balas kematian anak-anak buahnya! Segera tangan kanannya disiapkan di pinggang di mana Mustiko Jagat tersisip dibalik pakaian. Kemudian dengan perlahan dan tenang Untung Pararean berdiri, memutar tubuh lalu melangkah ke tengah ruangan. Sepuluh langkah dari ambang pintu pemuda ini berhenti.
"Apakah benar aku berhadapan dengan Sepasang Golok Maut, kepala rampok hutan Dadakan yang ditakuti orang?" tanya Untung Pararean.
"Puah! Nyalimu terlalu besar berani bicara keren terhadapku! Sepasang Gulok Maut mengangkat tangan kanannya memberi tanda pada kelima orang anak buahnya, lalu memerintah. "Cincang sampai lumat budak keparat itu! Juga dua monyet yang dimeja sana!"
"Sreet … sreet … sreet … sreet … Sreet"!
Lima buah golok dicabut dari sarangnya dalam waktu yang bersamaan. Sesaat kemudian kelima anak buah Sepasang Golok Maut sudah mengurung Untung Pararean. Kusir kereta dan prajurit pengawal telah pula mencabut senjata masing-masing tapi sampai saat itu masih tetap berada dekat meja tak berani maju ke kalangan pertempuran!
Rumah makan itu seperti hendak runtuh oleh bentakan keras kelima anggota rampok! Tubuh mereka berlesatan kemuka dan lima serangan maut menderu mencari sasaran di kepala, leher, dada, perut dan pinggang Untung Pararean!
Pada saat lima perampok hutan Dadakan membentak Untung Pararean telah mencabut keris Mustiko Jagat. Begitu tangannya memegang hulu keris Mustiko Jagat, satu hawa dan kekuatan aneh menyelubungi dirinya. Tubuhnya menjadi sangat enteng. Dan sebelum lima buah golok datang menghajarnya, pemuda itu telah melompat ke atas!
Percaya bahwa kelima anak buahya yang berilmu tinggi akan berhasil membereskan Untung Pararean maka Sepasang Golok Maut kelihatan meninggalkan ambang pintu dan masuk ke ruangan dalam rumah makan. Ini membuat Untung Pararean merasa heran. Kemudian dia ingat sesuatu. Maka sambil melompat menyelamatkan diri tadi, pemuda ini cepat berteriak pada kusir kereta dan prajurit pengawal.
"Lekas ke kamar majikanmu! Bangsat itu pasti hendak melakukan sesuatu terhadapnya!"
Kusir kereta dan pengawal saling pandarig! Mereka tahu bahwa mereka sama-sama tidak punya nyali untuk menghadapi kepala rampok yang berilmu tinggi itu. Untuk beberapa lamanya keduanya masih tak beranjak dari dekat meja.
"Lekas!" Teriak Untung Pararean. "Nanti aku akan bantu kalian!"
Mendengar ini, meskipun dengan agak takuttakut, kedua orang itu baru masuk ke ruang dalam dimana terletak ruangan penginapan. Bangunan penginapan bertingkat dua. Dan kamar yang di tempati oleh Den Ayu Sri Kemuning terletak di tingkat atas. Dengan menjambak rambut seorang pelayan, Sepasang Golok Maut berhasil mengetahui yang mana kamar gadis itu. Dari anak-anak buahnya dia telah mendapat keterangan tentang Untung Pararean dan juga tentang gadis cantik dalam kereta. Kepala rampok itu sampai di muka pintu kamar.
Dicobanya mendorong daun pintu, ternyata dikunci dari dalam. Kaki kanannya bergerak. Sekali tendang saja pintu kamar itu terpentang lebar hancur berantakan!
Di dalam kamar saat itu Den Ayu Sri Kemuning tengah membersihkan badannya. Tubuhnya yang padat bagus sama sekali tak tertutup sehelai pakaianpun! Gadis ini memekik sewaktu mendengar suara hancurnya pintu kamar dan seorang laki-laki berpakaian hitam tinggi besar berewokan yang langsung menyergap tubuhnya yang telanjang!
Sri Kemuning menjerit dan meronta-ronta melepaskan diri. Tapi rangkulan tangan kiri kepala rampok itu ketat sekali. Dirangsang oleh keadaan tubuh si gadis yang tidak berpakaian sama sekali, Sepasang Golok Maut menyeret gadis itu ke tempat tidur! Pada saat laki-laki ini dengan buasnya hendak menindih tubuh dara itu tiba-tiba sudut matanya melihat dua orang memasuki kamar dan di lain kejap sebilah pedang serta sebilah keris sudah menyerangnya dengan sebat di bagian punggung dan kepala!
"Setan alas!" sentak Sepasang Golok Maut seraya menjatuhkan dirinya ke lantai. Sambil berguling tangan kanannya bergerak kepinggang lalu "wutt"! Terdengar pekik kusir kereta. Kerisnya telepas dari tangan. Tubuhnya terhempas ke lantai karena kedua pergelangan kakinya putus dibabat golok besar si kepala rampok dari hutan Dadakan!
Jeritan kusir kereta itu tadi disertai pula oleh jeritan ngeri Sri Kemuning. Selagi ada kesempatan gadis ini cepat-cepat menarik seperai tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan seperai itu lalu menjauhkan diri dari pertempuran yang kemudian berlangsung antara Sepasang Golok Merah dengan pengawal.
Sudah jelas pengawal itu bukan tandingannya Sepasang Golok Maut. Apalagi si pengawal bertempur dengan ragu-ragu dan nyali lumer. Maka dalam tempo yang sangat cepat pengawal itupun tergelimpang tanpa nyawa. Perutnya robek, usus menjela-jela disambar golok si kepala rampok hutan Dadakan! Untuk kesakian kalinya terdengar jeritan ngeri Sri Kemuning. Gadis ini coba lari ke pintu namun Sepasang Golok Maut berhasil menangkap lengannya!
Kita kembali pada pertempuran yang terjadi di rumah makan antara Untung Pararean dengan lima pengeroyoknya. Setelah berteriak pada kusir kereta dan pengawal tadi yaitu agar cepat-cepat pergi ke kamar majikan mereka maka Untung Pararean dengan mengandalkan ilmu mengentengkan tubuh yang di dapatnya berkat hawa sakti keris Mustiko Jagat laksana seekor alatalat menukik ke bawah. Sinar biru menderu dalam bentuk lingkaran. Dikejap itu terdengar berturut-turut tiga kali suara beradunya seniata. Tiga batang golok mental patah ke udara. Dua anggota rampok menjerit kena di babat Mustiko Jagat, kelojotan sebentar lalu meregang nyawa. Rampok ketiga mencelat satu tombak ke dinding rumah makan, melosoh ke lantai tanpa nyawa karena dadanya remuk dihantam tendangan kaki kanan Untung Pararean!
Dua orang rampok yang masih hidup terkejut sekali. Untuk sejenak mereka berdiri sangsi apakah akan meneruskan perkelahian atau ambil langkah seribu! Waktu yang sesaat itu sudah cukup bagi Untung Pararean guna bertindak! Sekali dia berkelebat, keris Mustiko Jagat kembali meminta korban nyawa rampok yang disebelah kanannya! Rampok yang terakhir tanpa tunggu lebih lama segera melompat ke pintu melarikan diri ! Tapi dia kurang cepat.
Dengan satu lompatan saja Untung Pararean berhasil mendahuluinya, menghadang di depan pintu! Setengah mampus ketakutan, rampok itu lantas saja jatuhkan diri berlutut minta ampun! Untung Pararean tidak mau perdulikan permintaan ampun itu. Kaki kirinya bergerak dan terhempaslah rampok itu dengan perut pecah. Dia menggerang sebentar. Dan sebelum nyawanya lepas Untung Pararean sudah berlalu dari situ. Di tingkat atas di sebelah belakang yaitu di penginapan didengarnya jeritan Den Ayu Sri Kemuning berulang kali!
Untung Pararean sampai di tingkat atas ketika Sepasang Golok Maut baru saja keluar dari sebuah kamar, memanggul tubuh Sri Kemuning yang hanya tertutup sehelai kain acak-acakan hingga sebagian besar dari auratnya yang terlarang jelas kelihatan! Gadis ini tiada hentinya berteriak dan meronta melepaskan diri!
"Bedebah! Lekas lepaskan gadis itu kalau masih sayang kau punya nyawa!" bentak Untung Pararean.
Sepasang Golok Maut menghentikan langkahnya. Hatinya tercekat juga melihat keris Mustiko Jagat ditangan Untung Pararean yang memancarkan sinar biru menggidikkan. Apalagi di ujung senjata itu dilihatnya noda-noda darah yang masih segar!
"Lekas lepaskan dia!" teriak Untung Pararean seraya melangkah mendekati kepala rampok hutan Dadakan itu!
Sepasang Golok Maut tiba-tiba keluarkan suara tertawa bekakakan! Seraya mendorong tangan kanannya dia balasmembentak. "Budak anjing! Minggirlah!"
Untung Pararean terkejut sewaktu merasakan bagaimana satu hembusan angin keras yang keluar dari telapak tangan kiri kepala rampok itu mendorongnya kebelakang hingga hampir saja dia rnencelat mental dan terguling di tangga! Cepat-cepat pemuda ini melompat kesamping lalu melintangkan keris Mustiko Jagat di depan dada! Senjata ini beriar-benar hebat. Karena begitu sambaran angin keras memben tur sinar keris tersebut, buyarlah angin keras itu! Secepat kilt Untung Pararean kemudian menyerbu kemuka! Sinar biru menabur menggidikkan!
Melihat datangnya bahaya maut mengancam di depan mata, kepala rampok hutan Dadakan itu tak mau berlaku ayal. Denyan satu gerakan yang lihay dia mengelak kesamping lallo dengan tubuh Den Ayu Sri Kemuning yang masih meronta-ronta diatas bahunya dia mencabut golok din memapak ke arah Untung Pararean!
Terkejut juga si pemuda menerima serangan baiasan yang tiada terduga cepatnya itu. Buru-buru dia menangkis!
"Trang!"
Bunga api memercik sewaktu keris Mustiko Jagat saling bantrok dengan golok besar di tangan kanan Sepasang Golok Maut! Untung Parrean kaget ketika merasakan bagaimana bentrokan itu membuat tangannya menjadi pedas dan tergetar. Tapi sedetik kemudian hawa aneh yang mengalir dari keris membuat rasa pedas dan getaran di tangan kanannya menjadi sirna!
Dilain pihak Sepasang Golok Maut terkejut bukan main! Bukan saja tangan kanannya tergetar hebat dalam bentrokan senjata itu, tapi sewaktu diperhatikannya ternyata goloknya telah rompal!
"Bangsat hina dina!" maki Sepasang Golak Maut seraya melemparkan tubuh Sri Kemuning ke lantai lalu mencabut lagi golok besarnya yang tergantung di pinggang kiri. "Akan kukuntung-kuntung tubuhmu hingga menjadi seratus kuntungan!"
Untung Pararean yang yakin akan keampuhan keris Mustiko Jagat ganda tertawa mendengar ucapan garang kepala rampok itu. Malah dia menjawab: "Ayo manusia iblis! Majulah biar kau segera pula kukirim ke liang kubur menyusul lima orang kunyuk-kunyukmu yang sudah mampus dibawah sana!"
Terkesiap Sepasang Golok Maut mendengar ucapan pemuda itu! Lima orang anak buahnya yang paling diandalkan telah menemui ajal di tangan pemuda itu?! Benar-benar keparat, makinya! Dia lipat gandakan tenaga dalamnya hingga serangan yang dilancarkannjra hebat bukan main!
Perkelahian antara kedua orang itu terjadi di langkan atas yang tak berapa lebar. Masing-masing memperhitungkan benarbenar langkah yang mereka buat. Karena sekali bertindak salah di ruangan yang sempit itu pasti celaka! Sementara itu di halaman samping rumah makan orang banyak berkumpul menyaksikan jalannya pertempuran dilangkan tingkat atas rumah penginapan itu! Semua orang memuji kehebatan pemuda itu apalagi setelah dia dengan seorang diri sanggup membunuh lima anggota rampok tadi. Dan semua orang berharap agar si pemuda itu juga berhasil membunuh Sepasang Golok Maut yang selama ini bersama anak buahnya mendatangkan bencana dan malapetaka. Tapi di dalam berharap begitu semua orang juga merasa cemas. Karena bila pemuda itu kalah, pastilah Sepasang Golok Maut akan mengamuk dan menurunkan tangan ganas terhadap seluruh penduduk yang tidak berdosa!
Setelah pertempuran berjalan sepuluh jurus, Sepasang Golok Maut mulai menyadari bahwa walau bagaimanapun pemuda itu bukanlah lawannya. Setiap serangan goloknya yang dilancarkan dengan tipu-tipu lihay, bahkan telah pula dikeluarkannya jurus-jurus yang terhebat dari permainan goloknya itu, tetap saja tak dapat menghadapi keris lawan, bahkan mengimbanginyapun tidak sanggup! Dari pada mendapat celaka, lebih baik siang-siang mengundurkan diri!
Sengaja kepala rampok itu melancarkan satu serangan berantai yang cepat. Ketika dilihatnya ada satu peluang yang baik, segera dia melompat keatas genteng rumah makan!
"Bedebah! Kau mau lari kemana?!" teriak Untung Pararean keren!
"Makan senjata rahasiaku ini!" jawab Sepasang Golok Maut. Dalam kejap itu pula lima puluh jarum-jarum biru menderu ke arah Untung Pararean. Dengan sigap pemuda ini memapaskan keris Mustiko Jagat ke depan maka tersapulah seluruh jarumjarum itu! Tapi dalam kejap itu Sepasang Golok Maut telah berada di halaman bawah. Untung Pararean cepat mengejar. Namun sebelum dia sampai di bawah kepala rampok hutan Dadakan itu telah lenyap!
Orang banyak termasuk pemilik rumah penginapan menjura pada Untung Pararean. Beberapa di antara mereka ada yang memuji-muji kehebatanya. Sebaliknya Untung Pararean cepat-cepat kembali ke tingkat atas. Didapatinya Sri Kemuning duduk bersimpuh dilangkan tingkat atas, menangis tersedu-sedu.
"Sudahlah Den Ayu," kata Untung Pararean. "Sebaiknya masuk ke kamar dan berpakaian."
Kata-kata pemuda itu membuat sang dara tambah keras tangisnya hingga Untung Pararean menjadi bingung.
"Masuklah ke kamar," kata pernuda itu manakala tangis Sri Kemuning telah agak mereda.
"Mayat-mayat itu … aku negeri melihatnya," kata Sri Kemuning di antara sesenggukannya.
Untung Pararean masuk kedalam kamar. Ditemuinya mayat kusir kereta dan prajurit pengawal. Memang mengerikan. Kusir kereta menggeletak dengan kedua kaki buntung sedang prajurit pengawal terhampar dengan perut robek, usus membasai. Pemuda itu berteriak memanggil pelayan rumah penginapan. Beberapa pelayan kemudian membawa mayat kedua orang itu yang selanjutnya segera dikubur secara sederhana di pinggir kampung. Mayat lima orang perampok dilemparkan ke dalam sebuah kali. Sementara Sri Kemuning berpakaian, Untung Pararean kembali ke rumah makan. Orang memandang padanya penuh kagum. Pemilik kedai kemudian mendatanginya. Setelah menjura hormat, pemilik kedai itu•seorang tua•duduk dihadapan Untung Pararean.
"Tak sedikit jasamu kepada penduduk karena telah menumpas rampok-rampok itu, pendekar. Sesungguhnya siapakah nama pendekar dan datang dari mana?"
"Aku barusan saja turun dari gunung Slamet, bapak." jawab Untung Pararean.
"Kalau begitu pastilah pendekar murid orang tua sakti yang bernama Empu Bharata."
Untung Pararean mengangguk pelahan. Disebutnya nama Empu Bharata membuat hatinya tidak enak karena mengingatkan dia atas pembunuhan yang dilakukannya terhadap orang tua itu!
"Pendekar, dengan lolosnya kepala rampok keparat itu, bapak rasa suatu ketika pasti dia akan datang kemari dan mengganas, menurunkan tangan jahat, membunuh penduduk sini dengan sewenang-wenang. Bapak mewakili penduduk dan berharap agar pendekar sudi menetap disini untuk sementara sampai penduduk benar-benar yakin bahwa rampok-rampok itu tak berani lagi datang kesini."
"Aku yakin, bapak. Apa yang telah terjadi pasti telah membuat rampok-rampok itu menjadi takut kembali ke sini." ujar Untung pula.
"Mudah-mudahan saja memang demikian," kata pemilik penginapan. Sementara itu seorang pelayan datang menemui Untung Pararean, mengatakan bahwa Sri Kemuning memanggilnya.
***
Next ...
Bab 4
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245


0 Response to "Kutukan Empu Bharata Bab 3"
Posting Komentar