WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 012
Pembalasan Nyoman Dwipa
EMPAT BELAS
KAGETNYA Ki Sawer Balangnipa laksana melihat dan mendengar petir menyambar di puncak hidungnya! Kalau saja dia tidak cepat menjatuhkan diri dan bergulingan di lantai kuil pastilah kepalanya tak bisa diselamatkan dari hantaman angin dahsyat tadi! Begitu berdiri begitu dia membentak!
"Bangsat rendah yang menyerang secara gelap, coba unjukkan tampangmu!". Tiba-tiba Ki Sawer Balangnipa melengak karena baru saja dia habis membentak di belakangnya terdengar suara tertawa mengekeh.
"Silahkan putar tubuh dan kau akan melihat tampangku manusia muka ular!"
Ki Sawer Balangnipa membalikkan tubuhnya dengan cepat! Heran, hebat sekali gerakan manusia itu hingga dia tak sempat melihat bayangannyapun dan tahu-tahu sudah berada di belakangnya! Ketika berhadap-hadapan dengan manusia itu mendadak menciutlah nyali Ki Sawer Balangnipa. Betapakan tidak. Orang yang kini berdiri di depannya bukan lain pemuda yang tempo hari telah membunuh puluhan ekor ularnya di tepi danau! Tapi rasa ngerinya itu tidak diperlihatkannya. Malah dia menyembunyikan dengan membentak garang!
"Kau rupanya bangsat haram jadah! Di cari-cari tak ketemu kini datang sendiri mengantar nyawa!"
Orang dihadapannya mengeluarkan suara bersiul. "Apakah tangan kananmu yang buntung sudah disambung hingga kau bernyali besar sekali?!"
Ki Sawer Balangnipa marah sekali. "Keparat! Apa yang kau lakukan tempo hari kini kau bakal terima balasannya bangsat Wiro Sableng!"
Habis berkata begitu Ki Sawer Balangnipa menggerakkan tangan kirinya dan sesaat kemudian sebuah senjata yang dibuat dari ular kering menderu ganas ke depan.
Pendekar 212 Wiro Sableng yang tahu kelihayan lawan meskipun saat itu tangannya cuma tinggal satu, dengan tidak ayal segera bergerak menyelamatkan kepalanya. Dilain pihak Ki Sawer Balangnipa yang sudah pernah berhadapan dengan si pemuda dan suclah tahu betapa tingginya ilmu silat serta kesaktian Wiro Sableng, segera mengeluarkan jurus-jurus terhebat dari ilmu silatnya. Ular kering di tangan kirinya laksana hidup menjadi puluhan banyaknya dan menyerbu ke seluruh bagian tubuh Pendekar 212 Wiro Sableng! Yang lebih hebatnya lagi karena dari mulut ular itu setiap saat menyambar racun hijau yang amat berbahaya. Meskipun kebal segala macam racun namun Wiro menutup penciumannya.
Pertempuran berjalan demikian serunya hingga Luh Bayan Sarti yang menyaksikan sampai-sampai lupa diri di mana dia berada dan apa sesungguhnya yang telah terjadi sebelumnya atas dirinya. Juga lupa nasib apa yang bakal menimpa dirinya jika pemuda berambut gondrong berpakaian putih itu tidak muncul di saat yang sangat kritis itu!
Untuk menghadapi serangan-serangan ganas yang bertubi-tubi serta jurus-jurus aneh yang dilancarkan lawan, Wiro Sableng sengaja keluarkan jurus-jurus pertahanan ilmu silat "orang gila" yang dipelajarinya dari Tua Gila. Jurus-jurus pertahanan tersebut diselingnya dengan jurus-jurus serangan warisan gurunya Eyang Sinto Gendeng. Hingga walau bagaimanapun hebatnya Ki Sawer Balangnipa, untuk merobohkan pemuda itu sampai seribu juruspun dia belum tentu bisa melakukannya. Di lain pihak Wiro Sableng sendiri maklum pula yang dia tidak pula akan bisa mempecundangi lawannya dengan mudah! Karena itu kedua tangannya kiri kanan mulai melancarkan pukulan-pukulan sakti yang mengandung tenaga dalam teramat tinggi! Ki Sawer Balangnipa mulai kewalahan! Jika saja gerakannya tidak gesit sudah tiga kali kepalanya hampir dilanda pukulan lawan!
Jurus kedua puluh ke atas Ki Sawer Balangnipa sudah terdesak hebat. Ketika lengan kirinya kena terpukul dan ular kering yang menjadi senjatanya mental jauh, nyali manusia ini benar-benar meleleh! Didahului dengan bentakan dahsyat laki-laki ini harttamkan tangan kirinya ke depan. Satu gelombang angin yang amat keras menderu menyambar ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng. Itulah pukulan sejagat bayu! Sewaktu Wiro Sableng berdiri limbung diterpa angin pukulan, kesempatan itu dipergunakan oleh Ki Sawer Balangnipa untuk melesat ke ruangan luar dan sebelum Wiro sempat mengejar, laki-laki itu sudah lenyap di kegelapan malam!
Pendekar 212 Wiro Sableng merutuk habis-habisan. Baginya manusia semacam Ki Sawer Balangnipa tukang rusak kehormatan perempuan itu tak ada pengampunan, apalagi mengingat pertempuran tempo hari di tepi danau. Tapi saat itu dia tak bisa berbuat suatu apa karena lagi-lagi Ki Sawer Balangnipa berhasil pula melarikan diri.
Wiro Sableng masuk ke dalam kuil tua kembali dan melangkah ke tempat di mana Luh Bayan Sarti terbujur dengan dada tiada tertutup dan celana panjangnya merorot turun. Meskipun keadaan dalam kuil itu gelap namun sepasang mata Pendekar 212 masih sanggup menikmati kebagusan buah dada dan keputihan perut Luh Bayan Sarti. Dengan mempergunakan jari-jari tangan kirinya Wiro kemudian melepaskan totokan di tubuh sang dara.
Begitu tubuhnya terlepas dari totokan, secepat Kilat Luh Bayan Sarti melompat, merapikan baju dan celana hitamnya.
"Pemuda tak dikenal, terima kasih atas pertolonganmu. Harap kau sudi memberi tahukan nama …" kata Luh Bayan Sarti bila pakaiannya sudah rapi.
"Aku Wiro Sableng. Kau siapa?"
"Luh Bayan Sarti," jawab si gadis memberi tahukan namanya. "Sekali lagi terima kasih". Lalu gadis itu melompat ke pintu kuil.
"Hai tunggu dulu!" seru Wiro Sableng mengejar. Sekali lompat saja dia sudah berada di hadapan gadis itu.
"Ada apa?!" tanya Luh Bayan Sarti. "Mohon dimaafkan kalau aku tak bisa bicara lama-lama dengan kau. Itu bukan aku tidak tahu diri dan tak menghargai pertolonganmu, tapi karena aku harus cepat-cepat kembali ke kota."
Wiro Sableng garuk-garuk kepalanya yang berambut gondrong.
"Waktu aku sampai ke sini tadi kudengar kau menyebut-nyebut nama Nyoman Dwipa. Apa sangkut pautmu dengan pemuda itu?"
Luh Bayan Sarti tak segera menjawab. Di tengah perjalanan ke Denpasar, Nyoman Dwipa menuturkan kepadanya tentang dendam kesumatnya terhadap seorang pemuda yang telah membunuh kekasihnya. Nyoman tidak menerangkan siapa nama pemuda itu. Tak bukan mustahil pemuda yang berdiri di hadapannya saat ini adalah musuh besar Nyoman Dwipa. Kalau tidak mengapa dia bertanya apa sangkut pautnya dengan Nyoman Dwipa?
"Katakan dulu apa hubunganmu dengan Nyoman Dwipa," ujar Luh Bayan Sarti.
Wiro kerenyitkan kening dan kembali menggaruk kepalanya. Dia tadi bertanya, tapi malah dijawab dengan balik bertanya.
"Dia sahabatku," jawab Wiro.
"Betul?! "
Wiro tertawa dan berkata, "Ada alasan yang membuat kau tak percaya ucapanku?!"
"Walau bagaimanapun baru kali ini aku kenal kau, meski kau adalah tuan penolongku!"
"Ah, jangan sebut-sebut soal pertolongan itu. Yang penting terangkan di mana Nyoman Dwipa berada saat ini. Aku ingin bertemu dengan dia."
"Kenapa ingin bertemu?"
"Eh, kau sangat curiga terhadapku! Dua sahabat ingin berternu apakah ada larangan? Kalau aku seorang gadis cukup pantas kau tidak menyukai pertemuanku dengan pemuda itu. Tapi toh aku ini laki-laki, sama seperti Nyoman?!"
"Kau tahu, sahabatku itu datang ke Denpasar untuk mencari musuh besarnya. Seorang pemuda yang telah membunuh kekasihnya . . . "
"Dan kau menduga aku orangnya yang menjadi musuh besar Nyoman Dwipa itu?!" Wiro Sableng lantas tertawa gelakgelak. Lalu diceritakannya pada Luh Bayan Sarti bagaimana pertama kali dia bertemu dengan Nyoman dan sama-sama bertempur melawan Ki Sawer Balangnipa. "Justru aku dalam perjalanan ke Denpasar mencari dia untuk menanyakan bagaimana penyelesaian persoalannya itu."
"Kalau begitu kita sama-sama saja ke Denpasar," kata Luh Bayan Sarti. Wiro menyetujui. Kedua orang itu kemudian berangkat ke Denpasar.
***
Mereka sampai di Denpasar menjelang tengah malam. Penginapan sunyi senyap, hanya dibeberapa bagian saja kelihatan lampu masih menyala. Seorang pelayan membukakan pintu depan sewaktu diketuk oleh Luh Bayan Sarti. Setengah mengantuk, pelayan itu berkata. "Semua kamar terisi. Harap cari saja penginapan lain."
"Aku memang menginap di sini sebelumnya," jawab Luh Bayan Sarti. Diterangkannya bahwa dia dari luar kota menemui seorang kawan.
"Dan saudara ini …?" tanya pelayan seraya menunjuk pada Wiro Sableng.
"Dia bisa tidur sekamar dengan kawanku yang juga sama-sama menginap di sini." sahut Luh Bayan Sarti.
Pelayan penginapan kemudian membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan kedua orang itu masuk. Nyoman Dwipa saat itu belum tidur. Dia duduk di tepi pembaringan dalam kamarnya penuh gelisah memikirkan Luh Bayan Sarti yang lenyap tak tahu ke mana perginya. Dalam kegelisahan itu pemuda ini mendengar suara langkah-langkah kaki mendekati kamarnya. Dia menyangka itu adalah langkah tamu yang menginap dipenginapan itu dan hendak pergi ke belakang. Tapi dia jadi terkejut sewaktu pintu kamarnya diketuk orang dari luar. Begitu pintu dibuka kejut Nyoman Dwipa lebih lagi karena yang berdiri diambang pintu adalah Luh Bayan Sarti sendiri dan dibelakang gadis itu dilihatnya berdiri Wiro Sableng! Rasa terkejut Nyoman Dwipa sesaat kemudian berubah menjadi kegembiraan. Karena kurang baik bicara bertiga-tigaan di dalam kamar maka Nyoman mengajak kedua orang itu ke tempat penerimaan tamu dan di sini dia minta agar Luh Bayan Sarti menceritakan apa sesungguhnya yang telah terjadi.
Bukan main geram dan marahnya Nyoman Dwipa sewaktu mendengar bahwa Ki Sawer Balangnipalah yang telah membuat gara-gara, menculik Luh Bayan Sarti dan hampir berhasil merusak kehormatan gadis itu jika sekiranya Wiro Sableng tidak kebetulan lewat di depan kuil tua dalam perjalanannya ke Denpasar.
"Bangsat bermuka ular itu tidak sukar untuk mencarinya," kata Wiro. "Tapi bagaimanakah persoalanmu dengan orang yang bernama Tjokorda Gde Djantra itu … ?"
"Sebenarnya aku bermaksud mengadakan penyelidikan malam ini jika saja tidak terjadi peristiwa yang menimpa Luh Bayan Sarti. Besok pagi akan segera kucari keterangan di mana tempat kediamannya! Bagaimanapun nyawa busuk manusia yang satu itu tak bakal lepas dari kematian!"
Karena hari sudah jauh malam ketiga orang itu meninggalkan ruang tamu. Luh Bayan Sarti kembali ke kamarnya sedang Wiro menumpang tidur di kamarnya Nyoman Dwipa.
***
Next ...
Bab 15
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Pembalasan Nyoman Dwipa Bab 14"
Posting Komentar