WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 011
Raja Rencong Dari Utara
SEPULUHMARAH KEEMPAT ORANG ITU BUKAN alang kepalang.
"Pemuda lancang!" maki Sebrang Lor. "Ada urusan apa kau berani mencampuri persoalan orang lain?!"
Sipemuda garuk garuk kepalanya yang basah kuyup dan menjawab sambil senyum2 seenaknya :"Empat orang laki laki bersenjata mengeroyok seorang perempuan bertangan kosong, apakah itu bukan satu hal yang memalukan?!"
"Apakah itu menjadi hakmu untuk ikut campur?!"
"Lantas hak apakah yang membuat kalian melakukan pengeroyokkan?!" balas bertanya sipemuda.
Saking marahnya Sebrang Lor hendak buka suara mengatakan sesuatu tapi Panglima Sampono memberi isyarat. Panglima Sampono kemudian berkata dengan nada tenang :"Orang muda, barangkali kau ada hubungan apa apa dengan gadis ini?!".
Sipemuda menggeleng. "Aku menolongnya karena tidak suka melihat tindakan kalian yang terlalu pengecut! Yang sama sekali tidak memegang aturan dunia persilatan!"
Panglima Sampono tersenyum.
"Kuhargai hati satriamu, kuhormati nyali jantanmu.
Tapi apakah kau tahu siapa gerangan adanya gadis ini?!" ujar Panglima Sampono.
Sipemuda rambut gondrong angkat bahu. Panglima Sampono hendak berkata tapi dari samping datang sambaran sinar merah kekuningan yang sekaligus juga menyerang pada ketiga kawan kawannya. Dilain kejap terdengar suara dara baju ungu.
"Begundal begundal keparat! Aku dan ayahku pasti akan datang mencari kalian! Kalau bertemu jangan harap kalian bakal hidup lebih lama!". Sigadis kemudian melompat keatas kuda coklat.
"Betina sialan! Kau kira bisa lari dari sini?!"
teriak Sebrang Lor marah sekali. Dia melompat dan kiblatkan pedang berkeluknya. Pandansuri untuk kesekian kalinya melepaskan pukulan kuku api membuat tokoh silat dari tanah Malaka itu terpaksa menghindar kesamping. Dan sebelum yang lain lainnya bisa turun tangan, Pandansuri telah melesat pergi bersama kudanya!
Dengan sendirinya kemarahan total kini tertuju pada pemuda tadi! Panglima Sampono yang sebelumnya masih berlaku lunak kini membentak garang :"Pemuda sedeng! Kalau tidak karena kau gadis itu pasti tak akan lolos!". Sang panglima menutup kata2nya dengan melemparkan rencong perak milik Pandansuri dengan tangan kirinya. Lemparan itu bukan lemparan sembarangan! Senjata itu sampai mengeluarkan suara mendesing saking kencang dan kerasnya daya lemparan!
Dua jengkal dari ujung rencong akan mendarat dikeningnya, Tiba tiba sipemuda menggerakkan tangan kanan dan tahu tahu rencong perak itu sudah dijepit di antara jari tengah dan jari telunjuknya! Kejut Panglima Sampono dan kawan kawan bukan alang kepalang!
Kepandaian menjepit senjata yang dilemparkannya selihay itu bukan kepandaian sembarangan!
"Orang muda berilmu tinggi!" kata Panglima Sampono pula. "Pameran yang kau lakukan tadi cukup menarik! Biarlah aku main main sebentar dengan kau!". Sipemuda tertawa tawar.
"Apakah kau akan maju berempat dengan kawan kawanmu itu?!".
Merahlah paras Panglima Sampono. Meski maklum betapa lihaynya pemuda itu, lebih lihay dari Pandansuri tapi untuk tidak kehilangan muka dia menjawab : "Untuk meringkus tikus sombong macammu ini mengapa musti minta bantuan kawan kawan ku?!" Ucapannya itu ditutup dengan satu tusukan kilat tombak bercagak dua kearah tenggorokan sipemuda!
Dengan gesit pemuda itu mengelak kesamping lalu memukul kemuka dari jarak tiga langkah! Panglima Sampono terkejut sekali sewaktu begitu mengelak begitu tamannya talas menyarang. Angin pukulan tawan terata keras laksana sebuah batu besar yang dilemparkan kearahnyal Itulah ilmu pukulan "Kunyuk melempar buah. Dan pendekar muda mana lagi yang memiliki pukulan itu kalau bukan Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Seni 212 !
Dengan amat penasaran Panglima Sampono membentak keras lalu kembali menyerang dengan jurus jurus silatnya yang hebat dan mengandung tipu tipu berbahaya! Tubuh Wiro Sableng yang berkelebat terkurung oleh gulungan sinar senjata ditangan sang panglima. Lima jurus berlalu tanpa Panglima Sampono bisa berbuat sesuatu apapun! Memasuki jurus kesepuluh. Datuk Nan Sabatang, Lembu Ampel dan Sebrang Lor tak dapat tinggal diam lebih lama.
.Ketiganya segera menyerbu kedalam kalangan pertempuran membantu Panglima Sampono! Namun sebelum ketiga orang itu turun tangan melancarkan serangan. Pendekar 212 Wiro Sableng dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang telah mencapai tingkat tinggi melompat ke atas, sekejap kemudian telah berdiri dicabang pohon yang ada ditepi jalan!
"Sebelum meneruskan pertempuran brengsek ini mari kita bicara baik baik dulu sobat sobat!" kata Wiro dari atas pohon.
"Pemuda lancang! Sesudah kau meloloskan perempuan itu kini kau hendak bicara baik baik?! Makan ini!" damprat Sebrang Lor. Tangan kanannya dihantamkan keatas. Selarik angin dahsyat menyambar."Kraak"!
Cabang pohon dimana Pendekar 212 berdiri patah pemuda itu sendiri sudah pindah meloncat ke cabang yang lain! Dengan sendirinya Sebrang Lor dan kawan kawannya tambah penasaran! Serentak mereka sama sama menghantamkan tangan keatas! Terdengar suara berisik! Beberapa cabang pohon patah dan ranting ranting serta daun daun berhamburan kian kemari! Wiro memaki dalam hati, dan melompat ke tebing ditikungan jalan. Jarak antara pohon dan tikungan jalan hampir mencapai sepuluh tombak Tentu saja lompatan yang dibuat Wiro membikin kagum keempat orang yang berada dibawahnya Namun kekaguman itu segera sirna oleh rasa marah yang menggejolak! Tanpa tunggu lebih lama Panglima Sampono segera melompat keatas tebing diikuti oleh ketiga kawan kawannya. Diatas tebing Pendekar 212 pintangkan kedua telapak tangan dan memukul ke bawah.
Keempat orang yang telah melayang keatas tebing amat terkejut ketika mendapatkan diri mereka merasa ditekan dari atas oleh satu tekanan dahsyat Bagaimanapun mereka kerahkan tenaga dalam tetap saja tubuh mereka tak bisa melesat keatas Keempat nya terkatung-katung beberapa ketika lamanya.
"Kurang ajar! Dia lihay sekali!" gerutu Sebrang Lor. Tokoh silat dari tanah Malaka ini memberi isyarat pada kawan kawannya. Tiba tiba keempatnya sama membentak keras dan sama menghantamkan kedua tangan masing masing kearah Pendekar 212. Delapan gelombang angin menderu laksana topan prahara! Empat buah serangan yang luar biasa dan bukan alang kepalang hebatnya!
Diatas tebing Wiro Sableng kerahkan seluruh tenaga dalamnya ketangan dan memukul kebawah!
Bagaimana hebatnya gelegar guntur, hampir seperti Itu pulalah hebatnya benturan delapan angin pukulan dengan dua gelombang pukulan dinding angin berhembus tindih menindih yang dilepaskan Wiro Sableng!
Sebrang Lor, Datuk Nan Sabatang, Panglima Sampono dan Lembu Ampel berpelantingan kebawah.
Untung saja mereka sudah memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi serta tenaga dalam yang sempurna hingga tidak mendapat celaka dan tak sampai jatuh tunggang langgang bergedebukan ditanah!
Sebaliknya diatas tebing Wiro Sableng merasakan pula hebatnya serangan keempat tokoh tokoh silat itu.
Tubuhnya terdorong keras lalu terhuyung-huyung lima langkah kebelakang. Tidak sampai disitu Tiba tiba lututnya terasa goyah dan ujung tebing yang dipijaknya hancur berantakan. Tubuhnya mencelat sampai dua tombak dari atas tebing!
"Gendeng betul!" gerutu Wiro Sableng dalam hati Setelah memeriksa dan mengetahui tubuhnya dibagian dalam maupun bagian luar tak ada yang terluka maka Pendekar ini bersuit nyaring. Tubuhnya melayang kebawah berkelebat dan lenyap dari pemandangan Panglima Sampono dan kawan kawan.
Dilain kejap terdengar dua keluhan tertahan!
Sebrang Lor dan Lembu Ampel merasakan tubuh mereka kejang kaku tak bisa bergerak. Betapapun mereka mengerahkan tenaga dalam namun tak sanggup membuka jalan darah yang telah ditotok oleh Pendekar 212 Wiro Sableng. Kedua tokoh silat ini memaki habis habisan!
Wiro Sableng malah tertawa cenqar cengir.
"Pemuda kurang ajar!" teriak Panglima Sampono marah sekali, "tadi aku cuma berniat untuk meringkusmu hidup hidup! Tapi mulai detik ini terpaksa kepalamu kupecahkan!"
Habis berkata begitu Panglima Sampono memukulkan tangan kiri ke depan lalu menyusul serangan ini dengan satu tusukan tajam tombak bercagak dua yang saat itu sudah berada kembali dalam tangan kanannya! Dikejap yang sama Datuk Nan Sabatang menggembor dan berkelebat kirimkan serangan dari samping kiri dengan keris birunya!
Wiro Sableng ingat pada rencong perak milik gadis baju ungu yang tadi diselipkan dipinggang.
Segera pendekar ini mencabut senjata itu. Maka :"Traang trang"!
Terdengar dua kali berturut-turut suara beradu nya senjata. Bunga api memercik! Datuk Nan Saba tang dan Panglima Sampono terkejut besar, dengan muka pucat sama sama melompat kebelakang dan memar dang dengan mata membeliak pada tangan kanan mereka yang kini kosong karena tangkisan Wiro Sableng tadi telah memukul lepas senjata masing masing!
Jelas bahwa pemuda berambut gondrong itu memiliki tenaga dalam yang luar biasa tingginya dan bukan tandingan mereka! Namun sebagai tokoh tokoh silat yang sudah mendapat nama besar dan memegang teguh jiwa kesatria, mana mereka mau menyerah begitu saja?! Lebih baik mati dari pada menerima hinaan demikian rupa. Apalagi ketika melihat bagaimana Wjro Sableng tertawa gelak gelak dan mengejek!
Dengan tangan kosong Datuk Nan Sabatang serta Panglima Sampono memasuki kalangan pertempuran kembali! Serangan mereka hebat sekali hingga air hujan yang bergenangan dilobang-lobang jalanan muncrat berhamburan!
"Sobat sobat! Kalian keliwat menurutkan darah kemarahan!"
seru Wiro. "Orang mau ajak bicara baik baik malah menyerang terus terusan!"
"Tutup mulutmu pemuda keparat!" bentak Datuk Nan Sabatang.
"Jaga batok kepalamu!’, teriak Panglima Sampono.
Tinjunya menderu kekepala Pendekar 212.
Lalu terdengarlah suara keluhan!
Tubuh Panglima Sampono terbanting kesamping sewaktu angin dahsyat menyambar dadanya. Selagi dia berusaha mengimbangi tubuh tahu tahu satu totokan mendarat dibahunya dekat leher dan kejap itu juga sang panglima berdiri dengan kaki mengangkang ditanah tanpa bisa bergerak sedikitpun!
Datuk Nan Sabatang juga bernasib sial. Baru saja serangannya bergerak setengah jalan tahu tahu jari lawan sudah menyelusup dibawah ketiaknya!
"Kurang ajar!" maki Datuk Nan Sabatang.
Tangan kirinya memukul kemuka. Tapi tak ada artinya karena totokan yang dijatuhkan Wiro tadi telah membuat sebagian tubuhnya sebelah kanan menjadi kaku. Lucu sekali keadaan Datuk ini. Tangan kirinya mencak mencak dan kaki kiri dibanting-bantingkan ketanah sedang mulut memaki-maki habis habisan tapi seluruh tubuhnya bagian kanan tak dapat digerakkan sama sekali, laksana menjadi batu!
"Sekarang mungkin kita bisa bicara baik baik", kata Wiro sambil tertawa dan memasukkan rencong perak kebalik pinggang pakaiannya. Setelah menyapu paras keempat orang itu satu demi satu dengan sepasang matanya maka Wiro melangkah kehadapan Panglima Sampono dan berkata : "Bapak, tadi kau bertanya apakah aku tahu siapa adanya perempuan berkerudung itu … . ".
Panglima Sampono diam saja. Hatinya kesal bukan main dan dadanya bergejolak menahan amarah.
Kalau saja tubuhnya tidak ditotok pasti pemuda itu sudah diserangnya kembali!
Sebaliknya sambil masih tertawa-tawa Wiro berkata : "Aku memang tidak tahu siapa dia adanya …"
"Kalau tidak kenal mengapa kau ikut campur urusan orang?! Gadis itu lolos karena kelancanganmu pemuda sialan!"
Wiro Sableng senyum senyum saja dimaki pemuda sialan.
"Meski aku tidak tahu siapa dia, tapi melihat kalian mengeroyoknya tentu saja aku tak bisa berdiam diri. Apalagi dia bertangan kosong sedang kalian berempat pakai senjata, mendesak gadis itu! Bukankah sayang sekali kalau gadis itu terpaksa mati muda?!"
Hampir saja Panglima Sampono hendak meludahi muka pemuda itu saking gemasnya. Dibukanya mulutnya :"Memang hati satriamu hendak menolong gadis itu patut dihargakan! Tadinya kukira dia gendakmu hingga kau begitu kesusu turun tangan tanpa menyelidik lebih dulu! Sekarang dia telah lolos. Dunia persilatan akan sukar untuk diselamatkan!"
Wiro Sableng kerenyitkan kening.
"Harap kau suka menerangkan siapa adanya gadis itu!" kata Wiro pula.
Panglima Sampono mendengus. "Kalau kau mau tahu, gadis itu adalah Pandansuri! Anak Raja Rencong Dari Utara!"
Sepasang mata Pendekar 212 terpentang lebar dan memandang pada keempat orang dihadapannya itu satu persatu.
"Anak gadisnya Raja Rencong Dari Utara?"
desis Wiro seraya garuk garuk rambutnya yang basah kuyup oleh air hujan yang sampai saat itu masih juga turun meskipun tidak selebat semula. "Aku sendiri sebenarnya memang tengah mencari-cari si Raja Rencong itu!"
Keempat tokoh silat sama sama mendengus. Pemuda edan!
Kami muak melihat lagakmu! Lekas lepaskan totokan kami dan berlalu dari sini!"
Yang bicara adalah Sebrang Lor, Wiro memandang pada Sebrang Lor sejenak sambil berpikir pikir. Kemudian katanya : "Memang aku turun tangan keliwat kesusu. Tidak menyelidik lebih dulu! Kalau saja aku tahu bahwa gadis itu adalah anaknya Raja Rencong Dari Utara aku akan membantu kalian meringkusnya hidup hidup ".
"Tak perlu bicara ngelantur!" tukas Sebrang Lor gemas. "Semuanya sudah kasip! Gadis itu sudah lolos!
Kau telah menghancurkan rencana yang kami susun selama satu bulan! Benar benar kau kurang ajar dan sialan sekali!".
"Dengar", kata Wiro, "kalau aku bertemu gadis itu aku akan tawan dia dan menyerahkan pada kalian. Tapi katakan dulu apa rencana kalian"Kau tak ada sangkut paut dengan kami! Karenanya tak perlu bertanya!" sahut Panglima Sampono.
"Kalau begitu baiklah! Kuharap saja kalian bisa melupakan kelancanganku tadi ". Wiro membalikkan badannya hendak pergi.
"Hai tunggu dulu! Lepaskan dulu totokan kami!" teriak Sebrang Lor dan Lembu Ampel hampir bersamaan. Wiro tertawa.
"Sebenarnya aku memang bermaksud hendak melepaskan totokan di tubuh kalian! Tapi karena kalian memakiku terus-terusan seenaknya, biarlah kalian jadi patung-patung hidup sampai beberapa jam di muka!".
"Keparat!"
"Setan Alas!"
“..bedebah!"
"Edan kau!"
Begitulah maki-makian yang dilontarkan keempat orang itu. Wiro tertawa gelak-gelak. Sekali dia berkelebat, tubuhnya sudah melesat sejauh sepuluh tombak. Di bawah hujan rintik-rintik akhirnya Pendekar 212 lenyap dari pemandangan keempat orang itu.
* * *
Next ...
Bab 11
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Raja Rencong Dari Utara Bab 10"
Posting Komentar