WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 011
Raja Rencong Dari Utara
TIGA BELAS
HARI ITU TANGGAL SATU, saat peresmian berdirinya Partai Topan Utara. Puluhan perahu kelihatan menyeberangi Danau Toba menuju ke pulau besar yang terletak di tengah- tengah danau. Penumpang-penumpang perahu-perahu itu ialah tokoh-tokoh silat dari pelbagai penjuru yang sengaja datang untuk menghadiri peresmian berdirinya Partai Topan Utara. Semua mereka ini tiada menduga bahwa kedatangan mereka itu ke sana hanya untuk mengantar nyawa karena Raja Rencong yang berhati sejahat iblis itu telah berniat untuk menamatkan riwayat semua tokoh-tokoh silat, tak perduli dari golongan manapun mereka adanya!
Di Arena Topan Utara yang terletak di bawah bangunan tua di bukit Toba suasana penuh sesak oleh para tetamu. Kelihatannya para tamu itu sudah tak sabar lagi menunggu kemunculan Raja Rencong Dari Utara. Namun sampai sedemikian lama sang tuan rumah masih juga belum muncul. Ini menimbulkan kegelisahan di kalangan para tamu.
Sementara itu di lereng bukit kelihatan sekelebatan sosok tubuh manusia. Paras dan perawakannya tidak dapat diteliti dengan jelas karena luar biasa cepat larinya. Dalam tempo yang singkat dia sudah lenyap ke dalam rimba belantara, meneruskan larinya dengan melompat dari atas cabang pohon yang satu ke cabang pohon lainnya hingga akhirnya dia sampai di hadapan bangunan tua, satu-satunya bangunan yang terdapat di Bukit Toba itu. Suasana kelihatan sepi tapi matanya yang tajam dapat mengetahui bahwa sebelumnya belasan orang telah memasuki bangunan itu. Apalagi sebelumnya dia telah melihat perahu banyak sekali di tepi pantai. Setelah memandang berkeliling, orang di atas pohon ini melompat ke bawah dan tanpa menimbulkan suara dia bergerak ke bagian belakang bangunan. Berlindung di balik sebuah runtuhan dinding tembok dia meneliti bagian belakang bangunan itu dengan cepat hingga akhirnya pandangannya membentur serumpun semak belukar lebat di hadapan sebatang pohon kelapa. Jika saja dia tidak mendapat penjelasan dari gurunya Si Tua Gila pasti dia tidak mengetahui bahwa di bawah rerumpunan semak belukar itu terdapat sebuah lobang yang merupakan jalan rahasia menuju ke bagian bawah bangunan tua!
Segera orang ini melompat tanpa suara ke arah semak belukar, menarik semak belukar itu ke atas hingga kini kelihatan sebuah lobang yang sangat kotor dan besarnya hanya untuk tempat masuk sesosok tubuh manusia. Tanpa ragu-ragu orang ini masuk ke dalam lobang itu dan menyeret rumpunan semak-semak hingga lobang kembali tertutup seperti sedia kala. Lobang itu ternyata hampir lima belas tombak dalamnya. Setengah bagian sebelah atas dari tanah sedang setengah bagian sebelah bawah dilapisi dengan batu. Dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya, orang yang masuk ke lobang ini menyerosot turun tanpa mengeluarkan sedikit suarapun! Dia sampai di satu lorong sempit dan gelap.
Lantai, dinding dan atap lorong yang terbuat dari batu itu penuh dengan debu tebal. Agaknya lorong tersebut tak pernah dilalui orang selama bertahuntahun.
Ditempuhnya lorong itu hingga dia mencapai sebuah pengkolan. Tepat di pengkolan ini terdapat dua buah pintu Pengkolan itu sendiri buntu.
Orang itu menggaruk rambutnya yang gondrong. Rambut gondrong dan kebiasaan menggaruk kepala yang tidak gatal bukan lain dua ciri-ciri khas dari Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212! Dan memang orang yang menyelinap masuk ini adalah Wiro Sableng!
Dengan penuh hati-hati Wiro mendekati pintu sebelah kiri. Ternyata pintu itu tidak dikunci. Dan ketika dibuka, kelihatanlah sebuah ruangan empat persegi. Di dalam ruangan ini terdapat sebuah roda besi yang amat besar. Bagian pusat dari roda besi ini berhubungan dengan dua puluh helai kawat-kawat halus. Selanjutnya kawat-kawat halus ini menyelusup ke bagian atas ruangan tak diketahui Wiro kemana seterusnya.
"Mungkin sekali ini adalah senjata rahasia" pikir Wiro Sableng. Ditutupnya pintu itu kembali lalu bergerak ke pintu yang satu lagi. Begitu dibuka maka kelihatanlah sebuah tangga batu pualam yang menuju ke atas. Tak membuang-buang waktu Wiro segera melompat dan sampai di sebuah lorong yang sangat bagus. Dinding-dindingnya penuh dengan lukisan-lukisan sedang sebagian dari gang itu tertutup permadani berbunga-bunga. Pada sisi kiri kanan lorong terdapat masing-masing sebuah pintu. Pintu yang ketiga terletak di ujung gang.
Perlahan-lahan dan hati-hati sekali Wiro Sableng bergerak mendekati kedua pintu di kiri kanan lorong. Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya. Dari pintu sebelah kanan terdengar suara orang bercakapcakap.
Seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Suara yang perempuan ini rasa-rasa pernah didengar Wiro Sableng. Cepat pendekar ini tempelkan telinganya ke daun pintu untuk mendengarkan pembicaraan kedua orang di dalam kamar.
Sementara itu di dalam kamar Raja Rencong Dari Utara duduk di sebuah kursi besar. Dia mengenakan pakaian ungu yang baru bertaburkan mutiara. Di tangan kirinya ada sebuah piala berisi anggur harum. Setelah meraba sebentar kumisnya yang tebal hitam melintang, laki-laki ini bertanya: "Apakah semua tamu sudah datang?".
Pertanyaannya itu diajukan pada gadis berbaju ungu yang berdiri di hadapannya, parasnya cantik jelita dan dia bukan lain Pandansuri anak Raja Rencong sendiri.
"Sudah", menjawab Pandansuri. "Agaknya sudah waktunya bagi ayah untuk keluar".
"Yasudah waktunya", kata Raja Rencong pula dengan tersenyum. Diteguknya anggur dalam piala.
Tangannya yang memegang piala tiba- tiba diturunkan dan dia memandang lagi pada anaknya: "Pemuda rambut gondrong yang bertempur denganmu di rumah makan Dang Lariku apa juga kelihatan?".
"Sampai saat terakhir saya mengintai dari jendela rahasia di Arena Topan Utara dia tidak kelihatan".
"Panglima Sampono dan ketiga kawannya itu juga hadir?". Pandansuri mengangguk.
Raja Rencong Dari Utara meletakkan piala anggur ke atas meja lalu berdiri.
"Segera aku meninggalkan kamar ini, kau cepat menuju ke kamar pesawat rahasia itu. Di mimbar telah kupasang sebuah tombol. Kelak bila tomboi itu kutekan pesawat rahasia itu akan berbunyi dan detik itu juga kau harus mencabut dua puluh helai kawat-kawat halus pada pusat pesawat secara sekaligus!
Kau mengerti tugasmu, Pandansuri?!"
"Mengerti ayah", jawab Si gadis.
Raja Rencong Dari Utara tertawa lalu berkata:"Sekali kawat-kawat itu terlepas dari pusat pesawat, lantai Arena Topan Utara akan ambruk, atau akan runtuh! Semua keparat-keparat yang ada di situ akan tertimbun hidup-hidup! Akan mampus!"
"Dan kita ayah dan anak akan menguasai dunia persilatan di seluruh Pulau Andalas ini!"
"Benar! Benar sekali!" kata Raja Rencong dengan tertawa gelak-gelak. "Namun demikian, meski keparat keparat di Arena Topan Utara itu sudah berada dalam perangkap kita, segala hal yang tak terduga mungkin saja terjadi. Agar kau dapat menjalankan tugas dengan aman, kau bawalah pedang ini". Raja Rencong Dari Utara menyerahkan sebilah pedang ke tangan anaknya. "Senjata ini tidak kalah hebatnya dengan Rencong Perakmu yang hilang itu.
Pandansuri ".
Pandansuri menerima senjata itu. Kemudian dilihatnya ayahnya mengeluarkan sehelai lipatan kertas.
"Sekali lagi kukatakan", ujar Raja Rencong pula, "segala kemungkinan yang tak diingini bisa terjadi. Surat ini kuberikan padamu, anakku. Kelak kau baru boleh membukanya jika aku menemui ajal secara tak terduga di Arena Topan Utara nanti.
Jika segala sesuatunya berjalan beres, surat itu musti kau kembalikan padaku ".
"Ayah, apakah artinya ini?" tanya Pandansuri.
Kata-kata dan surat yang diserahkan ayahnya itu membuat hatinya tidak enak.
Raja Rencong Dari Utara tertawa perlahan.
ditepuknya bahu Pandansuri. Dibukanya mulutnya hendak mengatakan sesuatu tapi mendadak kepalanya dipaling ke pintu kamar.
"Seperti ada seseorang yang tengah mencuri dengar pembicaraan kita. Pandan "
Pandansuri menoleh ke pintu lalu berkata:"Ah itu cuma perasaan ayah saja. Siapa orangnya yang berani menyusup ke sini dari Arena Topan Utara? Sekali dia memasuki lorong pertama pasti tubuhnya akan tertambus senjata-senjata rahasia meski bagaimana pun tinggi ilmunya!"
Raja Rencong membenarkan hal itu. Namun kekawatiran belum lenyap dari hatinya. ..menyusup dari Arena Topan Utara memang tidak mungkin.
Tapi yang aku kawatirkan ialah penyusupan lewat lobang rahasia di bagian belakang bangunan tua.
Dari lobang sampai ke lorong dan sampai ke sini sama sekali tidak dirintangi oleh satu senjata rahasiapun!"
"Ayah", kata Pandansuri tertawa. "Menurut keteranganmu satu-satunya manusia yang mengetahui seluk beluk dan jalan rahasia masuk ke tempat ini ialah Tua Gila, Dan orang itu sudah mati belasan tahun yang silam. Apakah dia mungkin hidup kembali dan menggerayang ke sini?!"
Raja Rencong Dari Utara merasa malu pada dirinya sendiri. Namun telinganya yang tajam itu tadi telah mendengar suara hembusan nafas tepat.
di belakang daun pintu kamar dimana dia berada. Melihat ayahnya masih berada dalam kebimbangan, Pandansuri berkata lagi: "Kalaupun ada seseorang yang berhasil masuk ke sini, masakan telinga ayah tak sanggup mendengar gerakan langkahnya?!"
"Aku belum puas kalau belum menyelidikinya sendiri" kata Raja Rencong pula. Lalu dengan cepat melompat ke pintu!
* * *
Next ...
Bab 14
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Raja Rencong Dari Utara Bab 13"
Posting Komentar