WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 011
Raja Rencong Dari Utara
LIMA
PUNCAK BUKIT TOBA MERUPAKAN selimutan hutan belantara yang amat rapat karena jarang diinjak dan didatangi manusia. Delapan penjuru kaki bukit berhubungan dengan pantai yang setiap saat disirami pecahan dan buih ombak sehingga dengan kata lain bukit besar itu adalah sebuah pulau yang terletak di tengah danau yang sangat luas.
Dalam tiupan angin siang yang sepoi sepoi basah, diatas air danau kelihatan meluncur sebuah perahu yang ditumpangi oleh.tiga orang berjubah dan bersorban putih! Ketiganya tidak memegang sebuah pendayungpun, tapi hebatnya, dengan mempergunakan telapak telapak tangan sebagai pengganti pendayung, ketiganya membuat perahu itu meluncur laksana naga terbang diatas permukaan air danau hingga dalam tempo yang singkat perahu merekapun sudah mendarat dibagian timur pulau, dan mereka melompai dalam gerakan gerakan yang luar biasa ringannya! Sewaktu melangkah diatas pasir pantai yang basah, sama sekali kaki kaki mereka tidak meninggalkan jejak barang sedi kitpun Nyatalah ketiga orang ini manusia manusia berke pandaian tinggi!
Salah seorang dari ketiganya yang agaknya menjadi pemimpin rombongan memandang berkeliling, lalu memberi isyarat pada kedua kawannya dan sebentar kemudian ketiganya sudah berlari laksana terbang menuju kepuncak Bukit Toba. Semakin jauh keatas bukit semakin susah perjalanan karena sangat rapatnya pohon pohon dan semak beluar. Ketiga orang ini tentu saja tidak mau rusak pakaian mereka terkait ujung ranting dan semak belukar. Karenanya merekaengkaupun melanjutkan perjalanan dengan "berlari" diatas pohon, melompat dari satu cabang kecabang lain dan tanpa mengeluarkan suara barang sedikitpun! Benar benar amat mengagumkan!
Beberapa lama kemudian ketiganya sampai dipuncak Bukit Toba. Yang terdepan berhenti dicabang paling atas dari sebuah pohon yang besar dan luar biasa tingginya. kawan kawannya kemudian berdiri disisi kiri kanan dan mereka sama memandang kedepan.
Didepan sana, dikelilingi oleh pohon pohon besar tinggi terdapat sebuah bangunan berbentuk istana.
Tapi bangunan ini sudah sangat tua sekali dan tidak mendapat rawatan sebagaimana mustinya hingga keadaannya amat menyeramkan!
Seluruh bangunan diselimuti debu tebal. Hampir disetiap sudut kelihatan jaring laba laba bahkan juga tampak sarang sarang burung dan kelelawar! Atap bagian depan miring kekiri. Diatas genting tumbuh pohon pohon kecil, lumut menyelimut dimana-mana.
"Inikah tempatnya?!" tanya salah seorang laki laki tua diatas pohon.
"Kelihatannya seperti tak pernah didatangi manusia.
Mungkin kau salah ".
Laki laki yang berdiri ditengah memandang berkeliling sebentar lalu menjawab : "Kemanapun mata ditujukan hanya itu satu satunya bangunan yang kelihatan dipuncak bukit ini!"
"Tapi sungguh tak ".
"Diam! Ada orang datang!" kata orang tua yang ditengah. Sesaat kemudian baru dua orang tua lainnya mendengar suara bergemerisik. Ini sudah cukup menjadi pertanda bagaimanapun tingginya ilmu kedua orang yang belakangan ini tapi masih berada dibawah engkauorang tua yang pertama. Ketiganya cepat memandang berkeliling. Baru saja memutar leher Tiba tiba mengumandang suara bentakan yang sangat keras!
"Tiga tua renta diatas pohon, apakah datang ada membawa kain kafan untuk pembungkus jenazah kalian masing masing kelak?!"
Ketiga orang tua diatas pohon terkejut bukan alang kepalang. Terkejut bukan karena keras lantangnya suara bentakan itu yang hingga saat itu masih mengumandang keseluruh pelosok bukit, juga bukan karena bentakan yang demikian menganggap rendah bahwa mereka akan menemui ajal! Yang mengejutkan mereka ialah karena suara bentakan itu jelas sekali adalah suara perempuan!
Dan belum habis keterkejutan ketiganya suara bentakan itu mengumandang kembali lebih keras dan kali ini bernada memerintah:
"Manusia manusia berjubah putih! Lekas turun!"
Pertama sekali suara bentakan itu terdengar datangnya dari arah barat, diantara pohon pohon besar yang rapat. Yang kedua kali tadi bentakan itu datangnya dari arah bangunan tua! Maka ketiga orang tua berjubah putih itupun tanpa melupakan kewaspadaan segera melompat turun kepelataran batu yang terdapat didepan bangunan.
Namun tiada terkirakan kejut dan peranjat mereka sewaktu orang yang tadi membentak bukan muncul dari dalam bangunan tua melainkan dari balik pohon besar diatas mana mereka tadi berdiri! Nyatalah betapa hebat dan lihaynya ilmu memindahkan luara orang itu! Dan yang lebih membuat ketiga orang tua bersorban itu lebih kagum ialah orang yang muncul itu adalah seorang perempuan berpakaian ungu. Rambutnya panjanq hitam tergerai sampai Kepunggung. Parasnya ditutup dengan sehelai kerudung yang juga berwarna ungu. Mendengar kepada suaranya yang tajam menyorot perempuan ini pastilah bersifat keras dan galak! Ketiga orang tua tak dapat menduga berapa kira kira usia perempuan berkerudung ini. Dan dalam berdiri terpisah sejauh beberapa tombak itu ketiganya dapat mencium bau harum yang keluar dari tubuh dan pakaian perempuan berkerudung!
"Dengan siapakah kami berhadapan?!" tanya orang tua yang bertindak sebagai pemimpin rombongan.
Dari balik kerudung ungu terdengar suara mendengus.
"Kalian pendatang pendatang yang tidak tahu diri dan lancang berani datang kemari yang musti terangkan diri!"
Orang tua itu batuk batuk dan sunggingkan senyum.
"Jangan tertawa macam monyet kurang ingatan!" bentak perempuan-berkerudung!
"Kalau sekiranya kau mau membuka kerudung, baru kami akan terangkan siapa kami dan juga maksud kedatangan kami bertiga kesini!"
Terdengar suara gigi gigi berkeretakan!
"Tua bangka keparat! Sudah hampir mampus masih berhati kotor ingin melihat paras perempuan!
Apakah itu sifat orang beragama macam kalian!"
Merahlah wajah ketiga orang berjubah putih, apalagi yang tadi bicara. Dia berkata begitu tadi dengan maksud untuk mengetahui dengan siapa sesungguhnya dia berhadapan, tapi sikerudung ungu salah, sangka dan mendampratnya!
"Kami orang orang tua mana ada pikiran untuk tergoda pada keindahan dunia ini! Justru kedatangan kami kesini adalah untuk menyelamatkan dunia ini dari segala macam kekotoran!"
Perempuan berkerudung tertawa. Suara tawanya cukup merdu tapi juga cukup menyeramkan!
"Hebat sekali kalau begitu!", katanya dengan nada mengejek. "Tapi kau kesasar datang kesini, orang orang tua! Kau kesasar mengantarkan jiwa! Tahukah kau bahwa’setiap ada manusia luaran yang berani menginjakkan kakinya dipulau ini berarti mati?!
Sekarang lekas beri tahu nama kalian agar setan setan penghuni pulau lebih cepat mengenal calon calon kawannya!"
Penghinaan perempuan berkerudung itu sudah melewati batas. Tapi ketiga orang tua berjubah putih tetap berdiri dengan sabar malah yang seorang menjawab :
"Aku Kyai Suhudilah dan dua orang kawanku ini Kyai Selawah dan Kyai Tanjung Laboh “
"Hem jadi kau Kyai Suhudilah! Aku tahu sudah apa maksud kedatanganmu bersama dua kambratmu itu kesini. Pasti untuk membalas dendam karena ayahku telah menghancurkan Pesantrenmu beberapa waktu yang lampau!".
"Jadi kami berhadapan dengan anak perempuan Raja Rencong Dari Utara?!" ujar Kyai Suhudilah.
"Sudah tahu kenapa tidak lekas lekas berlutut?!" Kyai Suhudilah tertawa dingin.
"Menurut ajaran agama kami, satu satunya kepada siapa manusia berlutut ialah Tuhan bukan manusia, apalagi manusia macam kau, anak seorang durjana biang penyebab malapetaka dan bencana didelapan penjuru angin!" Lekas panggil ayahmu!"
"Tua bangka sialan! Kau tidak layak memerintahku!"
bentak perempuan berkerudung ungu.
"Jika demikian ", berkata Kyai Selawah,"harap dimaafkan kalau kami mungkin terpaksa memaksamu".
Anak Raja Rencong Dari Utara berpaling kepada Kyai Selawah. "Mulutmu sombong, tapi kau bicara masih punya perasaan. Kelak kematianmu lebih mendingan dari pada kawanmu yang satu ini!" dan dia menuding pada Kyai Suhudilah. Dan setelah memandang Kyai Suhudilah dengan sorot matanya, perempuan itu berkata : "Kedatanganmu kesini pasti untuk balas dendam pada ayahku! Sebelum ayahku muncul kunasihatkan agar kau cepat cepat saja bunuh diri!
Itu lebih baik bagimu, orang tua!".
Air muka Kyai Suhudilah kelihatan merah. Bagaimanapun sabarnya seseorang, lambat laun kesabarannya akan luntur juga.
"Perempuan, kesombongan dan kecongkakan ayahmu rupanya sudah kau wariskan selagi dia masih hidup! Kuharap kesombongan dan kecongkakan itu segera kau buang bila ayahmu meninggal !"
"Tua bangka bermulut besar! Kau berani menghina aku dan ayah! Makan jariku ini!". Perempuan berkerudung jentikkan lima jari tangan kirinya sekaligus!
"Wuut!"
Lima sinar merah kekuningan menderu kearah Kyai Suhudilah!
"Awas pukulan kuku api!" teriak Kyai Suhudilah memperingatkan kedua kawannya. Dia sendiri sambil menghindar kebutkan lengan jubahnya sebelah kanan!
"Wuus!"
Kyai Suhudilah pucat pasi parasnya! Meski kebutan lengan jubahnya berhasil membuyarkan serangan maut itu namun tak urung lengan jubahnya menjadi hangus hitam dan hawa panas menjalar kekulit lengan! Dengan cepat sang Kyai sobek ujung lengan jubahnya.
Gadis berkerudung ungu tertawa gelak gelak.
"Kalau kepandaianmu cuma sedalam sungai yang dangkal, betul betul hanya mengantarkan jiwa datang kemari! Lebih baik kalian bertiga bunuh diri!"
Kyai Suhudilah mendekam dalam hati, dan berkata :"Kami bukan manusia manusia bangsa pengecut yang bersedia melawan seorang perempuan! Lekas panggil ayahmu!"
"Benar benar tidak tahu diri! Diberi kesempatan bunuh diri malah tambah menantang!". Bola bola mata sigadis menyorot tajam dan sesaat kemudian tubuhnya berkelebat dan tahu tahu sudah membagi serangan pada ketiga Kyai dalam satu jurus bernama "tiga ekor naga menggempur sang surya"
Kembali ketiga Kyai dikejutkan oleh kehebatan serangan ini! cepat cepat mereka menghindar dan setelah aling memberi isyarat serentak maju untuk meringkus anak gadis Raja Rencong itu hidup hidup! Namun mereka tertipu! Tidak semudah itu untuk menangkap hidup hidup gadis yang sudah menguasai lebih setengah bagian dari ilmu silat ajaran ayahnya! Begitu ketiga Kyai serempak maju, tubuh sigadis berkelebat dan lenyap! Lalu terdengar suara lengkingan seperti lengkingan burung raksasa. Lobang lobang telinga ketiga Kyai terngiang sakit! Dan dalam pada itu satu tebasan tepi telapak tangan menderu sekaligus kearah kepala mereka!
Kyai Suhudilah dan kawan kawan terpaksa bersurut undur untuk selamatkan kepala masing masing! Mereka mengeluh, jika anaknya demikian hebatnya tentu ayahnya bukan lawan enteng meskipun mereka bertiga!
Kyai Suhudilah merenung cepat. Dia adalah seorang yang bermata tajam dan setiap bertempur selalu memperhatikan gerakan gerakan yang dibuat lawan!
Meski baru satu gerakan namun dia telah dapat melihat sifat sifat gerakan sigadis dan tahu dimana letak kelemahan ilmu silat lawan! Dengan cepat Kyai Suhudilah berkaca dengan ilmu menyusupkan suara pada kedua Kyai lainnya : "Kita serang dia dengan barisan tiga malaekat lenyap kelangit!"
Kyai Salawah dan Kyai Tanjung Laboh mengangguk tanda mengerti. Kyai Suhudilah mengedipkan matanya dan ketiganyapun kemudian menyerbu dari tiga jurusan. Kyai Suhudilah dari depan, Kyai Selawah dari samping kanan dan Kyai Tanjung Laboh dari samping kiri!
"Ilmu silat picisan macam apa yang hendak kalian obral di hadapanku?!" ejek anak gadis Raja Rencong. Tubuhnya dibungkukkan sedikit dan dengan mengandalkan tumit kaki kirinya, laksana sebuah titiran dia berputar dengan kaki kanan menderu ke arah ketiga penyerangnya!
Yang sekali ini tidak mudah bagi gadis ber kerudung ungu ini untuk memusnahkan serangan ke tiga Kyai itu.
Karena begitu tubuhnya berputar dan menghantamkan tendangan dalam bentuk lingkaran, ketiga lawannya berkelebat cepat, lenyap dari pemandangannya dan tahu tahu sudah menyerang lagi dari jurusan yang lain yaitu Kyai Suhudilah dari belakang. Kyai Selawah dari depan sedang Kyai yang satu lagi Dari samping kanan. Tiga buah totokan menderu ke Arah tiga jalan darah si gadis!
Gadis itu kertakkan geraham tanda penasaran Kedua kakinya menjejak tanah. Didahului oleh satu lengkingan keras dia melompat ke atas. Kaki kiri dihantamkan kedepan menendang lengan Kyai Selawah.
Kaki kanan ditendangkan saperti kuda menendang kearah Kyai Suhudilah yang menyerang dari belakang sedang satu pukulan tangan kosong yang mendatangkan angin keras dihantamkan kebatok kepala Kyai Tanjung Laboh yang menotok dari samping!
Karena tubuh sigadis berada diudara dan lebih tinggi dari ketiga lawannya maka meski bagaimanapun hebatnya serangan para Kyai namun serangan. balasan dari sigadis tak dapat tidak akan berhasil mencelakakan mereka lebih dulu!
Anak gadis Raja Rencong menyeringai dibalik kerudungnya sewaktu melhat ketiga penyerangnya menarik pulang tangan masing masing. Segera dia hendak susulkah dengan tiga serangan berantai yang menurutnya tidak dapat tidak pasti akan mengirim mereka kepintu kematian! Dengan gelak mengejek maka dia segera lancarkan tiga serangan berantai itu!
Tapi hatinya menciut!
Parasnya yang, tersembunyi dibalik kerudung berubah total! Peluh dingin mengucur dikeningnya sewaktu entah bagaimana ketiga calon korbannya itu lenyap dari pemandangan dan tahu tahu tiga pusat jalan darahnya terasa dingin! Sadarlah sigadis bahwa ketiga lawannya sebelum sempat dia menyerang telah lebih dulu mengirimkan totokan totokan dari jurusan lain yang tak diduganya! Meski bagaimanapun kehebatan dan kecepatannya untuk mengelak atau menangkis tapi kini sudah kasip! Yang bisa dilakukannya cumalah memaki dan merutuk dalam hati!!
engkauSigadis mengeluh tinggi sewaktu totokan yang pertama melanda jalan darah dipunggungnya. Kedua tangannya dengan serta merta lumpuh. Tubuhnya terhuyung-huyung kemuka. Dalam sedetik lagi dua totokan segera pula akan mendarat susul menyusul di bagian lain tubuhnya!
Dalam keadaan yang demikian kritisnya bagi sigadis Tiba tiba mengumandanglah suara bentakan yang kerasnya laksana gelegar gunung meletus!
"Pandansuri! Siapa yang berani berlaku kurang ajar terhadapmu?!"
Satu gelombang angin yang luar biasa dahsyatnya menderu, membuat ketiga Kyai terhuyung lima langkah dari kalangan pertempuran sedang gelombang angin itu sekaligus melepaskan totokan ditubuh sigadis yang ternyata bernama Pandansuri!
***
Next ...
Bab 6
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245


0 Response to "Raja Rencong Dari Utara Bab 5"
Posting Komentar