Sepasang Iblis Betina Bab 6

WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito

Episode 014
Sepasang Iblis Betina

ENAM
PUKULAN yang dilepaskan Ni Mindi Jalurkbalen adalah pukulan "kelabang ijo" yang amat berbahaya. Sekali salah satu bagian tubuh tersambar ilmu pukulan itu kontan sekujur badan akan matang hijau dan orangnya akan mati detik itu juga. Jangankan manusia, satu batu karang yang atospun akan hancur dilanda pukulan tersebut!
Dengan mengeluarkan suara tertawa mengejek seakan-akan mereka hanya menghadapi seorang lawan bangsa kroco, Nilamaharani dan adiknya melompat ke samping lalu dengan cepat mendorongkan tangan kanan masing-masing ke arah guru mereka!
Wuss!
Wuss!
Dua larik sinar hijau yang lebih pekat dan lebih keras menyambar si nenek. Ni Mindi Jalurkbalen terkejut bukan main.
Jelas ilmu pukulan yang dilancarkan bekas kedua muridnya itu adalah ilmu pukulan "kelabang ijo" juga yang dulu memang pernah diajarkannya kepada mereka. Tetapi mengapa pukulan-pukulan kelabang ijo mereka luar biasa dahsyatnya padahal sewaktu melepaskan pukulan kelabang ijo tadi Ni Mindi Jalurkbalen telah mengerahkan hampir tiga perempat tenaga dalamnya!
"Kalau tidak mendapat gemblengan dari seorang sakti lainnya niscaya mereka tak bakal dapat meyakini ilmu pukulan itu sedemikian luar biasa hebatnya," membatin Ni Mindi Jalurkbalen.
Segera seluruh tenaga dalamnya dialirkan seluruhnya ke tangan hingga perbawa pukulan kelabang hijaunya lebih dahsyat dari semula!
Sewaktu pukulan-pukulan kelabang ijo itu saling bentrokan, terdengarlah suara ledakan yang amat dahsyat. Langit di atas mereka laksana mau runtuh, puncak bukit bergetar, liang telinga masingmasing menjadi pengang untuk beberapa ketika lamanya.
Ni Mindi Jalurkbalen terhuyung satu langkah ke belakang sedang di depannya Nilamaharani dan Nilamahadewi tertawa gelak-gelak.
"Begitulah jadinya kalau seorang nenek-nenek tua mau jual tampang memamerkan ilmu pukulan kelabang ijo yang belum sempurna!", kata Nilamaharani menggejek.
Ni Mindi Jalurkbalen mengertakan rahangnya. Kalau saja geraham darn gigi-giginya masih menumbuhi gusinya pastilah dari mulutnya saat itu keluar suara berkeretakan saking geramnya.
"Murid-murid murtad! Sekalipun kau punya sepuluh kepala seratus kesaktian, jangan kira aku tak sanggup memusnahkan kalian!", teriak Ni Mindi Jalurkbalen. Lalu laksana seekor burung walet dia melompat ke muka. Dua tangan terkembang ke samping. Perlu diketahui bahwa dalam dunia persiatan nenek-nenek ini dikenal dengan julukan "Si Walet Sakti" karena jurus-jurus dan gerakan silatnya kebanyakan hampir bersamaan dengan gerakan seekor burung walet.
"Jurus walet meminta jiwa yang hendak dipamerkan?!" ejek Nilamahadewi ketika melihat gerakan yang dibuat gurunya itu.
"Ini bukan jurus apa-apa, murid murtad! Tapi jurus kematianmu! Nah, mampuslah!"
Tubuh Ni Mindi Jalurkbalen lenyap dari hadapan kedua gadis itu dan sesaat kemudian dua buah kepalan laksana palu godam menderu ke arah batok kepala Nilamaharani dan Nilamahadewi!
Dua kepala merunduk secepat kilat. Dua lengan berkelebat ke udara! Terdengarlah suara beradunya lengan kiri kanan Ni Mindi Jalurkbalen dengan lengan murid-muridnya. Dan terdengar pula keluhan pendek nenek-nenek itu sewaktu merasakan lengannya sakit bukan main. Dia jungkir balik di udara. Sambil jungkir balik begitu Si Walet Sakti mengeruk jubah kuningnya dan dikejap itu menderulah dua lusin benda kuning sebesar uang ringgit berbentuk bulan sabit, menyerang kedua kakak beradik itu dari dua belas jurusan!
Selama malang melintang di dunia persilatan kalau bukan tokoh-tokoh lihay, jarang sekali orang yang sanggup mengelit atau menangkis lemparan senjata rahasia itu. Namun hari ini untuk kesekian kalinya Ni Mindi Jalurkbalen dibikin kaget karena dengan mengebutkan lengan-lengan pakaiannya, kedua lawannya berhasil membuat mental duapuluh empat senjata rahasia yang amat diandalkannya itu! Tergetarlah kini hati si nenek. Namun sudah barang tentu ia tak akan meninggalkan tempat itu walau bagaimanapun juga.
"Ni Mindi Jalurkbalen," kata Nilamaharani dengan menyunggingkan senyum sinis, "Apakah kau masih belum sadar bahwa kau betul-betul seorang nenek-nenek yang tak layak hidup lebih lama di dunia ini?"
"Iblis dajal! Makan ini!" teriak Si Walet Sakti dengan amarah menggelegak.
Terdengar suara mendesing dan sebuah besi hitam yang ujungnya diganduli lima buah kaitan sepanjang tiga jengkal melesat ke mulut Nilamaharani.
Yang diserang terkejut karena sebelumnya tak pernah mengetahui kalau gurunya memiliki senjata dahsyat itu. Dengan satu gerakan aneh gadis ini membantingkan dirinya ke samping. Tubuhnya menjungkir kepala ke bawah kaki ke atas dan salah satu kakinya dengan cepat kemudian menendang batang besi tempat mencantelnya lima kaitan itu.
"Jurus iblis menendang rembulan!" seru Ni Mindi Jalurkbalen ketika dia melihat dan mengenali gerakan yang dibuat Nilamaharani. Saking kagetnya dia sampai tak sempat lagi menarik pulang senjatanya. Kalau saja senjata itu tidak dipegangnya dengan erat niscaya terlepas sewaktu tendangan Nilamaharani menghantam batang besi dengan kerasnya, membuat batang besi itu bengkok.
"Murid dajal! Jadi kalian telah menuntut pelajaran pada Iblis Penggoncang Bumi hah?!" Nilamaharani tertawa tinggi, begitu juga adiknya.
"Nah . . . nah … nah! Bagus! Pantas kelakuan kalian seperti dia selagi muda! Pantas kalian jadi manusia-manusia binal terkutuk macam begini. Pantas kalian berubah menjadi…"
"Anjing tua! Tutup mulutmu!" bentak Nilamahadewi. Dia menjentikkan tangan kanannya dan segulung angin padat sebesar kepalan, laksana sebuah batu melesat ke mulut Ni Mindi Jalurkbalen, membuat nenek-nenek itu tak meneruskan ucapannya dan lekas-lekas melompat ke samping.
"Kakakku!" kata Nilamahadewi. "Mari lekas kita lenyapkan tua renta sialan ini sebelum dia bicara yang bukan-bukan."
Dua gadis itu berkelebat cepat dan menggempur Ni Mindi Jalurkbalen dengan seranganserangan beruntun yang amat cepatnya. Nenek-nenek yang telah berumur puluhan tahun itu mulai merasakan tekanan kurungan yang berbahaya. Jurus demi jurus dirinya semakin terdesak.
"Celaka! Celaka diriku! Celaka dunia persilatan kalau aku tak behasil membunuh manusiamanusia nista ini! Lebih baik aku mati bersama-sama mereka!" kata Ni Mindi Jalurkbalen. Saat itu dia sudah bertempur hampir dua ratus jurus. Jubah kuningnya sudah banyak yang bobol robek kena sambaran jari-jari atau jotosan lawan. Sekujur tubuhnya sakit, dua buah tulang iganya patah sedang di lain pihak kedua lawannya kelihatan masih segar bugar!
"Sepasang Iblis Betina!" seru Ni Mindi Jalurkbalen menyebut nama julukan kedua muridnya yang murtad itu. "Mari kita sama-sama ke neraka!"
Dari dalam saku jubahnya dikeluarkannya sebuah bola berwarrra kuning lalu secepat kilat dibantingkannya ke tanah. Terdengar suara ledakan dan di saat itu seluruh puncak bukit tertutup oleh asap kuning yang pekat!
"Dewi! Tutup jalan pemafasanmu dan lekas lari!" teriak Nilamaharani.
Kedua gadis itu menutup jalan pernafasannya lalu meninggalkan tempat itu dengan cepat. Di belakang mereka terdengar suara tertawa Ni Mindi Jalurkbalen.
"Kalian mau lari ke mana? Tubuh kalian sudah kena asap wesi kuning! Jangan harap umur kalian lebih panjang dari sepeminum teh!".
Ucapan itu ditutup dengan suara batuk-batuk si nenek. Benda yang dipecahkannya tadi adalah sebuah bola kuning yang berisi racun wesi kuning yang amat jahat. Jangankan tercium, sedikit saja kulit bersentuhan dengan racun yang meresap dalam asap tersebut, niscaya sekujur kulit akan menjadi cacat dan orangnya akan menemui kematian dalam tempo sepeminuman teh dengan keadaan tubuh yang mengerikan karena kulitnya mengelupas. Dengan mengeluarkan senjata pembunuh yang dahsyat itu Ni Mini Jalurkbalen telah memutuskan untuk bunuh diri dan sekaligus yakin bahwa kedua muridnya yang murtad tupun ikut menemui ajal. Namun sampai matinya nenek-nenek yang bergelar Si Walet Sakti ini tidak nengetahui bahwa maksudnya itu menemui kegagalan. Pengorbanannya sia-sia belaka!
Dengan mempergunakan ilmu lompatan "katak sakti melompati gunung", Nilamaharani dan adiknya berhasil keluar dari kepungan asap beracun. Begitu keluar dari bahaya maut tersebut mereka menyaksikan bagaimana pakaian yang mereka pakai robe krobek akibat asap beracun sedang kulit mereka melepuh, mengelupas merah laksana binatang dikuliti dan sakitnya tidak terperikan.
"Percepat larimu, Dewi!" seru Nilamaharani. "Kalau kita terlambat sampai ke goa celakalah kita!"
"Obat pemusnah racun itu masih kau simpan di tempat dulu?" tanya Nilamahadewi.
Suaranya bergetar oleh kekawatiran dan karena menahan sakit yang menyelimuti sekujur tubuhnya.
"Hem…" jawab Nilamaharani berguman. Meski ilmunya lebih tinggi satu tingkat dari adiknya namun dia tidak sanggup menahan rasa sakit akibat racun wesi kuning. Tak lama kemudian keduanya sampai di goa rahasia tempat kediaman mereka. Nilamaharani masuk ke dalam kamar. Dengan kuku jarinya yang panjang runcing dicungkilnya batu mar-mar pada dinding sebelah kanan kamar. Terlihatlah sebuah benda hitam berbentuk tombo! Gadis ini menekan tombol itu dan sesaat kemudian dinding di samping, kiri terbuka secara aneh. Pada celah yang terbuka itu kelihatanlah sebuah ruangan berkotak-kotak seperti sebuah lemari. Semuanya ada tiga kotak. Pada kotak sebelah bawah terdapat setumpukan pakaian dan perhiasan, kotak kedua berbagai macam senjata, sedang kotak teratas bersusun berbagai macam botol. Nilamaharani berjingkat dan setelah meneliti susunan botol-botol yang ada di kotak teratas, lalu di ambilnya dua buah botol. Botol pertama berisi cairan berwarna kuning muda, botol yang satu lagi berisi cairan kuning tua dan kental.
Sementara itu tanpa di suruh Nilamahadewi telah menyiapkan empat gelas air putih. Kakaknya kemudian menuangkan masing-masing tiga tetes cairan kuning muda ke dalam dua buah gelas, lalu diaduk rata-rata dan diteguk sampai habis oleh kedua gadis itu. Rasa sakit yang menyelubungi mereka dengan serta merta berangsur lenyap. Kini tinggal kulit tubuh yang masih mengelupas merah mengerikan. Tiga tetes cairan kuning pekat kemudian dimasukkan ke dalam dua buah gelas dan diaduk rata. Kedua gadis itu kemudian melangkah ke sudut kamar sebelah kiri. Nilamaharani menginjak sebuah batu mar-mar di lantai dan di sampingnya terbukalah sebuah lobang yang merupakan tangga menuju ke sebuah kolam yang bagus sekali. Dua gelas air yang telah dicampur dengan obat kuning pekat dimasukkan ke dalam kolam. Kelihatanlah dua gelungan asap membumbung ke langit-langit ruangan, baunya anyir.Tanpa menunggu lebih lama dua kakak beradik itu menceburkan dirinya ke dalam gulungan asap kuning tersebut. Beberapa saat kemudian asap kuning itupun sirna. Kini kelihatanlah kedua orang gadis itu dalam keadaan basah kuyup. Tapi ajaib, sekujur kulit tubuh mereka yang tadi terkelupas merah kini telah kembali seperti sediakala!
Mereka melompat dari dalam kolam.
"Untung sekali guru kita Iblis Penggoncang Bumi memberikan obat-obat itu tempo hari. Kalau tidak tamatlah riwayat kita …." kata Nilamahadewi.
"Jangan keburu berbesar hati!" potong kakaknya. "Kita masih belum keluar dari bahaya maut! Kita harus bersemedi selama tiga hari untuk mengeluarkan sisa-sisa racun wesi kuning dari paru-paru kita!"
Kedua gadis itu naik ke tingkat atas kembali. Setelah memasukkan botol-botol obat dan menutup celah yang merupakan lemari itu, maka keduanya mencari tempat untuk mulai bersemedi selama tiga hari. Begitulah dahsyatnya racun wesi kuning. Bagaimana dengan Ni Mindi Jalurkbalen? Orang tua yang malang ini terpaksa meregang nyawa di puncak bukit tanpa mengetahui bahwa pengorbanan yang dilakukannya adalah sia-sia belaka.
***

Next ...
Bab 7

Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 00424
 

Related Posts :

0 Response to "Sepasang Iblis Betina Bab 6"

Posting Komentar