Jabang Bayi Dalam Guci Bab 3

WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito

Episode 185
Jabang Bayi Dalam Guci


TIGA
KOBARAN api yang menyelimuti mahluk aneh di atas atap Istana langsung padam. Sosoknya kini terlihat berupa. Mahluk ini tampak menggigil hebat akibat hantaman hawa dingin luar biasa. Rahang menggembung geraham bergemeletakan. Dia berusaha berusaha menggerakkan tangan dan kaki tapi tidak mampu. Sekujur aurat dan anggota badan membeku.
Rambut dan sepasang alis berjingkrak kaku! Ujud yang serba merah dengan cepat diselubungi cairan putih membeku. Sepasang mata walau membeliak besar namun tak dapat melihat karena tertutup cairan putfh luar biasa dingin! Sekujur tubuh kepulkan uap aneh!
Selagi mahluk itu terhuyung-huyung Wiro kirim tendangan kilat ke arah dada. Tendangan ini bukan tendangan biasa karena dilakukan dengan memakai jurus Kilat Menyambar Puncak Gunung dan dialiri aji kesaktian Harimau Dewa.
Tak ampun mahluk api mencelat mental dari atas atap, jatuh ke tanah. Hebatnya ketika jatuh ke tanah dia masih bisa berdiri di atas dua kaki dan menggembor garang. Namun hanya sebentar. Begitu darah menyembur dari mulut , mahluk ini langsung roboh tergelimpang di tanah dengan mata mencelet dan tak berkutik lagi. Ketika lapisan putih leleh dari sekujur tubuh maka kelihatanlah sosok dan tampang asli sang mahluk.
Ternyata mahluk ini adalah seorang lelaki muda berkulit hitam, muka bulat, hidung besar pesek.
Kumara Gandamayana yang melompat memeriksa keadaan orang itu mengusap dagu. Dalam hati orang tua ini berkata.
"Ada yang menyusupkan Ilmu jahat pada orang tak berdosa ini lalu mengendalikan dari jauh. Dia mungkin orang desa yang tidak tahu apa-apa." Si kakek memandang berkeliling lalu cepat kembali ke dekat pintu gerbang dlmana Raja dan yang lain-lainnya berada.
Selagi Wiro menendang mental lawan di atas atap, pada dua sudut tembok yang mengelilingi halaman Istana dan dua pohon beringin besar dimana tadi lenyapnya empat dari lima cahaya merah bertepi hitam, tiba-tiba kelihatan mendekam masing-masing satu mahluk yang tubuhnya dlkobari api. Didahului lolongan keras dua mahluk menyerbu ke arah pintu gerbang halaman Istana. Berkelebat ke balik tembok tinggi dimana Raja Mataram berada. Dua mahluk lainnya turun ke bawah pohon beringin, bicara berbisik-bisik. Yang seorang berkata.
"Jahanam di atas atap dia memiliki Ilmu pelumpuh yang bisa mengeluarkan selubung cairan sekeras salju membeku! Untung kita dibekali Minyak Cengkih Penangkal Bala. Lekas lumuri sekujur tubuh mulai dari rambut sampai ke kaki!" Saat itulah kawan mereka yang bertarung di atas atap Istana dihantam roboh oleh tendangan Wiro hingga mental dan jatuh ke halaman Istana.
Melihat hal ini dua mahluk berselubung kobaran api di bawah pohon Beringin cepat keluarkan sebuah tabung terbuat dari bambu. Penutup tabung dibuka. Isi diguyur ke atas kepala. Benda cair yang bernama Minyak Cengkih Penangkal Bala dilumuri ke atas kepala, wajah, sekujur tubuh sampai ke kaki. Anehnya walau dilumuri cairan minyak kobaran api di tubuh mereka masih terus menyala!
Didahului suara menggembor keras dua mahluk api Ini kemudian melesat ke atas wuwungan Istana, tepat ketika Wiro hendak melompat turun guna melindungi Raja dan keluarganya dari serangan dua mahluk api. Raja saat itu dikawal ketat oleh Kumara Gandamayana, Ratu Randang, Kunti Ambiri dan Sakuntaladewi.
Sementara itu dua belas orang berjubah putih bermuka licin anak buah Raja Jin Hutan Roban yang sebelumnya diperintahkan oleh pimpinan mereka untuk menjemput dan membawa rombongan Raja Mataram ke Kotaraja, berkumpul di salah satu sudut halaman Istana. Salah seorang dari mereka berkata.
"Kita hanya dapat perintah menjemput rombongan Raja Mataram dan membawanya ke sini. Tugas sebenarnya sudah selesai dan kita boleh pergi.
Tapi saat ini Raja Mataram berada dalam keadaan bahaya. Sementara kita tidak dapat perintah untuk melakukan hal lain selain menjemput. Apa yang harus kita lakukan?!"
"Walau tidak ada perintah dari pimpinan, sebaiknya kita membantu mengusir empat mahluk api Itu!" Seorang Jin menyahuti.
"Kalau begitu kita harus bertindak cepat!" Jin muka licin yang bertubuh paling tinggi mengambil keputusan.
‘Wuttt! Sett. ..settt!"
Enam anak buah Raja Jin Hutan Roban melesat keatas Istana sementara enam lainnya ke arah dua mahluk api yang berkelebat ke jurusan pintu gerbang, siap untuk menyerang Raja dan keluarganya.
"Dua mahluk api! Kembali ke ujud kalian semula!"
"Susul teman kalian yang sudah jadi bangkai!"
Dua Jin muka licin berteriak lalu bersama empat temannya dorongkan dua tangan sekaligus ke arah dua mahluk api yang berada di depan mereka. Enam cahaya putih menderu, menebar bau kemenyan!
Dua mahluk api keluarkan suara meraung keras, balikkan badan lalu membalas serangan lawan dengan pukulan tangan kanan yang menebar cahaya merah menyala bertepi hitam.
"Blaarr! Blaarr! Blaarr!"
Dua cahaya merah bertepi hitam saling bentrokan di udara dengan enam cahaya putih. Saking hebatnya bentrokan itu tiang pintu gejbang sebelah kiri roboh, bagian tembok halaman runtuh! Dua kereta hancur berantakan, dua kuda penariknya tergelimpang meringkik keras.
Enam mahluk berjubah putih berseru kaget ketika dapatkan diri mereka tergontai-gontai. Sepasang kaki seperti mau leleh. Dan yang membuat mereka berteriak kaget karena tiba-tiba sekujur jubah mereka sudah dlkobari api. Bagian dlmana seharusnya mulut berada dari Jin muka licin menggembung ke depan lalu terdengar suara meniup keras berulang kali.
Kobaran api yang membakar jubah serta merta padam.
Jubah yang tadi putih kini tampak hangus dan robek di beberapa bagian.
Baru selamat dari serangan di depan sana enam jin muka putih licin melihat dua mahluk api kembali hendak melancarkan serangan. Kali Ini tidak tanggungtanggung karena mereka pergunakan dua tangan sekaligus! Benar saja, sekejapan kemudian empat jalur cahaya merah bertepi hitam berkiblat luar biasa ganas!
"Kita berasal dari api neraka! Mengapa takut pada api dunia! Ha…ha…ha!"
Salah seorang Jin berjubah dan berwajah putih berseru. Lalu dia kembali berteriak.
"Jin Langit Meratap Jin Bumi Menangis!"
Itu adalah salah satu ilmu yang dimiliki anak buah Raja Jin Hutan Roban. Walau hebat namun tingkatannya belum mencapai kesempurnaan. Tiga sosok putih melesat ke udara sambil keluarkan suara seperti orang meratap. Tiga jin lagi lagi jatuhkan diri ke tanah seolaholah hendak amblaskan tubuh. Dari mulut mereka keluar suara layaknya orang menangis! Yang di atas dorongkan telapak tangan ke bawah, tiga yang dibawah mendorong tangan ke atas!
Dua mahluk api tersentak kaget ketika mendadak sontak merasa seperti ada satu tembok besar menekan Kepala mereka ke bawah sementara di sebelah bawah bumi bergetar dan bergerak ke atas! Sosok api mereka laksana digenceti Serangan empat cahaya merah yang mereka lancarkan bergoyang tak karuan lalu tiba-tiba amblas. Dua mahluk api meraung keras. Mereka seolah mengalami kesakitan hebat Pada hal ini adalah tipuan belaka.
Merasa berhasil menghancurkan serangan tiga mahluk api, enam Jin Putih menjadi lengah dalam kegembiraan mereka. Tiba-tiba tidak terduga dua mahluk api melompat dan mengambang melintang di udara. Ini adalah satu cara untuk menghindari gencetan dari atas dan tekanan dari bawah dibanding jika mereka tetap berdiri. Tubuh kembali mulur panjang seperti semula. Keduanya sentakkan tangan kiri kanan. Empat larik sinar hitam yang sebelumnya berada di dua sisi cahaya merah tiba-tiba muncul kembali dan dengan kecepatan kilat greekk…greekk…greekk!
Delapan larik tali hitam bukan hanya melibat enam Jin muka licin hingga tak mampu bergerak tapi sekaligus merupakan benda tajam aneh yang memotong putus tubuh mereka hingga terkutung-kutung di delapan bagian.
Semua orang menyaksikan kejadian yang luar biasa mengerikan itu dengan tengkuk dingin dan jantung serasa copot. Permaisuri dan beberapa perempuan menjerit dan menutup muka. Enam Jin muka licin keluarkan suara menggerung. Walau tubuh mereka terkutung-kutung tapi tak ada darah yang menyembur.
Tak ada isi perut yang berbusalan.
Kutungan tubuh berubah menjadi asap merah lalu lenyap tak berbekas. Enam Jin muka licin yang masih hidup berteriak marah tapi mereka tidak berani berbuat apa-apa.
Dua mahluk api tertawa bergelak. Tiba-tiba mereka membalikkan tubuh ke arah tembok Istana di sisi kiri pintu gerbang yang roboh. Dua pasang mata merah mendelik besar menatap ke arah tempat Raja Mataram berada. Rakai Kayuwangl sendiri saat itu sudah bersiap diri dengan keris Widuri Bulan di tangan kanan. Sementara Kumara Gandamayana, Kunti Amblri, Ratu Randang dan Sakuntaladewi yang sejak tadi berjaga-jaga berjajar berkeliling siap melindungi Raja dan keluarganya.
Tiba-tiba dua mahluk api memekik keras, dua lutut ditekuk, empat tangan dipukulkan ke depan secara berbarangan!
***

Jabang Bayi Dalam Guci Bab 4

Pustaka Ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245

Related Posts :

0 Response to "Jabang Bayi Dalam Guci Bab 3"

Posting Komentar