WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 185
Jabang Bayi Dalam Guci
EMPAT
KETIKA melihat Raja dalam bahaya Pendekar 212 segera melompat dari atas atap Istana sambil melepas Pukulan Angin Es ke arah dua mahluk api yang menyerang. Namun jarak terlalu jauh.
Selain itu di saat bersamaan dua mahluk api lainnya telah melesat ke udara langsung menyerang dirinya.
"Wusss!"
Dua lidah api berkiblat Dua mahluk api runcingkan mulut meniup.
Dua semburan api menderu menyusul dua lidah api sebelumnya. Kalau dua lidah api pertama melesat ke arah atas kepala Wiro maka dua semburan api rnenyambar ke bagian kaki.
"Kurang ajar. Dua bangsat itu tidak memberi Kesempatan. Mereka membuat serangan mengunci hingga aku tidak bisa melompat ke atas atau terjun ke bawahl Mereka benar-benar inginkan nyawaku! Mereka tidak tahu. Di dalam kecerdikan ada akal”
Wiro menjejak dua kaki. Tubuhnya naik ke atas lalu mengambang sama datar dengan bagian tertinggi atap Istana. Begitu lidah api lewat dialas dan dibawah tubuhnya secepat kilat tangan kanan menggebrak melepas Pukulan Angin Es ke arah tiga mahluk api.
Kepulan asap putih menebar hawa luar biasa dingin menderu. Dalam jarak yang begitu dekat apa lagi tengah melesat ke udara, dua mahluk api tidak mampu mengelak atau menangkis.
"Dess Desss!"
Hawa dingin menyambar dan menggulung tubuh dua mahluk api. Keduanya tampak sempoyongan seperti mau terjungkal dari atas atap. Namun dengan cepat mereka mampu mengimbangi diri. Yang membuat Wiro terkejut, Pukulan Angin Es kali ini tidak membuat api yang menyelubungi tubuh dua lawan menjadi padam, apa lagi melumpuhkan mereka dengan selubung cairan putih dingin menyerupai salju.
Padahal sebelumnya satu mahluk api telah dibuat tak berdaya dengan pukulan yang sama. Ini bukan lain karena kesaktian cairan pelindung berupa Minyak Cengkih Penangkal Bala.
Dua mahluk api tertawa bergelak seolah mengejek.
Lalu berbarangan mereka berteriak.
"Nyawa! Nyawamu! Kami minta nyawamu pengganti nyawa sahabat kami yang kau bunuh!" Dua mahluk api lalu memutar tangan masing-masing dalam gerakan aneh. Empat lidah api yang tadi gagal menghantam sasaran kini seperti dibetot tiba-tiba berbafik, berubah membuntal laksana ombak melabrak ke arah Pendekar 212.
"Gila!" Rutuk Pendekar 212. "Dua Setan Alas Kalian susul saja keparat sahabat kalian itu" Teriak Wiro.
Tenaga dalam dikerahkan penuh.Tangan kiri bergerak melepas Pukulan Benteng Topan Melanda Samudera yang merupakan serangan sekaligus membentengi diri. Lalu dalam waktu bersamaan tangan kanan hantamkan Pukulan Dewa Topan Menggusur Gunung.
Dentuman dahsyat menggelegar di udara. Empat lidah api tercabik mental ke udara. Terdengar teriakanteriakan garang penasaranl Memandang ke depan Wiro tidak melihat lagi dua mahluk api Itul Mendadak dia merasa ada sambaran angin disertai suara mendesir. Wiro mendongak ke atas. Astaga!
Empat benda aneh berbentuk tali hitam melesat ke arah Wiro dalam gerak luar biasa cepat Empat tali yang memiliki kekuatan laksana kawat baja Ini berasal dari dua cahaya merah serangan pukulan tiga mahluk api.
Walau dua cahaya merah berhasil dibuat musnah tercabik-cabik namun empat alur hitam yang mengapitnya tidak mampu dihancurkan. Tali hitam Inilah yang sebelumnya telah membabat buntung tubuh enam Jin muka licin! Wiro menyaksikan sendiri kejadian mengerikan Itu! Dan kini agaknya dia akan mengalami nasib yang sama!
"Wutttt!"
"Bettt! Bettt! Bettt!
Empat tali hitam dengan cepat melibat sosok Wiro mulai dari leher, tubuh sampai betis! Dua mahluk api saling memberi isyarat, siap untuk menyentakkan empat tali maut yang memiliki kekuatan laksana seutas baja serta ketajaman seperti pedang tipis bermata dua!"Gusti Allah! Kalau memang belum saatnya mati maka selamatkan diri saya! Kalau memang ajal sudah di depan mata, saya pasrah datang menghadapMu!"
Wiro berseru lalu menyambung ucapan dengan rapalan aji kesaktian ilmu Belut Menyusup Tanah. Bersamaan dengan itu, karena dua tangannya sudah dilibat empat tali hitam dan tidak mungkin dipergunakan untuk melepas pukulan, dengan cepat Wiro alirkan sebagian tenaga dalam dan hawa sakti ke kepala sambil sepasang mata dipentang.
Aji kesaktian Belut Menyusup Tanah membuat sekujur tubuh Wiro mulai dari kepala sampai ujung kaki menjadi selicin belut berselubung minyak. Sosok Wiro meluncur kebawah, lolos dari libatan empat tali hitam. Bersamaan dengan itu dari sepasang matanya mencuat keluar dua larik cahaya hijau yang saling bersilang. Laksana sebuah gunting raksasa dua cahaya hijau membabat ke arah tiga mahluk api. Ilmu Sepasang Pedang Dewa.
"Crasssl Crasss!"
Raungan seperti lolongan anjing menggelegar di atas atap bangunan Istana. Dua sosok mahluk api terkutung dua, jatuh menggelinding di atas atap lalu jatuh bergedebuk di halaman samping. Api yang mengobarl tubuh mereka lenyap. Dua sosok yang terkutung mengerikan itu berubah ke ujud asli dan berselubung warna hijau pekat Dari wajah ke dua orang itu, walau sudah berubah hijau namun masih bisa disaksikan kalau mereka adalah anak-anak muda berusia belasan tahuni Sungguh sangat mengenaskan!
Ketika lolos dari libatan empat tali maut, sosok Wiro yang diselimuti aji kesaktian Belut Menyusup Tanah meluncur deras ke bawah dan mau tak mau menghantam atap bangunan Istana tanpa bisa dicegah.
"Braaakkk!"
Atap jebol. Tubuh Pendekar 212 terperosok masuk ke dalam Istana, jatuh setengah berlutut di lantai batu pualam.
"Gusti Allah! Terima kasih Kau masih memberi umur panjang pada saya!"
Baru saja Pendekar 212 keluarkan ucapan puji syukur seperti itu tiba-tiba dari sudut ruangan terdengar suara desahan nafas. Sebuah benda meluncur dan berhenti di hadapannya. Benda itu ternyata sebuah bintang kecil bersudut lima berwarna merah pekat, terbuat dari perunggu.
Wiro palingkan kepala ke arah sudut ruangan dari mana tadi datangnya benda berbentuk bintang.
Disudut sana dia melihat satu sosok samar mengenakan jubah berwarna hijau. Di atas kepalanya ada sebuah benda memancarkan cahaya kuning yang tidak jelas apakah topi, belangkon atau mahkota.
Wiro cepat berdiri dan membentak sambil tangan siap melepas pukulan jarak jauh.
"Siapa?!" Wiro membentak. Mata menatap tak berkesip, otak berpikir coba mengenali siapa adanya mahluk di sudut ruangan.
Suara jawaban yang didengar Wiro hanya berupa suara mengiang di kedua telinganya.
"Cepat ambil bintang merah bersudut lima.
Simpan baik-baik. Jangan bunuh mahluk api ke lima.
Jika Raja sudah terselamatkan tancapkan bintang merah ke dalam batok kepala mahluk api ke lima!"
Wiro memandang seputar ruangan lalu kembali menatap ke arah sosok samar hijau. "Aku tidak mengerti apa maksudmu! Kau siapa! Punya niat baik atau jahat!"
Kali ini tidak ada suara jawaban. Sosok samar hijau di sudut ruangan berputar laksana gasing lalu wuuss! Sosok itu lenyap amblas ke lantai ruangan yang terbuat dari batu pualam. Wiro ambil benda berbentuk bintang merah lalu melangkah cepat ke sudut ruangan dimana tadi mahluk samar hijau berada. Di lantai ruangan dia melihat ada sebuah lobang sangat dalam.
"Terowongan Arwah!" Ucap Pendekar 212.
"Apakah mahluk tadi bukannya Penguasa Atap Langit Bagaimana dia tahu-tahu bisa berada di sini?"
Wiro tidak dapat berpikir dan menduga-duga lebih lama. Di luar sana terdengar suara teriakan-teriakan riuh dan ringkikan kuda berulang kali. Benda berbentuk bintang sudut dimasukkan ke balik pakaian. Tidak sengaja benda Itu disisipkan di bagian yang sama dimana sebelumnya Wiro menyimpan delapan bunga Matahari kecil.
"Ihhhh! Jangan satukan kami dengan mahluk najis bau amis ini!" Tiba-tiba terdengar jeritan halus.
"Ampun! Hueekkk! Aku mau muntah!"
Wiro terperangah. Delapan bunga Matahari kecil.
Delapan Pocong Menari! Wiro cepat-cepat keluarkan benda berbentuk bintang lalu dipindah dan dimasukkan pada sebuah celah di sabuk kulit yang melilit di pinggang.
Tidak menunggu lebih lama dia kemudian segera keluar dan dalam ruangan. Begitu keluar dari dalam Istana Wiro melihat di pintu gerbang yang telah runtuh melesat empat larik cahaya merah bertepi hitam.
Berarti dua mahluk api sudah melancarkan serangan.
Walau dia melihat ada Kumara Gandamayana, Ratu Kandang, Kunti Ambiri dan Dewi Kaki Tunggal sakuntaladewi, namun apakah mereka sanggup menghadapi serangan lawan dan sekaligus mampu melindungi Raja?
Cerdiknya dua mahluk api membagi serangan sedemikian rupa hingga benar-benar membuat terkejut Wiro dan mereka yang melindungi Raja serta keluarganya.
***
Selain itu di saat bersamaan dua mahluk api lainnya telah melesat ke udara langsung menyerang dirinya.
"Wusss!"
Dua lidah api berkiblat Dua mahluk api runcingkan mulut meniup.
Dua semburan api menderu menyusul dua lidah api sebelumnya. Kalau dua lidah api pertama melesat ke arah atas kepala Wiro maka dua semburan api rnenyambar ke bagian kaki.
"Kurang ajar. Dua bangsat itu tidak memberi Kesempatan. Mereka membuat serangan mengunci hingga aku tidak bisa melompat ke atas atau terjun ke bawahl Mereka benar-benar inginkan nyawaku! Mereka tidak tahu. Di dalam kecerdikan ada akal”
Wiro menjejak dua kaki. Tubuhnya naik ke atas lalu mengambang sama datar dengan bagian tertinggi atap Istana. Begitu lidah api lewat dialas dan dibawah tubuhnya secepat kilat tangan kanan menggebrak melepas Pukulan Angin Es ke arah tiga mahluk api.
Kepulan asap putih menebar hawa luar biasa dingin menderu. Dalam jarak yang begitu dekat apa lagi tengah melesat ke udara, dua mahluk api tidak mampu mengelak atau menangkis.
"Dess Desss!"
Hawa dingin menyambar dan menggulung tubuh dua mahluk api. Keduanya tampak sempoyongan seperti mau terjungkal dari atas atap. Namun dengan cepat mereka mampu mengimbangi diri. Yang membuat Wiro terkejut, Pukulan Angin Es kali ini tidak membuat api yang menyelubungi tubuh dua lawan menjadi padam, apa lagi melumpuhkan mereka dengan selubung cairan putih dingin menyerupai salju.
Padahal sebelumnya satu mahluk api telah dibuat tak berdaya dengan pukulan yang sama. Ini bukan lain karena kesaktian cairan pelindung berupa Minyak Cengkih Penangkal Bala.
Dua mahluk api tertawa bergelak seolah mengejek.
Lalu berbarangan mereka berteriak.
"Nyawa! Nyawamu! Kami minta nyawamu pengganti nyawa sahabat kami yang kau bunuh!" Dua mahluk api lalu memutar tangan masing-masing dalam gerakan aneh. Empat lidah api yang tadi gagal menghantam sasaran kini seperti dibetot tiba-tiba berbafik, berubah membuntal laksana ombak melabrak ke arah Pendekar 212.
"Gila!" Rutuk Pendekar 212. "Dua Setan Alas Kalian susul saja keparat sahabat kalian itu" Teriak Wiro.
Tenaga dalam dikerahkan penuh.Tangan kiri bergerak melepas Pukulan Benteng Topan Melanda Samudera yang merupakan serangan sekaligus membentengi diri. Lalu dalam waktu bersamaan tangan kanan hantamkan Pukulan Dewa Topan Menggusur Gunung.
Dentuman dahsyat menggelegar di udara. Empat lidah api tercabik mental ke udara. Terdengar teriakanteriakan garang penasaranl Memandang ke depan Wiro tidak melihat lagi dua mahluk api Itul Mendadak dia merasa ada sambaran angin disertai suara mendesir. Wiro mendongak ke atas. Astaga!
Empat benda aneh berbentuk tali hitam melesat ke arah Wiro dalam gerak luar biasa cepat Empat tali yang memiliki kekuatan laksana kawat baja Ini berasal dari dua cahaya merah serangan pukulan tiga mahluk api.
Walau dua cahaya merah berhasil dibuat musnah tercabik-cabik namun empat alur hitam yang mengapitnya tidak mampu dihancurkan. Tali hitam Inilah yang sebelumnya telah membabat buntung tubuh enam Jin muka licin! Wiro menyaksikan sendiri kejadian mengerikan Itu! Dan kini agaknya dia akan mengalami nasib yang sama!
"Wutttt!"
"Bettt! Bettt! Bettt!
Empat tali hitam dengan cepat melibat sosok Wiro mulai dari leher, tubuh sampai betis! Dua mahluk api saling memberi isyarat, siap untuk menyentakkan empat tali maut yang memiliki kekuatan laksana seutas baja serta ketajaman seperti pedang tipis bermata dua!"Gusti Allah! Kalau memang belum saatnya mati maka selamatkan diri saya! Kalau memang ajal sudah di depan mata, saya pasrah datang menghadapMu!"
Wiro berseru lalu menyambung ucapan dengan rapalan aji kesaktian ilmu Belut Menyusup Tanah. Bersamaan dengan itu, karena dua tangannya sudah dilibat empat tali hitam dan tidak mungkin dipergunakan untuk melepas pukulan, dengan cepat Wiro alirkan sebagian tenaga dalam dan hawa sakti ke kepala sambil sepasang mata dipentang.
Aji kesaktian Belut Menyusup Tanah membuat sekujur tubuh Wiro mulai dari kepala sampai ujung kaki menjadi selicin belut berselubung minyak. Sosok Wiro meluncur kebawah, lolos dari libatan empat tali hitam. Bersamaan dengan itu dari sepasang matanya mencuat keluar dua larik cahaya hijau yang saling bersilang. Laksana sebuah gunting raksasa dua cahaya hijau membabat ke arah tiga mahluk api. Ilmu Sepasang Pedang Dewa.
"Crasssl Crasss!"
Raungan seperti lolongan anjing menggelegar di atas atap bangunan Istana. Dua sosok mahluk api terkutung dua, jatuh menggelinding di atas atap lalu jatuh bergedebuk di halaman samping. Api yang mengobarl tubuh mereka lenyap. Dua sosok yang terkutung mengerikan itu berubah ke ujud asli dan berselubung warna hijau pekat Dari wajah ke dua orang itu, walau sudah berubah hijau namun masih bisa disaksikan kalau mereka adalah anak-anak muda berusia belasan tahuni Sungguh sangat mengenaskan!
Ketika lolos dari libatan empat tali maut, sosok Wiro yang diselimuti aji kesaktian Belut Menyusup Tanah meluncur deras ke bawah dan mau tak mau menghantam atap bangunan Istana tanpa bisa dicegah.
"Braaakkk!"
Atap jebol. Tubuh Pendekar 212 terperosok masuk ke dalam Istana, jatuh setengah berlutut di lantai batu pualam.
"Gusti Allah! Terima kasih Kau masih memberi umur panjang pada saya!"
Baru saja Pendekar 212 keluarkan ucapan puji syukur seperti itu tiba-tiba dari sudut ruangan terdengar suara desahan nafas. Sebuah benda meluncur dan berhenti di hadapannya. Benda itu ternyata sebuah bintang kecil bersudut lima berwarna merah pekat, terbuat dari perunggu.
Wiro palingkan kepala ke arah sudut ruangan dari mana tadi datangnya benda berbentuk bintang.
Disudut sana dia melihat satu sosok samar mengenakan jubah berwarna hijau. Di atas kepalanya ada sebuah benda memancarkan cahaya kuning yang tidak jelas apakah topi, belangkon atau mahkota.
Wiro cepat berdiri dan membentak sambil tangan siap melepas pukulan jarak jauh.
"Siapa?!" Wiro membentak. Mata menatap tak berkesip, otak berpikir coba mengenali siapa adanya mahluk di sudut ruangan.
Suara jawaban yang didengar Wiro hanya berupa suara mengiang di kedua telinganya.
"Cepat ambil bintang merah bersudut lima.
Simpan baik-baik. Jangan bunuh mahluk api ke lima.
Jika Raja sudah terselamatkan tancapkan bintang merah ke dalam batok kepala mahluk api ke lima!"
Wiro memandang seputar ruangan lalu kembali menatap ke arah sosok samar hijau. "Aku tidak mengerti apa maksudmu! Kau siapa! Punya niat baik atau jahat!"
Kali ini tidak ada suara jawaban. Sosok samar hijau di sudut ruangan berputar laksana gasing lalu wuuss! Sosok itu lenyap amblas ke lantai ruangan yang terbuat dari batu pualam. Wiro ambil benda berbentuk bintang merah lalu melangkah cepat ke sudut ruangan dimana tadi mahluk samar hijau berada. Di lantai ruangan dia melihat ada sebuah lobang sangat dalam.
"Terowongan Arwah!" Ucap Pendekar 212.
"Apakah mahluk tadi bukannya Penguasa Atap Langit Bagaimana dia tahu-tahu bisa berada di sini?"
Wiro tidak dapat berpikir dan menduga-duga lebih lama. Di luar sana terdengar suara teriakan-teriakan riuh dan ringkikan kuda berulang kali. Benda berbentuk bintang sudut dimasukkan ke balik pakaian. Tidak sengaja benda Itu disisipkan di bagian yang sama dimana sebelumnya Wiro menyimpan delapan bunga Matahari kecil.
"Ihhhh! Jangan satukan kami dengan mahluk najis bau amis ini!" Tiba-tiba terdengar jeritan halus.
"Ampun! Hueekkk! Aku mau muntah!"
Wiro terperangah. Delapan bunga Matahari kecil.
Delapan Pocong Menari! Wiro cepat-cepat keluarkan benda berbentuk bintang lalu dipindah dan dimasukkan pada sebuah celah di sabuk kulit yang melilit di pinggang.
Tidak menunggu lebih lama dia kemudian segera keluar dan dalam ruangan. Begitu keluar dari dalam Istana Wiro melihat di pintu gerbang yang telah runtuh melesat empat larik cahaya merah bertepi hitam.
Berarti dua mahluk api sudah melancarkan serangan.
Walau dia melihat ada Kumara Gandamayana, Ratu Kandang, Kunti Ambiri dan Dewi Kaki Tunggal sakuntaladewi, namun apakah mereka sanggup menghadapi serangan lawan dan sekaligus mampu melindungi Raja?
Cerdiknya dua mahluk api membagi serangan sedemikian rupa hingga benar-benar membuat terkejut Wiro dan mereka yang melindungi Raja serta keluarganya.
***
Pustaka Ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Jabang Bayi Dalam Guci Bab 4"
Posting Komentar