WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 185
Jabang Bayi Dalam Guci
LIMA
EMPAT sambaran lidah api menderu ke arah Kumara Gandamayana, Ratu Randang, Kunti Ambiri dan Sakuntaladewi. Selagi ketiga orang ini berusaha menghindar sambil balas menghantam dengan pukulan sakti, delapan larik tali hitam yang berasal dari dua tepi pada empat sinar merah didahului suara menggelegar menderu ke arah Raja Mataram dan keluarganya.
Raja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala cepat babatkan Keris Wlduri Bulan di tangan kanan. Selarik sinar putih berbentuk kipas raksasa membabat di udara.
"Traangg!"
Keris sakti terlepas dari genggaman Raja, terpental jatuh ke tanah, berubah menjadi besi melengkung hitam gosong! Dua tali hitam musnah namun sisanya yang enam terus menggebubu ke arah Raja dan keluarganya yang saat itu terkapar dan bergeletakan di tanah.
Raja Mataram berteriak keras ketika melihat empat tali hitam menyerang ke arahnya sementara dua lagi bergulung ganas menuju permaisuri dan puteraputerinya.
Dua orang Abdi Dalem yang hanya memiliki Ilmu silat luar berusaha melindungi Raja dan keluarganya dengan cara nekad yaitu hamburkan diri monyosong serangan tali-tali hitam.
"Bett! Bett! Crasss!"
Tubuh kedua Abdi Dalem itu bertebaran ditanah dalam bentuk kutungan-kutungan mengerikan dan berwarna hitam gosong!
Di saat yang begitu genting Raja berupaya mellndungi diri dan keluarganya dengan pukulan sakti Payung Dewa Mengguncang Badai. Cahaya ungu seperti payung terkembang muncul di udara. Dua lagi serangan tali hitam dapat dimusnahkan. Namun tidak terduga salah seorang mahluk api melesat melewati reruntuhan tombok dan kirimkan satu tendangan ke tangan Raja yang tengah melancarkan pukulan sakti.
"Kraakk!"
Raja Mataram mengeluh tinggi. Tubuh kembali terbanting ke tanah, lengan kanan patah dihantam tendangan! Dalam keadaan seperti Itu dua tali hitam masih terus menderu ke arahnya!
"Celaka! Selamatkan Raja!" Teriak Ratu Randang sementara dia dan yang lain-lain berusaha menahan hantaman empat ildah api dengan serangan balasan.
Kumara Gandamayana lemparkan sorban kelabunya berusaha menahan serangan empat tali hitam namun sorban musnah tercabik-cabik lalu musnah jadi debu!
Dari arah Istana Wiro berniat melepas Pukulan Sinar Matahari ke arah dua mahluk api. Namun dia merasa bimbang karena keberadaan dua mahluk api itu dekat sekali dan dalam satu garis lurus dengan kedudukan Raja serta para sahabat. Akhirnya Wiro membuat gerakan berjungkir balik, tubuh melesat ke kiri lalu dari arah samping ini dia baru dapat melepas Pukulan Sinar Matahari. Cahaya putih menyilaukan disertai hamparan hawa luar bias panas berkiblat!
Di saat yang bersamaan dari arah depan Ratu Rendang Kunti Ambin serta Sakuntaladewi sama-sama pula melepas pukulan sakti menghantam empat lidah api. Dengan demikian keberadaan dan keselamatan Raja Mataram beserta keluarganya telah terlupakan!
Justru hal inilah yang rupanya sengaja diciptakan oleh dua mahluk api walau maksud jahat mereka itu akhirnya mengalami kesia-siaan!
Udara di tempat itu dilanda gelegar letusan luar biasa dahsyat. Dua mahluk api terkapar di tanah Kobaran api yang menyelubungi mereka tak kelihatan lagi. Kini terlihat sosok mereka berupa dua pemuda dengan sekujur badan hangus mengelupas. Ternyata mereka masih hidup. Mengerang panjang dan menggeliat-geliat Melihat hal Ini Kunti Ambiri yang tidak sabaran langsung saja melompat dan tendang kepala salah satu dari dua orang itu hingga pecah dan tubuh mencelat mental. Ketika Kunti Ambiri hendak menendang kepala pemuda yang kedua Wiro cepat berteriak.
"Jangan bunuh yang satu itu! Lekas selamatkan Raja"
Kunti Ambiri merasa heran mengapa Wiro melarang dia membunuh mahluk jahat itu. Namun gadis alam roh ini Ini mendadak sadar kalau saat Itu Raja Mataram beserta keluarganya tidak lagi terlindungi "Edani Kenapa kita semua berlaku tolol melupakan Raja" Teriak Ratu Randang. Bersama sakuntaladewi nenek ini berkelebat ke arah pintu gerbang.
Dalam keadaan luar biasa genting dimana tidak ada lagi kesempatan untuk menolong Raja dan keluarganya dari serangan empat tali hitam, tiba-tiba dari arah tembok Istana sebelah selatan melesat orang berpakaian hijau, rambut tergerai lepas mengambang di udara saking luar biasa cepat gerakannya. Di punggungnya orang ini membekal sebuah buntalan kain hitam. Sambil melesat di udara dia berseru.
"Petir hitam! Mana mungkin ada di dunia ini! Tapi aku melihat dengan mata kepala sendiri! Luar biasa!
Mengapa para sahabat tidak mau memberi tahu sebelumnya kalau d sini ada petir anehi Hik…hik…hik!"
Suara yang berseru adalah suara perempuan. Sosok yang melesat di udara berjungkir balik satu kali lalu wutttt! Tahu-tahu dia sudah menghadang di depan empat tali hitam.
"Petir hitam di malam buta! Ada empat! Weehhh! Aku suka"
Lalu sulit dipercaya tetapi nyata, orang berpakaian hijau kembangkan dua tangan. Dengan gerakan aneh dia berhasil menangkap ujung delapan tali hitam lalu dengan kecepatan luar biasa dia melesat ke udara sambil membuntal delapan tali hitam yang disangkanya petir.
"Jaka Pesolek!"
Kunti Ambiri dan Sakuntaladewi sama berseru berbarengan!
hik…hikl Ini memang aku! Tapi jangan bicara dulu!
Aku lagi asyik! Ini petir paling aneh yang pernah aku lihat seumur hidup!" Orang yang membuntal empat tali maut hitam berteriak menyahuti!
***
Raja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala cepat babatkan Keris Wlduri Bulan di tangan kanan. Selarik sinar putih berbentuk kipas raksasa membabat di udara.
"Traangg!"
Keris sakti terlepas dari genggaman Raja, terpental jatuh ke tanah, berubah menjadi besi melengkung hitam gosong! Dua tali hitam musnah namun sisanya yang enam terus menggebubu ke arah Raja dan keluarganya yang saat itu terkapar dan bergeletakan di tanah.
Raja Mataram berteriak keras ketika melihat empat tali hitam menyerang ke arahnya sementara dua lagi bergulung ganas menuju permaisuri dan puteraputerinya.
Dua orang Abdi Dalem yang hanya memiliki Ilmu silat luar berusaha melindungi Raja dan keluarganya dengan cara nekad yaitu hamburkan diri monyosong serangan tali-tali hitam.
"Bett! Bett! Crasss!"
Tubuh kedua Abdi Dalem itu bertebaran ditanah dalam bentuk kutungan-kutungan mengerikan dan berwarna hitam gosong!
Di saat yang begitu genting Raja berupaya mellndungi diri dan keluarganya dengan pukulan sakti Payung Dewa Mengguncang Badai. Cahaya ungu seperti payung terkembang muncul di udara. Dua lagi serangan tali hitam dapat dimusnahkan. Namun tidak terduga salah seorang mahluk api melesat melewati reruntuhan tombok dan kirimkan satu tendangan ke tangan Raja yang tengah melancarkan pukulan sakti.
"Kraakk!"
Raja Mataram mengeluh tinggi. Tubuh kembali terbanting ke tanah, lengan kanan patah dihantam tendangan! Dalam keadaan seperti Itu dua tali hitam masih terus menderu ke arahnya!
"Celaka! Selamatkan Raja!" Teriak Ratu Randang sementara dia dan yang lain-lain berusaha menahan hantaman empat ildah api dengan serangan balasan.
Kumara Gandamayana lemparkan sorban kelabunya berusaha menahan serangan empat tali hitam namun sorban musnah tercabik-cabik lalu musnah jadi debu!
Dari arah Istana Wiro berniat melepas Pukulan Sinar Matahari ke arah dua mahluk api. Namun dia merasa bimbang karena keberadaan dua mahluk api itu dekat sekali dan dalam satu garis lurus dengan kedudukan Raja serta para sahabat. Akhirnya Wiro membuat gerakan berjungkir balik, tubuh melesat ke kiri lalu dari arah samping ini dia baru dapat melepas Pukulan Sinar Matahari. Cahaya putih menyilaukan disertai hamparan hawa luar bias panas berkiblat!
Di saat yang bersamaan dari arah depan Ratu Rendang Kunti Ambin serta Sakuntaladewi sama-sama pula melepas pukulan sakti menghantam empat lidah api. Dengan demikian keberadaan dan keselamatan Raja Mataram beserta keluarganya telah terlupakan!
Justru hal inilah yang rupanya sengaja diciptakan oleh dua mahluk api walau maksud jahat mereka itu akhirnya mengalami kesia-siaan!
Udara di tempat itu dilanda gelegar letusan luar biasa dahsyat. Dua mahluk api terkapar di tanah Kobaran api yang menyelubungi mereka tak kelihatan lagi. Kini terlihat sosok mereka berupa dua pemuda dengan sekujur badan hangus mengelupas. Ternyata mereka masih hidup. Mengerang panjang dan menggeliat-geliat Melihat hal Ini Kunti Ambiri yang tidak sabaran langsung saja melompat dan tendang kepala salah satu dari dua orang itu hingga pecah dan tubuh mencelat mental. Ketika Kunti Ambiri hendak menendang kepala pemuda yang kedua Wiro cepat berteriak.
"Jangan bunuh yang satu itu! Lekas selamatkan Raja"
Kunti Ambiri merasa heran mengapa Wiro melarang dia membunuh mahluk jahat itu. Namun gadis alam roh ini Ini mendadak sadar kalau saat Itu Raja Mataram beserta keluarganya tidak lagi terlindungi "Edani Kenapa kita semua berlaku tolol melupakan Raja" Teriak Ratu Randang. Bersama sakuntaladewi nenek ini berkelebat ke arah pintu gerbang.
Dalam keadaan luar biasa genting dimana tidak ada lagi kesempatan untuk menolong Raja dan keluarganya dari serangan empat tali hitam, tiba-tiba dari arah tembok Istana sebelah selatan melesat orang berpakaian hijau, rambut tergerai lepas mengambang di udara saking luar biasa cepat gerakannya. Di punggungnya orang ini membekal sebuah buntalan kain hitam. Sambil melesat di udara dia berseru.
"Petir hitam! Mana mungkin ada di dunia ini! Tapi aku melihat dengan mata kepala sendiri! Luar biasa!
Mengapa para sahabat tidak mau memberi tahu sebelumnya kalau d sini ada petir anehi Hik…hik…hik!"
Suara yang berseru adalah suara perempuan. Sosok yang melesat di udara berjungkir balik satu kali lalu wutttt! Tahu-tahu dia sudah menghadang di depan empat tali hitam.
"Petir hitam di malam buta! Ada empat! Weehhh! Aku suka"
Lalu sulit dipercaya tetapi nyata, orang berpakaian hijau kembangkan dua tangan. Dengan gerakan aneh dia berhasil menangkap ujung delapan tali hitam lalu dengan kecepatan luar biasa dia melesat ke udara sambil membuntal delapan tali hitam yang disangkanya petir.
"Jaka Pesolek!"
Kunti Ambiri dan Sakuntaladewi sama berseru berbarengan!
hik…hikl Ini memang aku! Tapi jangan bicara dulu!
Aku lagi asyik! Ini petir paling aneh yang pernah aku lihat seumur hidup!" Orang yang membuntal empat tali maut hitam berteriak menyahuti!
***
Pustaka Ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Jabang Bayi Dalam Guci Bab 5"
Posting Komentar