Jabang Bayi Dalam Guci Bab 8

WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito

Episode 185
Jabang Bayi Dalam Guci


DELAPAN
SEMUA orang, termasuk Raja Mataram terkesiap mendengar suara mengiang itu. Wiro sendiri jadi tertegun dan menggaruk kepala. Delapan bunga Matahari dipandangi beberapa lama. Lalu terdengar sang pendekar berkata.
"Delapan bunga Matahari, sahabatku Delapan Pocong Menari, saat Ini Yang Mulia Raja Mataram sangat membutuhkan pertolongan. Tendangan mahluk api tadi agaknya bukan tendangan sembarangan. Aku melihat ada bagian daging lengan yang menggembung biru pertanda tendangan mengandung racun jahat. Jika tangan yang patah tidak segera diobati, racun jahat bisa saja menyebar lebih cepat. Kalau racun sampai ke jantung nyawa Yang Mulia Raja Mataram mungkin tidak bisa tertolong lagi."
Semua orang terkejut mendengar ucapan Wiro itu.
Ternyata Wiro lebih mementingkan Raja Mataram dari menyelamatkan gurunya. Raja Mataram sendiri letakkan tangan kiri di atas dada, wajah tampak haru.
Sepasang mata menatap Wiro tak berkesip.
Kemudian terdengar lagi suara mengiang.
"Kesatria Panggilan, jika itu keinginanmu mana kami berani menolak. Kami akan segera menolong. Kau tinggal mengusapkan diri kami di atas cidera di tangan kanan Raja Mataram. Maka setelah tugas dan pertolongan kami selesai kami akan bermohon diri.
Kami tidak akan muncul lagi untuk selama-lamanya.
Lalu siapa kelak yang akan menyelamatkan gurumu?"
"Gusti Allah pasti akan menolong beliau." Jawab Wiro tanpa keraguan.
Ratu Randang melangkah mendekati Wiro lalu berbisik. "Jika kau memang punya ilmu lain, sebaiknya Ilmu itu dulu yang dicobakan. Tadi aku menyuruh kau mempergunakan bunga itu karena sudah tahu pasti kesaktiannya. Bukan maksudku merendahkan ilmu kesaktianmu yang lain. Cepat kau pergunakan Ilmu yang kau dapat dari si nenek Neko Neko itu!"
"Nekonya cuma satu kali saja Nek," kata Wiro.
"Sudah, itu saja jadi persoalan. Lekas tolong Yang Mulia Raja Mataram." Kata Ratu Randang sambil tersenyum dan kedipkan matanya yang juling.
Setelah meminta izin terlebih dulu Wiro membuka kain yang membalut lengan kanan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. Lalu tangan kanan diletakkan di atas lengan yang patah. Lima jari dikembang lalu meremas tiga kali berturut-turut.
"Kreekk….kreekkk…kreekkk!"
Raja Mataram menjerit setinggi langit Rasa sakit luar biasa membuat kaki kanannya tak sengaja menendang ke depan.
"Dukkk!"
Tendangan mendarat telak di dada Pendekar 212 Membuat Wiro terpental, jatuh duduk di tanah, cepat ditolong Kunti Ambiri dan Sakuntaladewi. Untungnya tendangan Raja Mataram dilakukan hanya dengan kekuatan luar tanpa tenaga dalam. Walau Wiro merasa sakit namun tidak ada bagian tubuh yang cidera. Hanya wajahnya tampak sedikit pucat karena terkejut tidak menyangka bakal mendapat hadiah tendangan!
Sehabis menjerit keras tiba-tiba Raja Mataram berseru.
"Hyang Jagatnatha Bathara Agung! Lihat! Tanganku yang patah sembuh!" Raja berseru sambil angkat tangan kanannya ke atas, gembira tapi juga seperti tidak percaya. Tangan yang telah bersambung kembali diusap lalu dipijat-pijat. Tiba-tiba dari tangan yang tulangnya sudah bersambung kembali itu mengucur keluar cairan hitam kebiruan. Raja tersentak kaget.
"Tidak apa-apa Yang Mulia. Tak usah kawatir. Racun jahat dalam tubuh Yang Mulia sudah keluar," kata Wiro memberi tahu.
"Kesatria Panggilan aku sangat berterima kasih padamu!" Raja merangkul Wiro yang saat itu telah berdiri sambil usap-usap dadanya yang tadi kena tendangan. Sambil memeluk Wiro, Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala berkata. "Maafkan tendangan tadi. Aku tidak sengaja. Rasa sakit yang menyembuhkan itu seperti tombak api yang ditancapkan dibatok kepala…"
"Kalau cidera Yang Mulia tidak mengindap racun, sebenarnya hal itu tidak akan terjadi…"
"Aku tetap berterima kasjh atas pertolonganmu. Kau benar-benar luar biasa!"
"Yang Mulia, Yang Maha Penyembuh telah menunjukkan kekuasaanNya. Bukan saya." Ucap Wiro pula.
"Gusti Aliahmu?" Tanya Raja Mataram.
Wiro tersenyum lalu anggukkan kepala.
Semua orang yang menyaksikan kejadian itu sejak tadi terkejut kagum sekaligus gembira. Ratu Randang saking girangnya saat itu sebenarnya ingin sekali memeluk dan mencium sang pendekar tapi terpaksa menahan diri sambil senyum-senyum. Kunti Ambiri dan Sakuntaladewi saling berpegangan tangan pertanda mereka juga merasa gembira melihat kesembuhan Raja Mataram.
"Yang Mulia, seperti kata saya tadi ada sesuatu yang harus saya lakukan. Harap Yang Mulia dan keluarga sudi menunggu sebentar di tempat ini."
Dengan cepat Wiro masuk ke dalam halaman Istana.
semua orang termasuk Raja Mataram tidak dapat menahan rasa ingin tahu apa Sebenarnya yang hendak dilakukan Wiro. Mereka semua segera mengikuti tapi menjaga jarak agak jauh di sebelah belakang sang Pendekar.
***

Jabang Bayi Dalam Guci Bab 9

Pustaka Ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245

Related Posts :

0 Response to "Jabang Bayi Dalam Guci Bab 8"

Posting Komentar