WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 010
Banjir Darah Di Tambun Tulang
LIMA BELAS
Tapi betapa terkejutnya Datuk Sipatoka. Masih setengah jalan tahu-tahu laksana ranting-ranting kering dilanda angin puting beliung ke sepuluh keris itu berpelantingan ke bawah. Dua buah melesat ke arah Datuk Sipatoka, selebihnya bermentalan ke arah pembantu-pembantunya yang duduk di kursi! Sekali mengebut kan jubah kulit harimaunya maka mentallah kedua keris yang menyerang Datuk Sipatoka. Tapi tidak demikian dengan pembantu¬pembantunya! Suara pekik melengking raungan laksana hendak meruntuhkan langit-langit. Delapan orang terkulai di kursi masing-masing tanpa bisa bergerak lagi. Mereka adalah dua orang pembantu kelas satu, empat orang pembantu kelas dua dan dua orang pembantu biasa! Tubuh¬tubuh mereka ditancapi keris kuning milik Datuk mereka sendiri! Ada yang menancap tepat di ubun-ubun, ada yang di muka, di dada dan di perut!
Paras Datuk Sipatoka kelam membesi. Mulutnya berkomat kamit. Janggut dan kumisnya laksana kawat meranggas karena amarah! Kedua tangannya yang hitam saling digosok-gosokkan satu sama lain. Sedetik kemudian dari kedua tangannya itu mengepullah asap hitam yang berbau busuk!
"Manusia di atas loteng tahukah kau pukulan apa yang sebentar lagi hendak kulepaskan jika kau tetap berkeras kepala tidak mau unjukkan diri?!"
Orang di atas loteng tertawa gelak-gelak.
"Dari tempatku ini aku dapat melihat jelas, Sipatoka! Cuma Ilmu Pukulan Hawa Neraka siapa yang takutkan? Sayang ilmu itu adalah ilmu kesaktian paling hebat yang terakhir kau miliki Sayang…" dan orang itu tertawa lagi gelak-gelak lalu menyambungi: “Tapi jika kau mau meng¬adakan perjanjian aku bersedia muncul unjukkan diri!"
"Perjanjian macam mana?!" tanya Datuk Sipatoka seraya hentikan menggosok-gosok kedua telapak ta¬ngannya. Sampai saat itu dia masih tetap duduk di kursi kebesarannya!
"Kau bertempur sampai seratus jurus melawan pemuda pakaian putih rambut gondrong itu…!"
Wiro Sableng tersentak kaget.
"Lalu?!" bentak Datuk Sipatoka.
"Jika pemuda itu menang, kau harus bunuh diri! Sebelum bunuh diri kau harus pesankan pada anak-anak buahmu, pada seluruh isi Istana Sipatoka ini untuk memusnahkan semua bangunan yang ada di sini dan agar mereka semua kembali ke jalan yang benar!"
"Jika dia yang kalah apa imbalannya?" tanya Datuk Sipatoka.
"Pertama kau boleh bunuh pemuda itu, juga boleh tamatkan riwayatku. Kedua buku Seribu Macam Ilmu Pengobatan yang kini ada padaku silahkan kau miliki untuk selama-lamanya!"
Berubahlah paras Datuk Sipatoka. Dia tidak terkejut pada syarat-syarat perjanjian yang dikatakan. Tapi be¬gitu mengetahui bahwa buku Seribu Macam Ilmu Peng-obatan berada di tangan orang yang di atas loteng itu kagetlah dia! Wiro Sableng sendiri terkesiap karena justru kedatangannya ke Tambun Tulang adalah untuk mencari buku itu!
"Kurang ajar!" terdengar makian Datuk Sipatoka menggeledek. "Darimana kau ambil buku itu?!"
"Dari dalam kamarmu tentu!" sahut orang di atas loteng dan tertawa mengekeh. "Bagaimana?!"
Dalam hati Datuk Sipatoka mengutuk habis-habisan. Jika orang itu dapat masuk ke dalam Istana Sipatoka dan mencuri kitab Seribu Macam Ilmu Pengobatan dari dalam kamarnya, nyatalah kepandaiannya luar biasa sekali dan dia telah saksikan sendiri tadi! Menurut pandangan Datuk Sipatoka kalau bertempur melawannya belum tentu dia bisa dikalahkan oleh orang sakti itu. Tapi untuk mengalahkan lawan bukan hal yang mudah pula bagi Datuk Sipatoka. Dan karena menganggap Wiro Sableng seorang pemuda yang tak perlu begitu ditakutkan maka dia pun mendongak ke loteng dan berseru:
"Aku terima perjanjianmu!"
"Bagus! Tapi harap kau sampaikan dulu pesanmu pada seluruh isi istana ini!" sahut orang yang masih ber¬sembunyi di balik loteng.
"Kentut apa kati kira pemuda tengik itu pasti akan mengalahkah aku?!" teriak Datuk Sipatoka marah.
"Belum tentu memang! Tapi kalau kau tak bersedia menerima persyaratan berarti perjanjian balai. Dan ter¬paksa buku Seribu Macam Ilmu Pengobatan kubawa pergi!"
"Kurang ajar!" maki Patuk Sipatoka geram. Tapi dia kerahkan juga tenaga dalam dan berteriak hingga me¬ngumandang ke seluruh pelosok Istana Sipatoka.
"Seluruh isi Istana Sipatoka. kalian dengarlah pesan Datukmu ini! Aku akan bertempur melawan seorang pe¬muda tengik yang kesasar datang ke tempat kita! Jika aku kalah maka kalian harus memusnahkan segala apa yang ada di sini dan kalian kembali ke dunia luar, ke dalam jalan yang benar. Sekian!" Datuk Sipatoka me¬mandang ke atas dan berseru: "Nah orang di atas loteng, puaskah kati sekarang?!"
"Puas… puasi" sahut orang itu. Sekejap kemudian diiringi dengan suara tertawa gelak-gelak maka bobollah langit¬langit ruangan dan sesosok tubuh berpakaian putih berkelebat dan hampir tak dapat disaksikan oleh mata saking cepatnya tahu-tahu orang ini sudah duduk menje¬lepok seenaknya di sudut ruangan! Di pangkuannya ada sebuah kitab. Seisi ruangan terkejut. Wiro sampai ternganga dan garuk-garuk kepala:
"Tua Gila-.." desis Pendekar 212 laki cepat-cepat menjura hormat.
"Ah! Kau masih saja pakai segala macam peradatan yang membikin muak perutku!" kata orang yang duduk di sudut ruangan yang memang Tua Gila adanya!
"Hadapi si cebol itu! Kalau nasibmu baik kau menang tapi kalau tidak kau akan mampus, aku akan konyol!" Sehabis berkata keras begitu Tua Gila pergunakan ilmu menyusupkan suara memberi bisikan pada Wiro. "Kapak di tangan kanan. Pukulan Sinar Matahari di tangan kiri! Sekali¬kali jangan pukul bagian tubuhnya! Jika dia pergunakan Ilmu Pukulan Hawa Neraka, tangkis dengan Pukulan Sinar Matahari dan hantam dengan Pukulan Dewa Topan Menggusur Gunung yang kuajarkan padamu!"
"Ayo Sipatoka kau tunggu apa lagi?!" Tua Gila membentak.
Dan Datuk Sipatoka melompat turun dari kursinya.
Gerakannya seringan kapas! Setelah meneliti Wiro sejenak dia bertanya: "Maumu dengan tangan kosong atau pakai senjata?!"
Wiro ingat nasihat Tua Gila. Maka dia pun menjawab: "Kalau kau punya senjata silahkan dikeluarkan!"
Datuk Sipatoka tertawa sinis dan cabut sebilah keris hitam yang bercabang tiga! Sinar senjata ini hitam menggidikkan!
"Mulailah!" kata Datuk Sipatoka.
Wiro tertawa. "Kau tuan rumah silahkan mulai lebih dulu!" Lalu Wiro cabut Kapak Naga Geni 212.
Datuk Sipatoka sunggingkan seringai mengejek. Meski dia belum bisa mengukur ketinggian ilmu lawannya namun dia merasa yakin akan membereskan si pemuda di bawah dua puluh jurus! Tubuhnya dibungkukkan hingga makin tambah cebol kelihatannya. Dari mulutnya terdengar suara menggoreng macam suara harimau. Mula-mula perlahan lalu mendadak sontak keras menggedetek, menggetarkan seantero ruangan! Baiknya Wiro Sableng sudah kerahkan tiga perempat dari tenaga dalamnya hingga suara bentakan dahsyat itu tidak mempengaruhinya!
Tiba-tiba tubuh Datuk Sipatoka berkelebat lenyap! Tahu¬tahu keris hitam bercabang tiga sudah berkelebat hanya tinggal satu jengkal dari muka Wiro Sableng!
Wiro terkejut lekas-lekas melompat ke samping. Meski tangan kirinya mempunyai kesempatan leluasa menjotos tubuh lawan tapi karena ingat akan ucapan Tua Gila tadi maka hal itu tidak dilakukannya!
Hampir keris bercabang tiga itu lewat di sampingnya tiba-tiba dengan sebal Datuk Sipatoka menusuk ke perut sedang tangan kiri lepaskan satu pukulan yang hebat! Wiro geser kaki kanan. Sambit miringkan badan Kapak Naga Geni 212 dibabatkan ke bawah! Meski senjatanya adalah senjata mustika sakti namun melihat Kapak lawan yang agaknya bukan sembarang senjata pula maka Datuk Sipatoka tak berani ambil keputusan untuk adu senjata! Tarik pulang tangan kanan Datuk Sipatoka lipat gandakan pukulan tangan kirinya hingga angin pukulan yang ke luar laksana topan prahara! Di lain pihak Wiropun sudah menangkis dengan pukulan Kunyuk Melempar Buah yang mengandalkan seluruh bagian tenaga dalamnya!
Terdengar suara seperti letusan sewaktu kedua angin pukulan itu saling beradu dengan segala kehebatannya. Istana Sipatoka bergetar. Wiro Sableng terhuyung-huyung sampai tujuh langkah. Datuk Sipatoka jika tidak lekas-lekas pergunakan ilmu mengentengi tubuhnya, meski dia tak sempat terhuyung ke belakang namun mungkin akan terhenyak jatuh duduk di lantai tulang!
Terkejutlah manusia cebol ini. Tidak disangkanya tenaga dalam lawan begitu hebat, lebih tinggi sekitar satu dua tingkat dari tenaga dalamnya sendiri! Dan diam-diam dia mulai menyangsikan apakah dia akan sanggup mengalahkan pemuda itu di bawah dua puluh jurus sebagaimana yang dipastikan semula!
Jurus kedua dibuka kembali oleh Datuk Sipatoka dengan serangan yang lebih ganas dari pertama tadi. Dia meraung macam harimau ketika serangannya yang sekali ini pun berhasil dielakkan lawan. Jurus ketiga, Datuk Sipatoka keluarkan ilmu silat yang pating diandaikannya yaitu ilmu Silat Harimau! Wiro telah pernah menghadapi ilmu Silat Harimau yang dimainkan Gempar Bumi. Waktu itu kalau dia tidak mengeluarkan ilmu Silat Orang Gila yang diajarkan Tua Gila pastilah dia kena dicelakai. Dan kini Datuk Sipatoka memainkan Ilmu Silat Harimau yang jurus-jurusnya aneh berbahaya dan lima kali lebih hebat dari yang dimainkan Gempar Bumi!
Dan dari mulut Pendekar 212 Wiro Sableng keluar suara suitan keras yang disusul dengan siulan tinggi tak menentu luar biasa Wiro mulai keluarkah jurus-jurus pertahanan dari ilmu Silat Orang Gila! Dalam tempo yang singkat lima belas jurus sudah berlalu. Datuk Sipatoka merutuk dalam hati dan perhebat serangannya!
Tiba-tiba mengiang suara halus laksana suara nyamuk di telinga Wiro Sableng.
"Goblok! Mengapa cuma bertahan? Apa tidak mampu menyerang?!" Itulah dampratan yang dilontarkan Tua Gila yang duduk enak-enak di sudut ruangan.
Wiro juga sadar. Meski dia bisa bertahan tapi kalau tak membalas serangan tawan lama-lama dirinya bisa dicelakai juga. Dia pegang hulu Kapak Naga Geni 212 di tangan kanan lebih erat. Lalu memasuki jurus ke enam belas untuk pertama kalinya dia menyerang dengan mempergunakan Jurus Kepala Naga Menyusup Awan.
Kapak Naga Geni 212 mendengus laksana suara ribuan tawon. Sinar pulih berkiblat. Kepala kapak menderu ke bawah lalu laksana seekor naga yang memunculkan kepalanya dari dalam lautan sen jala itu melesat ke arah batang leher Datuk Sipatoka!
Sang Datuk sengaja tidak berkelit. Keris cabang tiga ditusukkannya ke depan, ke arah bawah ketiak tawan karena dia berkeyakinan bahwa tusukan senjatanya akan lebih cepat menemui sasarannya daripada senjata lawan!
Pendekar 212 tidak bodoh. Dia sudah memperhitungkan kerugian posisinya bila dia meneruskan serangannya. Karenanya dengan cepat Wiro geser kedua kaki dan berkelit. Begitu berkelit begitu dia susul dengan jurus serangan baru yang dinamakan Kincir Padi Memutari Kapak Naga Geni 212 mengaung dahsyat dan berkiblat dalam bentuk putaran yang sangat kecil!
Datuk Sipatoka berseru keras dan tundukkan kepala untuk menghindarkan diri dari sambaran senjata lawan. Tapi sedetik kemudian mata kapak telah menyambar ke bahu kirinya! Sang Datuk melompat ke kanan dan dia memaki keras sewaktu sesaat kemudian senjata lawan telah memapas ke pinggul terus ke arah kedua kakinya! Satu-satunya jalan untuk mengelakkan serangan yang berputar itu ialah melompat ke luar dari kalangan per¬tempuran. Meskipun ini akan memberi pandangan pada orang-orangnya bahwa dia mulai kewalahan menghadapi si pemuda berambut gondrong tapi Datuk Sipatoka terpaksa melompat ke luar dari kalangan pertempuran. Bila dia sudah lepas dari serangan yang berputar itu dia akan segera balas menyerang. Tapi kejutnya bukan alang kepalang karena ketika baru saja dia keluar dari kalangan pertempuran tahu-tahu senjata lawan memburu dalam jarak yang sangat dekat dan sangat cepat. Mengelak pasti kasip! Tiada jalan lain daripada menangkis. Datuk Sipatoka palangkan keris mustikanya
‘Traang!"
Bunga api memercik.
Datuk Sipatoka tersurut tiga langkah. Salah satu cabang kerisnya patah dan mental! Tangannya tergelar hebat! Wiro sendiri merasakan tangan kanannya yang memegang gagang Kapak Naga Geni 212 menjadi pedal sakti. Dia tidak perduli, malah dengan mempergunakan tiga perempat tenaga dalamnya dia lepaskan Pukulan Sinar Matahari!
Beberapa orang anak buah Datuk Sipatoka menyingkir seketika melihat selarik sinar pulih yang silau dan luar biasa panasnya menderu di depan mereka!
Meski dalam keadaan kepepet, Datuk Sipatoka tidak kehilangan akal! Serta merta dia jatuhkan diri sama rata dengan lantai dan berbarengan dengan itu tangan kirinya cabut sepuluh keris-keris emas yang; bergantungan di pakaiannya lalu dilemparkan ke muka!
Pukulan Sinar Matahari menyambar ke atas tubuh Datuk Sipatoka. Keris emas melesat di bawah sinar pukulan yang dilepaskan Wiro lalu menyambar dengan ganas ke arah sepuluh bagian tubuh Pendekar 212.
Wiro Sableng kiblatkan Kapak Naga Geni 212 dalam Jurus Tameng Sakti Menerpa Hujan.
"Trang… trang… trang!"
Suara itu terdengar berturut-turut sampai sepuluh kali. Dan ke sepuluh senjata mustika yang dilemparkan Datuk Sipatoka mental patah tersambar Kapak Naga Geni 212! Oikejap yang hampir bersamaan Pukulan Sinar Matahari yang tak berhasil menerpa tubuh Datuk Sipatoka terus melanda dinding Istana Sipatoka. Dinding yang terbuat dari tulang yang kokoh itu bobol berkepingkeping. Atap istana turun ke bawah hampir runtuh!
"Kurang ajar!" rutuk Datuk Sipatoka seraya melompat bangun. Seluruh ilmu simpanannya telah dikeluarkannya. Mereka telah bertempur hampir enam puluh jurus dan ternyala dia tak sanggup menumbangkan lawannya malah nyawanya hampir saja dilalap mentah-mentah!
"Kematianmu dalam saat ini juga, keparat!" desis Datuk Sipatoka. Kerisnya dimasukkan ke balik pinggang. Kedua tandannya yang hitam digosok-gosokkan satu sama lain. Sedetik kemudian asap hitam mengepul dari kedua tangan itu. Asap hitam yang berbau busuknya bangkai manusia! Wiro tutup indera penciumannya. Sesuai dengan ucapan Datuk Sipatoka. Kapak Naga Geni 212 dimasukkan kembali ke dalam pakaiannya. Pukulan Sinar Matahari disiapkan di tangan kiri sedang telapak tangan kanan sudah terisi aji pukulan "Dewa Topan Menggusur Gunung".
Kepulan asap hitam yang busuk luar biasa itu semakin banyak memenuhi ruangan. Anak-anak buah Datuk Sipatoka yang ada di tempat itu sudah sejak tadi menyingkir karena mereka maklum akan kedahsyatan Pukulan Hawa Neraka yang hendak dilepaskan pemimpin mereka. Kalaupun lawan tak sampai mati oleh pukulan itu tapi tubuhnya akan berbau busuk seumur hidup!
"Orang muda, sekalipun kau punya seribu macam ilmu kesaktian, jangan harap kali ini kau bisa larikan diri dari liang neraka!"
"Wiro berdiri dengan siap saja. Meski kewaspadaan penuh tapi suara siulan tak teratur dari sela bibirnya sampai saat itu masih mengumandang, membuat Datuk Sipaloka merasa dirinya dianggap sepi saja!
Suasana sehening di pekuburan sewaktu perlahan¬lahan Datuk Sipatoka angkat kedua tangannya ke atasi Kemudian suara menggeledek keluar dari mulutnya. Se¬rentak dengan itu kedua tangan dipukulkan ke muka, dua larik sinar hitam pekat yang busuk, menggidikkan me¬nyambar ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng!
Sewaktu Datuk Sipatoka memukul ke depan, Wiro juga telah memukulkan tangan kirinya ke muka. Sinar putih menyilaukan melesat ke depan, sekaligus mema¬pasi dua sinar hitam. Terdengar letupan yang dahsyat!
Masing-masing pihak tersurut lima langkah ke belakang. Sinar putih dan sinar hitam masih kelihatan di udara ka¬rena kedua orang yang bertempur masih belum turunkan tangan masing-masing. Tiga sinar itu laksana tiga ekor naga yang berpalun-paiun, berkelahi dan saling gempur dengan dahsyat! Masing-masing sudah keluarkan keringat dingin dan urat-uraft leher menegang biru!
Wiro membentak dam dorongkan lagi tangan kirinya. Tubuh Datuk Sipatoka tergontai-gontai. Wiro membentak lagi sampai beberapa kali. Datuk Sipatoka laksana ditekan dinding baja. Dia mundur terus menerus dan bertahan dengan sekuat tenaga. Ketika untuk ke lima kalinya Wiro membentak lagi dan dorongkan kembali tangan kirinya Datuk Sipatoka tak sanggup bertahan lebih lama. Tubuhnya terhampar jatuh duduk di lantai. Ilmu Pukulan Hawa Nerakanya buyar dan lenyap sedang Pukulan Sinar Matahari Wiro terus menyerampang salah satu kakinya! Datuk Sipaloka meraung terguling-guling. Wiro tidak memberi hati. Tangan kanan didorongkan kini. Dan satu gelombang angin yang luar biasa hebatnya menyapu tubuh Datuk Sipatoka membuat tubuh itu terguling-guling di halaman berumput Istana Sipatoka. Tangan dan kaki tanggal dari persendiannya sedang kepala hancur memar! Itulah kehebatan ilmu Pukulan Dewa Topan Menggusur Gunung yang telah dilepaskan Wiro Sableng tadi!
Suasana yang hening menggidikkan itu dirobek oleh suara tertawa Tua Gila. Orang tua ini berdiri dari duduknya dan berkata: "Pertempuran hebat! Luar biasa sekali untuk disaksikan!" Kemudian Tua Gila memandang berkeliling dan berseru: "Empat puluh perempuan-perempuan muda yang ada di luar Istana harap segera masuk!"
Sesaat kemudian ke empat puluh, pesuruh Datuk Sipatoka yang terdiri dari perempuan-perempuan muda belia itu masuk ke dalam, istana. Melihat kolega-kolega mereka yang ada di dalam istana, yaitu sisa-sisa pembantu Datuk Sipatoka pada berlutut di lantai maka ke empat puluh perempuan-perempuan ini pun berlutut pula di hadapan Tua Gila dan Wiro Sableng.
"Berdiri semua!" bentak Tua Gila.
Serempak semua orang itu berdiri.
“Kalian semua sudah dengar pesan perjanjian Datuk keparat itu, . ?
Semua orang mengiyakan.
"Begitu kami pergi, kalian segera memusnahkan istana bejat ini. Hancurkan semua yang ada rata dengan tanah..Lalu tinggalkan tempat ini dan pergi ke mana kalian rnau asal saja menempuh jalan kehidupan yang benar! Kalau kelak kutemui atau kudengar ada di antara kalian. Yang coba-coba untuk kembali jadi orang jahat atau memperhamba diri pada orang jahat, pasti tak ada ampunan bagi kalian!"
Tua Gila berpaling pada Pendekar 212 dan menyodorkan buku Seribu Macam Ilmu Pengobatan, yang kulitnya sudah robek.
"Ambillah. Kau rupanya memang berjodoh dengan kitab ini,..”
Wiro menerima kitab itu lalu menjura sambil berkata "Banyak terima kasih atas segala, bantuan mu, Tua Gila?’ Kemudian ketika dia angkat kepalanya ternyata si orang tua sudah lenyap dari hadapannya! Hanya kumadang suara tertawanya yang terdengar di kejauhan! Wiro Sableng, hela nafas dalam dan garuk-garuk kepala.
TAMAT
Episode Selanjutnya:
Raja Rencong Dari Utara
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Banjir Darah Di Tambun Tulang Bab 15"
Posting Komentar