Jabang Bayi Dalam Guci Bab 12

WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito

Episode 185
Jabang Bayi Dalam Guci


DUA BELAS
KITA Ikuti dulu perjalanan Jaka Pesolek yang ketitipan amanat dari Penguasa Atap Langit untuk menyerahkan jantung milik Ken Parantili pada sang selir.
Tepat ketika fajar menyingsing si gadis sampai di satu telaga kecil di kaki selatan Gunung Merapi, sekitar kawasan Kaliurang.
"Heran, musim hujan sudah tiba. Mengapa telaga ini airnya hanya dangkal sebetis?" Pikir Jaka Pesolek sambil duduk uncang-uncang kaki di atas sebuah batu di tepi telaga. Saat itu dia ingin turun ke air untuk membersihkan diri sebelum melanjutkan perjalanan mencari Ken Parantili. Namun pemandangan indah di sekitar telaga membuat dia untuk beberapa lama masih terus duduk di atas batu. Tak sengaja matanya melihat sebuah batu besar di tepi telaga sebelah timur. Batu ini seperti menggantung dan dibanding dengan batu-batu lainnya di dalam dan sekitar telaga yang banyak ditutup lumut, batu satu itu tampak bersih licin. Berarti batu ini sebelumnya berasal dari tempat lain, menggelinding dan terhenti lalu menyumbat di tebing batu. Dari selasela batu kiri kanan dan sebelah bawah mengucur perlahan air jernih yang kemudian masuk ke dalam telaga.
"Di balik batu itu…." ucap Jaka Pesolek dalam hati, "sepertinya ada sumber aliran air. Tapi aliran terhalang oleh batu. Hemmm….Mungkin ini penyebabnya air telaga menjadi dangkal."
Dengan gerakan kilat dalam sekejapan saja Jaka Pesolek sudah berada di tepi telaga sebelah timur.
Dia perhatikan keadaan batu, terutama celah-celah dari mana keluarnya rembesan air. Setelah yakin batu besar yang menggantung itu menjadi penghalang aliran air si gadis melompat ke atas tebing. Dari sini dia pergunakan dua tangan untuk mendorong batu. Seperti diketahui gadis ini walau punya gerakan secepat kilat dan mampu menangkap petir namun dia tidak punya kesaktian lain ataupun tenaga dalam. Dengan mengandalkan tenaga luar mana mungkin dia mendorong batu besar. Tidak putus asa Jaka Pesolek sandarkan punggung ke dinding batu di belakangnya lalu kaki kanan dipergunakan untuk mendorong.
Sampai mukanya merah dan tubuh keringatan tetap saja batu tidak bergeming.
"Edan, ya sudahi Agaknya aku harus mandi setengah badan di air telaga yang dangkal Itu!"
Jaka Pesolek turun melompat turun ke tepi telaga. Buntalan kain hitam berisi jantung Ken Parantili diletakkan di atas sebuah batu. Karena air telaga cuma setinggi betis Jaka Pesolek terpaksa hanya mencuci muka saja. Selagi dia membasahi rambut tiba-tiba dilihatnya buntalan kain hitam bergerak-gerak. Buntelan di sebelah atas terbuka.Lalu settt! Segulung benda panjang hitam melesat ke arah pohon tak jauh di tepi telaga, menancap di batang pohon!
"Astaga! Rambut selir itu! Apa yang terjadi?!"
Ken Parantili berseru kaget lalu dengan cepat melompat keluar dari dalam telaga. Berdiri di depan pohon sambil memperhatikan rambut yang menancap si gadis ingat ucapan Penguasa Atap Langit. "Jika Ken Parantili berada dalam jarak dua ratus langkah rambut akan memberi tanda. Rambut akan meringkal bergerak ke atas lalu melesat ke arah dimana beradanya selir itu."
Jaka Pesolek memandang berkeliling, melihat ke atas pohon. Dia menyelidik ke beberapa jurusan namun sama sekali tidak melihat Ken Parantili.
"Pertanda yang salah atau ada yang tidak beres ?"
Baru saja Jaka Pesolek berpikir seperti itu tiba-tiba brukk!
Sesosok tubuh jatuh tersungkur di tanah. Ternyata seorang perempuan berkebaya putih. Ketika melihat wajah perempuan itu kejut Jaka Pesolek bukan alang kepalang.
Selain terkejut dia juga merasa gembira.
"Ken Parantili! Syukur aku menemuimu di sini!
Apa yang terjadi denganmu?" Jaka Pesolek jatuhkan diri di samping selir pertama Penguasa Atap Langit yang saat itu dalam keadaan megap-megap. Wajahnya yang cantik tampak pucat. Bibir nyaris putih tak berdarah. Sepasang mata setengah tertutup. Keadaan dirinya tampak lemah sekali. Jaka Pesolek segera memangku kepala sang selir.
"Kau…kau siapa…?" Ken Parantili masih bisa keluarkan ucapan, bertanya walau sangat perlahan.
"Kau lupa? Aku Jaka Pesolek! Sahabat Kesatria Panggilan Wiro Sableng dari negeri delapan ratus tahun mendatang! Berarti sahabatmu Juga!"
"Jaka Pesolek. Kita memang pernah bertemu.
Dengar, kita harus cepat pergi dari sini. Ada dua orang mengejar. Dia hendak memperkosa diriku…"
Baru saja Ken Parantili keluarkan ucapan tiba-tiba dari balik semak belukar di depan deretan beberapa pohon melompat keluar dua orang lelaki berpakaian dan berdestar hitam. Di pinggang masing-masing terselip sebilah golok besar. Dari tampang serta pakaian mereka Jelas bukan orang baik-baik. Kemungkinan bangsa begal atau rampok.
"Ha hal Rejeki kita memang besari Sekarang malah ada dua perempuan cantikl Satunya sangat segar bugar!
Kita bisa berbagi satu orang untuk satu orang!
Ha…ha…ha!"
Yang keluarkan ucapan adalah lelaki berbadan tinggi besar memelihara kumis dan berewok tebal.
Temannya yang bertubuh gemuk tertawa mengekeh, lidah diulur berulang kali. Pakaian dan tubuh kedua orang ini menebar bau tidak enak.
"Tunggu apa lagi. Langsung saja kita kerjai" Berkata si gendut.
"Jaka Pesolek, cepat Kau punya ilmu…."
Dua lelaki garang tiba-tiba melompat ke hadapan dua perempuan Itu. Jaka Pesolek cepat berdiri.
"Tunggu! Kalian berdua jangan ganggu sahabatku ini. Kalau mau bersenang-senang aku bisa melayani kalian berdua sekaligus! Aku bisa jantan bisa betina!"
Si gendut dan si tinggi besar saling pandang lalu tertawa gelak-gelak.
"Hebat juga gadis satu ini!" Kata si tinggi besar.
"Aku memang hebat! Nanti kalian berdua akan lebih tahu kehebatankul hik…hik..hik. Aku akan membuka pakaian. Kalian berdua ayo cepat tanggalkan baju dan celana! Hik…hikl Kalau kalian suka boleh masuk mencebur ke dalam telaga. Nanti kita bersenang-senang di dalam airi Hik…hik…hik!"
Habis berkata begitu Jaka Pesolek lalu buka dan singkapkan dada pakaiannya. Dua lelaki di hadapannya mendelik melihat dada yang putih bagus.
"Hai, tunggu apa lagi! Lekas mencebur ke dalam telagal Lihat, aku akan buka seluruh pakaianku!" Jaka Pesolek singkapkan bajunya lebih lebar.
"Gadis cantik, kau tidak menipu, tidak bergurau?!" Si gendut bertanya agak curiga.
"Siapa yang berguraul Siapa yang menipul Aku memang suka laki-laki seperti kalian. Kalian berdua pasti hebat! Hik…hik! Lihat, sebentar lagi akan aku tanggalkan pakaianku sebelah bawahi" Si gadis singsingkan ke atas bagian bawah pakaian merahnya hingga kakinya tersingkap sampai di atas lutut. Hal Ini membuat si gendut dan si tinggi besar jadi blingsatan.
Sambil terus bicara merayu Jaka Pesolek dekat kedua orang itu lalu menarik tangan mereka ke dekat telaga. Si gendut dan si tinggi besar masih tak percaya.
Tapi keduanya Jadi tersentak ketika tangan Jaka Pesolek enak saja mengusap bagian bawah perut mereka.
"Kalau kalian tidak mau aku tak Jadi menanggalkan pakaian. Ayol Lekas masuk ke dalam telaga." Jaka Pesolek berpura-pura condongkan badan seperti hendak mencebur ke daiam telaga. Melihat hal ini dua lelaki tadi tidak tunggu lebih lama segera saja mendahului masuk mencebur ke dalam telaga berair dangkal.
"Bagus! Kalian berdua tunggu saja di dalam telaga sampai tubuh kalian gembung! Hik…hik…hik!"
Begitu kedua orang itu sudah berada dalam telaga Jaka Pesolek cepat menyambar buntalan hitam di atas batu lalu dia menggendong tubuh Ken Parantili.
Sekali berkelebat dengan ilmu gerakan kilat yang dimilikinya gadis ini sudah melesat jauh meninggalkan telaga.
"Jahanaml Kita kena ditipu!" Teriak si gendut sambil acungkan tinju.
"Kurang ajar! Ayo kita kejar gadis sialan itu!"
"Mau dikejar kemana? Gerakannya secepat setan melenyapkan diri!" Ucap si gendut lalu melosoh terduduk lemas di dasar telaga. Kepala dipukui-pukul.
***

Jabang Bayi Dalam Guci Bab 13

Pustaka Ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245

Related Posts :

0 Response to "Jabang Bayi Dalam Guci Bab 12"

Posting Komentar