WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode 013
Kutukan Empu Bharata
LIMA
SUARA tertawa bekakakan kembali mengumandang mandang sewaktu Untung Pararean sampai di halaman samping itu.
"Ha ha! Apakah sudah kau teruskan tidur dengan gadis itu? Kalau belum berarti kau akan mampus penasaran Untung Pararean!"
"Sepasang Golok Maut! Setelah selamat melarikan diri mengapa berlaku bodoh untuk datang kembali?! Apakah kau punya nyawa rangkap?!" bentak Untung Pararean dengan suara tak kalah keras. Sambil membentak begitu kedua matanya meneliti suasana sekelilingnya.
Di belakang kepala rampok dari hutan Dadakan itu, dibawah pohon cempedak, berdiri seorang kakek-kakek yang cuma mengenakan sehelai cawat. Tubuhnya kurus kering tulang-tulangnya kelihatan bertonjolan hingga dia tak ubahnya seperti tengkorak hidup saja! Kakek-kakek ini berambut keriting pendek dan cuma memiliki sebuah mata. Matanya yang sebelah kiri hanya merupakan satu lobang hitam yang besar dan mengerikan! Yang luar biasa dari orang yang kulitnya berwarna hitam ini ialah kedua tangannya yang teramat panjang hingga sampai ke betis!
Tiba-tiba saja manusia ini mengeluarkan suara tertawa mengekeh dan menuding Untung Pararean dengan tangannya yang panjang. Meski jarak mereka terpisah cukup jauh, tapi karena tangan manusia ini panjang sekali maka ujung-ujung jarinya yang menuding hampir saja menyentuh hidung si pemuda membuat Untung Pararean tercekat juga hatinya!
"Pemuda gendeng kau segera akan mampus, tapi masih berani bicara sombong dihadapanku!"
"Orang aneh! Aku tidak kenal padamu! Apa urusanmu mencampuri persoalan orang lain?!" tukas Untung Pararean.
"Oh, jadi kau kepingin kenal siapa aku?!" ujar orang itu. "Aku yang buruk ini bemama Tunggul Gawe-gawe. Orang-orang menggelariku Iblis Tangan Panjang. Dan kedoyananku cuma satu yakni paling senang mencabut nyawa manusia-manusia macammu!" Habis berkata begitu manusia bercawat itu kembali tertawa mengekeh.
"Hem . . . rupanya kau bangsa kawanan setan pelayangan juga!" ejek Untung Pararean. "Manusia-manusia macammu memang pantas untuk jadi andalan rampok busuk ini! Aku tanya apakah ada kawan-kawanmu yang lain yang berada di sekitar sini? Sebaiknya lekas-lekas disuruh keluar agar bisa kulabrak sekaligus!"
"Iblis Tangan Panjang! Baiknya mari cepat-cepat saja kita bikin tamat riwayatnya ini pemuda anjing!" seru Sepasang Golok Maut.
"He … he . . . Untuk membereskannya kenapa musti berdua." menyahuti Iblis Tangan Panjang. "Biar aku sendiri yang menunjukkan jalan ke neraka padanya!" Manusia ini melangkah ke hadapan Untung Pararean. "Pemuda gendeng, kau bersiaplah untuk mampus!"
Habis berkata begitu Tunggul Gawe-gawe atau Iblis Tangan Panjang menggerakkan tangan kanannya.
"Wutt"!
Satu pukulan lengan yang keras dan menimbulkan angin bersiuran menderu ke arah kepala Untung Pararean. Pemuda ini cepat-cepat merunduk dan sebelum dia sempat melakukan serangan balasan, lengan kiri Iblis Tangan Panjang telah memapas ke pinggang membuat pemuda ini terpaksa melompat menyelamatkan dirinya! Perkelahian seru segera berlangsung jurus demi jurus! Meskipun Untung Pararean memegang keris sakti Mustiko Jagat di tangan kanannya, namun gerakan-gerakan lengan lawannya hebat sekali, membuat dia tak bisa leluasa melancarkan serangan-serangan. Dalam perkelahian itu karena tangannya yang amat panjang, Iblis Tangan Panjang tak perlu susah-susah berkelebat kian kemari. Cukup dia menggeser-geserkan saja kedua kakinya sedang kedua tangannya laksana sepasang tongkat baja memukul dan membabat kian dari pelbagai jurusan!
Karena tak mungkin bagi Untung Pararean untuk mengirimkan tusukan ke tubuh ataupun ke kepala lawannya maka kini pemuda itu merubah taktiknya. Serangan-serangan keris Mustiko Jagat langsung diarahkan pada kedua tangan Tunggul Gawegawe Dan buktinya memang berhasil!
Pada dasarnya Tunggul Gawegawe alias Iblis Tangan Panjang diam-diam memang merasa jerih melihat senjata mustika yang ada di tangan lawannya. Dan ketika keris itu kini dipakai untuk menggempur sepasang tangannya, merasakan pula dinginnya sambaran angin senjata tersebut, dia tak lagi dapat bergerak leluasa. Setiap serangannya yang mengandalkan kedua tangannya yang panjang selalu dibikin musnah oleh sambaran keris lawan! Beberapa kali hampir nyaris lengannya kena tertikam senjata tersebut. Naga-naganya kalau dia bertempur begitu terus, lambat laun pasti dia akan kena celaka juga! Maka tanpa tunggu lebih lama Iblis Tangan Panjang mengeluarkan senjatanya dari dalam cawatnya!
Senjata ini adalah sebuah untaian batu-batu permata yang telah direndam dalam racun jahat. Warnanya aneka agam dan kesemuanya bergemerlapan meskipun di halaman samping itu suasana gelap. Ketika untaian batu-batu permata itu diputar diatas kepala maka menggelombanglah angin yang amat hebat. Pohon-pohon bergoyangan, banyak yang daun-daunnya berguguran. Dinding rumah makan dan tiang-tiang rumah penginapan berderikderik sedang tanah serasa dilanda lindu saking hebatnya gelombang angin yang keluar dari senjata Iblis Tangan Panjang itu!
Untung Pararean sendiri tergontai-gontai beberapa detik lamanyal Buru-buru dia membentak nyaring dan sewaktu lawannya datang dari depan, pemuda ini kiblatkan keris Mustiko Jagat dalam jurus aneh yarig luar biasa.
"Hebat sekali ilmu silat keparat ini!" rutuk Iblis Tangan Panjang. Dia tidak tahu bahwa kesaktian keris Mustiko Jagatlah yang membimbing pemuda itu memainkan jurus-jurus silat yang luar biasa itu!
Karena yakin bahwa senjata lawan tak bakal dapat menandingi senjatanya, maka sewaktu bentrokan akan terjadi, Iblis Tangan Panjang sengaja tidak menarik pulang untaian batu-batu permatanya! Meskipun dia tak berhasil menggebuk lawan tapi sekali senjatanya bergeser dengan kulit si pemuda, pastilah pemuda itu akan keracunan. Kalau sudah begitu tentu mudah dia membereskan lawannya itu, demikian pikir Iblis Tangan Panjang. Tapi betapa kagetnya dia sesaat kemudian!
Terdengar suara berdentingan dan percikan bunga api di dalam gelapnya malam sewaktu keris dan untaian batu-batu permata beradu! Untung Pararear merasakan tangannya bergetar hebat tapi itu tak ada artinya karena di depannya dilihatnya bagaimana batu-batu permata yang menjadi senjata lawannya putus berhamburan!
Kaget Iblis Tangan Panjang bukan alang kepalang! Jika senjatanya yang paling diandalkan bisa dibuat berantakan begitu rupa, ini sudah merupakan satu pertanda lebih baik dia angkat kaki dari situ dari pada meneruskan perkelahian! Tapi untuk melakukan hal itu tentu saja dia merasa malu terhadap Sepasang Golok Maut yang berada ditempat itu. Buntut-buntutnya dia cuma berseru untuk meminjam salah satu golok kepala rampok itu.
Sambil memberikan salah satu golok besarnya, Sepasang Golok Maut berseru, "Tunggul Gawegawe, tak usah kau repot terlalu lama. Aku akan bantu!"
Bantuan, memang itulah yang diharapkan oleh Iblis Tangan Panjang. Dengan nyali besar kedua orang itu lalu mengeroyok Untung Pararean! Pemuda ini berkelebat cepat sekali. Bayang-bayang tubuhnya tertutup oleh sinar biru dari keris Mustiko Jagat. Bagaimanapun Iblis Tangan Panjang dan Sepasang Golok Maut menggempur dan mengirimkan serangan dahsyat silih berganti namun tiada guna nya! Kedua orang ini tak sanggup mendekati pemuda itu lebih dekat dari jarak empat langkah. Di lain pihak sementara itu kekuatan gaib yang berasal dari keris Mustiko Jagat semakin hebat pula membimbing dia. Setelah bertempur empat putuh jurus lebih, dengan ilmu menyusupkan suara Iblis Tangan Panjang berkata pada Sepasang Golok Maut.
"Naga-naganya kita tak bakal menang sobatku! Sebelum celaka sebaiknya siang-siang kita tinggalkan tempat ini!"
Sepasang Golok Maut juga sudah sangat penasaran dan mulai sangsi. Apa yang dikatakan Iblis Tangan Panjang adalah benar menurutnya, maka iapun segera hendak menjawab menyetujui ucapan kambrainya itu. Namun sebelum dia sempat berkata keris Mustiko Jagat menderu cepat di muka hidungnya! Sepasang Golok Maut melompat kebelakang sambil melancarkan satu pukulan tangan kosong. Justru lengannya yang memukul ini merupakan makanan empuk bagi keris Mustiko Jagat! Terdengar lah pekik kepala rampok hutan Dadakan itu! Tangan kanannya papas, buntung! Darah menyembur! Saat itu juga racun keris Vustiko Jagat yang amat berbahaya memasuki darahnya, menjalar dengan cepat keseluruh pembuluh hingga beberapa detik kemudian Sepasang Golok Maut meregang nyawa dengan tubuh matang biru!
Pada saat Sepasang Golok Maut menjerit keras karena tangannya putus dibabat keris Mustiko Jagat, pada saat perhatian Untung Pararean ini dipergunakan oleh Iblis Tangan Panjang untuk melarikan diri tanpa diketahui oleh si pemuda. Untung Pararean baru menyadari bahwa lawannya yang seorang itu sudah lenyap sewaktu dia memandang berkeliling. Sementara itu dari mana-mana bermunculan penduduk ke tempat itu. Untung Pararean menerangkan sedikit apa yang kita telah terjadi lalu cepat-cepat berlalu dari situ.
Di kamar penginapan di tingkat atas, pemuda ini disambut dengan pelukan hangat oleh Sri Kemuning.
"Aku menyaksikan perkelahianmu dari terali atas sana. Untung! Kau hebat sekali! Betul-betul hebat … Oh, aku cinta padamu Untung!" Gadis ini memeluk lagi pemuda itu ketat-ketat ke tubuhnya, menciumi keringat yang membasahi dada Untung Pararean. Dan apa yang telah terjadi sebelumnya segera terlupakan oleh kedua orang itu. Semalam-malaman, sampai pagi, Untung Pararean benar-benar telah melakukan "pengawalan" atas diri Sri Kemuning di dalam kamar itu . . . di atas tempat tidur!
Keesokan harinya kedua orang itu melanjutkan perjalanan ke Kotaraja. Untung Pararean bertindak sebagai kusir kereta merangkap pengawal. Menjelang tengah hari mereka telah memasuki Kotaraja, langsung menemui Sri Baginda di Istana. Bukan main kagetnya Raja mendengar penuturan keponakannya. Di samping itu Raja merasa sangat gembira pula dan berterima kasih pada Untung Pararean karena telah menyelamatkan Sri Kemuning dari bahaya maut sampai beberapa kali!
Seperti yang telah dikatakan Sri Kemuning, atas permintaan gadis itu maka Untung Pararean oleh Sri Baginda diangkat menjadi salah seorang Perwira Kerajaan. Dan bukan itu saja, Sri Baginda juga meminta agar pemuda itu suka mengambil Sri Kemuning menjadi istrinya! Sebenamya memang Untung Pararean sangat terpikat dan cinta pada dara yang penuh daya tarik dan pandai merayu itu. Maka tanpa banyak cerita lagi Untung Pararean menerima permintaan itu. Perkawinan dilangsungkan cukup meriah dan kepada kedua orang itu diberikan sebuah gedung kecil yang terletak dalam lingkungan tembok Istana.
Beberapa tahun kemudian . . . Dari perkawinannya dengan Sri Kemuning, Untung Pararean dikaruniai seorang anak perempuan yang diberinya nama Sri Lestari. Meski di luaran kehidupan rumah tangga kedua orang itu kelihatan rukun bahagia, tapi sesungguhnya tidaklah demikian. Seringkali kedua suami istri itu cekcok satu sama lain. Ini disebabkan tabiat Sri Kemuning yang membuat Untung Pararean sakit makan hati.
Seperti telah dituturkan sebelumnya, Sri Kemuning meskipun keponakan Sri Baginda tapi bukanlah seorang perempuan baik-baik. Diantara sekian banyak keburukannya, yang paling terkenal di kalangan orang-orang Istana ialah sifatnya yang mata keranjang. Tak boleh melihat laki-laki gagah, apalagi jika laki-laki itu masih muda belia dan tegap kuat! Telah berkali-kali Untung Pararean mendengar kabar bahwa jika dia sedang bertugas ke tempat jauh, istrinya itu sering pergi ke tempat beberapa orang pemuda bahkan seorang diantara pemuda-pemuda itu pernah beberapa kali disuruhnya datang ke gedungnya dalarn lingkungan Istana itu!
Mula-mula Untung Pararean tidak mau percaya karena dia yakin bahwa istrinya itu sangat mengasihinya sehingga masakan mau berbuat serong begitu rupa? Namun pada satu hari dia dihadapkan pada satu kenyataan yang dibuktikannya sendiri!
Pada masa itu Kerajaan tengah menghadapi beberapa pemberontakan kecil. Dibawah pimpinan beberapa Perwira Kerajaan, termasuk Untung Pararean, pasukan Kerajaan berhasil menumpas pemberontak-pemberontak tersebut. Meskipun belum keseluruhan pemberontak berhasil dimusnahkan, namun untuk sementara bahaya yang mengancam Kerajaan boleh dikatakan tidak ada. Namun demikian tidak seorangpun dari Perwira-perwira Kerajaan yang mengetahui bahwa satu kekuatan besar kaum pemberontak yang berpusat dikaki Gunung Lawu tengah merencanakan penyerbuan besar-besaran ke Kotaraja. Demikianlah, karena merasa keadaan sudah cukup aman maka Untung Pararean bersama pasukan kembali ke Kotaraja.
Rindunya terhadap anak istrinya membuat dia begitu selesai memberi laporan pada Sri Baginda, cepat-cepat kembali ke tempat kediamannya dan langsung menuju ke kamar. Begitu pintu kamar terbuka terkejutlah Untung Pararean melihat bagaimana istri yang sangat dicintainya itu telah melakukan perbuatan mesum dengan seorang pemuda! Pemuda ini bukan lain adalah salah seorang pengawal gedungnya, jadi masih merupakan anak buahnya sendiri. Gelaplah pemandangan Untung Pararean. Keris Mustiko Jagat segera dihunusnya. Sri Kemuning menjerit sewaktu menyaksikan bagaimana pemuda yang tidur bersamanya itu roboh dilanda tikaman yang pertama. Menyusul tikaman yang kedua, ketiga … keempat dan seterusnya hingga sekujur tubuh pemuda itu laksana daging cincangan, lumat membanjiri darah.
Untung Pararean masih akan terus menusuki tubuh pemuda yang sudah tak bernyawa itu jika seandainya saat itu lima orang prajurit kepala dan empat orang Perwira tidak masuk menyerbu ke dalam kamar dan memeganginya!
"Lepaskan aku! Lepaskan!" teriak Untung Pararean menggeledak. "Dajal perempuan itu juga harus mampus! Harus mampus!"
Tapi seorang Perwira berhasil merampas keris Mustiko Jagat hingga kejap itu lenyaplah kekuatan yang ada di diri Untung Pararean. Seorang Perwira lain segera menolak tubuhnya sementara Sri Kemuning sendiri sudah melarikan diri dari kamar itu!
Apa yang telah terjadi itu menghebohkan seluruh Istana. Tapi semua orang tak bisa memikirkan itu lebih lanjut, juga tak berusaha mencari tahu ke mana Sri Kemuning bersama anak perempuannya melarikan diri karena yang dipikirkan oleh semua orang saat itu ialah bahaya besar yang mengancam Kerajaan. Kabar yang dapat dipercaya menyatakan bahwa bala tentara pemberontak yang berpusat di kaki Gunung Lawu telah mulai bergerak menuju Kotaraja! Setiap kampung dan desa yang mereka temui pasti akan disamaratakan dengan tanah. Penduduk yang tidak berdosa, tak perduli apakah perempuan atau anakanak dibunuh secara kejam luar biasa. Demikian cepatnya pergerakan pasukan pemberontak ini hingga dalam tempo yang singkat saja hanya tinggal tiga hari perjalanan lagi dari Kotaraja!
Kira-kira seribu prajurit dibawah pimpinan lima orang Perwira Kerajaan telah dikirim untuk menghancurkan kaum pemberontak. Mereka bertemu di satu tempat yang terletak dua hari perjalanan dari Kotaraja. Meski prajurit Kerajaan berjumlah banyak dan dipimpin oleh Perwira-perwira berkepandaian tinggi, namun jumlah prajurit pemberontak tidak pula sedikit. Dalam pada itu kaum pemberontak juga memiliki tokoh-tokoh silat klas satu hingga setelah bertempur selama setengah hari, kaum pemberontak berhasil memukul mundur bala tentara Kerajaan! Ratusan prajurit Kerajaan menemui kematian! Dua orang Perwira tewas, satu luka-luka parah. Dan dua lainnya tertangkap hidup-hidup. Ketika menerima kabar itu dari seorang kurir, cemaslah Sri Bagindal Orang satu-satunya yang sangat diharapkan oleh Sri Baginda ialah Perwiranya yang paling tinggi ilmu kepandaiannya yaitu Untung Pararean. Tapi sang Perwira ini kini berada dalam keadaan menyedihkan!
Sesudah mengalami peristiwa tempo hari itu. Untung Pararean menderita bathin yang amat mendalam terutama dikarenakan pada istrinya sejak kejadian itu tidak diketahui kemana perginya. Dan kepergiannya itu membawa serta anak permpuan yang amat dikasihi Untung Pararean. Demikian hebatnya penderitaan bathin yang menimpa Perwira itu hingga sifatnyapun sudah berubah seperti orang yang kurang ingatan.
Sepanjang hari dia mengurung diri di dalam kamar dan menangis tiada henti. Kedua matanya telah bengkak dan sembab. Pipinya telah cekung. Karena dia tak mau makan dan tak mau minum selama beberapa hari maka keadaan tubuhnyapun makin lama makin kurus! Kadang-kadang di malam buta Untung Pararean menjerit-jerit, berteriak memaki-maki. Tak seorangpun yang berani mendekatinya. Pernah satu kali seorang prajurit datang mengantarkan makanan dan air. Untung Pararean lalu mancabut keris Mustiko Jagat dan memburu prajurit itu karena di mata Perwira yang kurang ingatan ini si prajurit tadi kelihatannya adalah pemuda yang telah tidur bersama istrinya dan yang telah dibunuhnya itu!
Sementara keadaan Untung Pararean semakin parah, ancaman kaum pemberontak semakin kritis pula karena pada waktu itu mereka cuma tinggal satu setengah hari perjalanan saja dari Ibukota!
Dalam saat-saat yang menegangkan itu pulalah tiba-tiba saja muncul seorang kakek-kakek aneh didepan Istana yang katanya ingin bertemu dengan Sri Baginda. Mula-mula para pengawal menyangka kakek-kakek ini adalah seorang mata-mata pemberontak sehingga segera hendak ditangkap. Namun betapa terkejutnya semua prajurit karena siapa saja yang berani datang mendekat dan turun tangan, pasti mencelat mental dihantam kaki atau tangan kakek-kakek ini.
"Aku datang dengan maksud baik! Kenapa mau ditangkap?! Benar-benar manusia tidak tahu diri Kalian semua!" begitu si kakek memaki. Lalu karena tak ada seorangpun yang berani menghalanginya kakek-kakek inipun masuk ke Istana lenggang kangkung dan sampai dihadapan Sri Baginda. Sri Baginda sebelumnya telah diberi tahu atas kedatangan kakek-kakek aneh ini.
"Tamu dari manakah yang datang ke Istana ini?" tegur Sri Baginda sementara beberapa Perwira berdiri didekatnya menjaga segala kemungkinan.
"Kudengar di Istana ini ada seorang Perwira yang sakit. Betulkah itu?" bertanya si kakek tak dikenal.
Sri Baginda memandang pada Perwira-perwiranya, lalu menganggukkan kepala. "Betul sekali. Dari manakah kau tahu dan harap terangkan dulu siapa kau ini, orang tua?"
Orang tua itu batuk-batuk beberapa kali lalu menjawab, "Aku yang tua ini adalah Kiyai Supit Pramana dari Gunung Bromo … "
Terkeiutlah. Sri Baginda dan Perwira-perwira Kerajaan tapi disamping itu juga timbul rasa gembira dan pengharapan.
"Ah, tak tahunya Istana telah kedatangan seorang sakti yang telah terkenal di delapan penjuru angin. Silahkan duduk orang tua. Maafkan kalau perlakuan orang-orangku terhadapmu tidak menyenangkan. Sesungguhnya aku sendiripun baru kali ini berhadapan denganmu … "
Kiyai Supit Pramana duduk di sebuah kursi yang kemudian disediakan.
"Tadi Kiyai bertanyakan tentang seorang Perwira yang sakit. Apakah maksud Kiyai sesungguhnya?"
"Aku ingin mengobatinya," jawab orang tua itu.
"Ah, itu satu hal yang menggembirakan. Kami sangat berterima kasih padamu Kiyai." ujar Sri Baginda pula. "Kemudian dari pada itu Kiyai, atas nama rakyat dan Kerajaan aku meminta agar sudilah Kiyai turun tangan membantu menumpas kaum pemberontak. Kiyai tentu tahu bagaimana besamya bahaya yang mengancam Kerajaan kini. Bala tentara kaum pemberontak sudah sangat dekat. Mereka memiliki beberapa tokoh silat yang berkepandaian tinggi pula!"
Kiyai Supit Pramana menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tahu, aku tahu, Baginda. Tapi kedatanganku kesini cuma punya satu maksud yaitu mengobati Perwiramu yang sakit itu. Soal pemberontak aku tak bisa ikut campur. Nah sekarang tunjukkanlah aku dimana beradanya Perwiramu yang sakit itu!"
Raja dan para Perwira merasa kecewa. Mereka yakin jika orang tua yang sakti luar biasa itu bersedia turun tangan pastilah kaum pemberontak berhasil ditumpas sekalipun mereka memiliki tokohtokoh silat yang hebat! Tapi kekecewaan itu agak terhibur oleh adanya maksud Kiyai Supit Pramana yang hendak mengobati Untung Pararean. Jika Untung Pararean berhasil diobati dan dapat maju kemedan laga menghadapi pemberontak, itupun sudah cukup sebagai jaminan bahwa kaum pemberontak akan kena ditumpas!
Maka atas perintah Sri Baginda beberapa pengawal mengantarkan Kiyai Supit Pramana ke kamar Untung Pararean. Di hadapan pintu kamar mereka berhenti. Salah seorang Perwira memberi tahu, "Pintu ini dikunci dari dalam Kiyai."
Kiyai Supit Pramana mengangguk. Sekali kaki kirinya yang kurus kering bergerak menendang, maka bobollah pintu kamar yang terbuat dari kayu jati itu. Di dalam kamar tampak Untung Pararean duduk menjelepok disudut kamar tengah sesenggukan! Keadaan dirinya kurus kering laksana tengkorak. Kulitnya pucat pasi hanya tinggal pembalut tulang. Matanya yang menonjol kedepan berwarna merah dan ganas. Begitu dia melihat orang-orang itu. Untung Pararean mencabut keris Mustiko Jagat. Hawa aneh membuat tubuhnya menjadi kuat dan laksana seekor srigala lapar laki-laki ini melompat kehadapan Kiyai Supit Pramana seraya berteriak.
"Kau datang lagi pemuda bangsat! Kau datang lagi ya?! Mampus! Mampuslah kau keparat!" Keris Mustiko Jagat menderu kearah dada Kiyai Supit Pramana.
"Awas Kiyai!" memperingatkan seorang Perwira. "Itu senjata sakti dan mengandung racun jahat sekali!"
***
Next ...
Bab 6
Loc-ganesha mengucapkan Terima Kasih kepada Alm. Bastian Tito yang telah mengarang cerita silat serial Wiro Sableng. Isi dari cerita silat serial Wiro Sableng telah terdaftar pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek.Dengan Nomor: 004245
0 Response to "Kutukan Empu Bharata Bab 5"
Posting Komentar